BAB II
TINJAUAN TEORI
Pengertian
Inflasi Menurut Para Ahli
Salah satu
indikator ekonomi yang digunakan untuk melihat/mengukur stabilitas perekonomian
suatu negara adalah inflasi. Perubahan dalam indikator ini akan berdampak
terhadap dinamika pertumbuhan ekonomi. Dalam perspektif ekonomi, inflasi
merupakan fenomena moneter dalam suatu negara dimana naik turunnya inflasi
cenderung mengakibatkan terjadinya gejolak ekonomi. Silvia et al (2013).
Inflasi dapat
didefinisikan sebagai proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu
perekonomian. Kenaikan satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi
kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan) kepada barang
lain. Tingkat inflasi (presentase pertambahan kenaikan harga) berbeda dari
suatu periode ke periode lainnya, dan berbeda pula dari satu negara ke negara
lain kenaikan harga diakibatkan oleh banyak faktor. (Utomo;2013)
Veneris dan
Sebol dalam Muana Nanga (2001:241) mendefinisikan inflasi sebagai suatu
kecenderungan meningkatnya tingkat harga umum secara terus-menerus sepanjang
waktu. Berdasarkan definisi tersebut, kenaikkan tingkat harga umum (general
price level) yang terjadi sekali waktu saja, tidaklah dapat dikatakan sebagai
inflasi. Dari definisi tersebut ada tiga hal penting yang ditekankan dari
inflasi, yaitu:
1. adanya kecenderungan harga-harga untuk
meningkat, yang berarti bisa saja tingkat harga yang terjadi pada waktu
tertentu turun atau naik dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi tetap
menunjukan tendensi yang meningkat.
2. bahwa kenaikkan tingkat harga tersebut
berlangsung secara terus-menerus (sustained),yang berarti bukan hanya terjadi
pada satu waktu saja, akan tetapi bisa beberapa waktu lamanya.
3. bahwa tingkat harga yang dimaksud disini
adalah tingkat harga umum, yang berarti tingkat harga yang mengalami kenaikkan
itu bukan hanya pada satu atau beberapa komoditi saja, akan tetapi untuk harga
barang secara umum.
Inflasi adalah
suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus (continue)
berkaitan dengan mekanisme pasar yang di sebabkan beberapa faktor antara
lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas dipasar yang
bahkan memicu konsumsi bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya
ketidaklancaran distribusi barang (Nopirin, 2000:25)
BAB III
PEMBAHASAN
Pengertian
inflasi dan Deflasi
Inflasi merupakan
Kecenderungan naiknya harga barang-barang secara umum dan terjadi secara terus
menerus. Kenaikan harga satu atau beberapa barang tidak dapat dikatakan bahwa
terjadi inflasi. Selain itu, apabila kenaikan harga barang terjadi secara
temporer, seperti menjelang hari raya misalnya, maka hal itu tidak dapat
dikatakan sebagai inflasi. Dengan naiknya harga barang-barang di satu sisi, hal
itu mengandung arti terjadinya penurunan nilai uang di sisi lain.
Deflasi merupakan
suatu gejala ekonomi yang menunjukkan penurunan harga penjualan pasar akibat
kemerosotan ekonomi. Menurut definisi IMF, deflasi adalah suatu fenomena
ekonomi yang terjadi akibat berlangsungnya resesi panjang akibat penurunan
harga penjualan pasar kurang-lebih 2 tahun. Deflasi dapat dikatakan suatu
gejala ekonomi yang berbahaya, seperti halnya inflasi, karena terus
meningkatkan situasi labil terhadap faktor subjek ekonomi secara psikologi. Dan
bagaikan resesi panjang deflasi dapat pula menjatuhkan nilai aset sekaligus
menghantam berbagai sektor perekonomian. Pada deflasi, jumlah uang yang beredar
dalam masyarakat terlalu sedikit, sedangkan barang dan jasa tersedia secara
melimpah sehingga kenaikan secara tajam nilai mata uang dan peningkatan peranan
uang tidak dapat dihindarkan. Dalam keadaan deflasi, para penjual akan merasa
tidak aman untuk menahan persediaan barangnya terlalu lama, karena khawatir
tingkat harga akan terus menurun. Sebaliknya, pihak pembeli akan bersikap
menunggu dengan harapan harga akan lebih turun lagi.
B.Jenis-Jenis
Inflasi
Inflasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis
dalam pengelompokan tertentu, antara lain:
1. Berdasarkan
Asalnya,
Inflasi digolongkan menjadi dua yaitu :
a.
Inflasi yang
berasal dari dalam Negeri ( Domestic Inflation ). yaitu inflasi yang sepenuhnya
disebabkan oleh kesalahan pengelolaan perekonomian baik di sektor riil ataupun
di sektor moneter di dalam negeri oleh para pelaku ekonomi dan masyarakat.
b.
Inflasi yang
berasal dari luar negeri ( Imported Inflation ), yaitu inflasi yang disebabkan
oleh adanya kenaikan harga-harga komoditi di luar negeri (di negara asing yang
memiliki hubungan perdagangan dengan negara yang bersangkutan). Inflasi ini
hanya dapat terjadi pada negara yang menganut sistem perekonomian terbuka (open
economy system). Dan, inflasi ini dapat ‘menular’ baik melalui harga
barang-barang impor maupun harga barang-barang ekspor.
Terlepas dari pengelompokan-pengelompokan
tersebut, pada kenyataannya inflasi yang terjadi di suatu negara sangat jarang
(jika tidak boleh dikatakan tidak ada) yang disebabkan oleh satu macam / jenis
inflasi, tetapi acapkali karena kombinasi dari beberapa jenis inflasi. Hal ini
dikarenakan tidak ada faktor-faktor ekonomi maupun pelaku-pelaku ekonomi yang
benar-benar memiliki hubungan yang independen dalam suatu sistem perekonomian
negara. Contoh : imported inflation seringkali diikuti oleh cost push
inflation, domestic inflation diikuti dengan demand pull inflation, dan
sebagainya.
2. Berdasarkan
keparahannya, Inflasi apabila digolongkan berdasarkan
tingkat keparahannya dibedakan menjadi 4, yaitu :
a. Inflasi Ringan
atau inflasi merangkak (creeping inflation), yaitu inflasi yang lajunya kurang
dari 10% per tahun, inflasi seperti ini wajar terjadi pada negara berkembang
yang selalu berada dalam proses pembangunan.
b. Inflasi Sedang,
Inflasi ini memiliki ciri yaitu lajunya berkisar antara 10% sampai 30% per
tahun.Tingkat sedang ini sudah mulai membahayakan kegiatan ekonomi.Perlu
diingat laju inflasi ini secara nyata dapat dilihat garak kenaikan
harga.Pendapatan riil masyarakat terutama masyarakat yang berpenghasilan tetap
seperti buruh ,mulai turun dan kenaikan upah selalu lebih kecil bila
dibandingkan dengan kenaikan harga.
c. Inflasi Berat,
yaitu inflasi yang lajunya antara 30% sampai 100%.Kenaikan harga sudah sulit
dikendalikan.Hal ini diperburuk lagi oleh pelaku-palaku ekonomi yang
memanfaatkan keadaan untuk melakukan spekulasi.
d. Inflasi Liar
(hyperinflation ), yaitu inflasi yang lajunya sudah melebihi dari 100% per
tahun. Inflasi ini terjadi bila setiap saat harga-harga terus berubah dan
meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai
uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hyperinflastion).
3. Berdasarkan
Penyebabnya
Penggolongan inflasi selanjutnya dapat
dibedakan menurut penyebabnya yaitu itu tarikan permintaan dan tarikan desakan
( tekanan ) biaya / produksi / distribusi. Secara singkat sebab yang pertama (
tarikan permintaan ) lebih cenderung dipengaruhi dari peran Negara dalam
kebijakan moneter ( Bank Sentral ), sedangkan sebab yang kedua lebih cenderung
dipengaruhi dari peran Negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini
dipegang oleh Pemerintah misalnya Fiskal, kebijakan pembangunan infrastruktur,
regulasi, dan lainnya.
a. Tarikan
permintaan
Hal ini terjadi
akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh
membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan
memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau
likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa
mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut.
Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga
faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena
suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan
dalam situasi full employment dimanana biasanya lebih disebabkan oleh
rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas
di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya
kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku
bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor
industri keuangan.
secara singkat
tarikan permintaan ini terjadi akibat adanya kenaikan pemintaan Agregat yang
terlalu besar atau pesat dibandingkan dengan penawaran atau produksi Agregat.
b. Desakan biaya
Hal terjadi
akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan
distribusi, meskipun permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat
secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau
berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat
memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau
juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk
tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi
sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di
sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan
bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll,
sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu
juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor
infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.
4. Berdasarkan
cakupan pengaruh terhadap harga
Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya
cakupan pengaruh terhadap harga. Jika kenaikan harga yang terjadi hanya
berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi itu disebut inflasi
tertutup (Closed Inflation). Namun, apabila kenaikan harga terjadi
pada semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi
terbuka (Open Inflation). Sedangkan apabila serangan inflasi
demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat
sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus
merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi).
C.Sebab
Terjadinya inflasi dan Deflasi
1. Sebab Terjadinya Inflasi
Demand
Inflation, yaitu inflasi yang timbul karena desakan permintaan masyarakat akan
barang dan jasa begitu kuat. Inflasi ini muncul karena naiknya tingkat
pendapatan masyarakat, sehingga masyarakat cenderung membeli barang dan jasa
lebih banyak dari yang biasa mereka gunakan. Misalnya seseorang yang biasa
mengkonsumsi susu satu gelas sehari, karena pendapatnya meningkat, maka
konsumsi susunya juga meningkat menjadi 3 gelas sehari. Dengan meningkatnya
konsumsi atau pembelian, akan mendorong naiknya harga barang-barang.
Cost-push
Inflation, yaitu inflasi yang disebabkan karena naiknya biaya produksi.
Misalnya terjadi kenaikan bahan bakar atau tuntutan buruh akan kenaikan upah,
dimana kedua hal itu merupakan bagian dari biaya produksi, maka perusahaan pun
akan menaikkan harga jual barang dan jasanya.
2. Inflasi berdasarkan sumber terjadinya
Domestic
inflation, yaitu inflasi yang berasal atau bersumber dari dalam negeri;
Misalnya pemerintah mengalami defisit anggaran belanja kemudian pemerintah
mencetak uang baru, sehingga jumlah uang beredar bertambah. Keadaan ini akan
mendorong tingkat konsumsi masyarakat, bila penawaran barang tetap, maka hal
ini akan mendorong kenaikan harga barang-barang.
Imported
inflation, yaitu inflasi yang berasal dari luar negeri. Sebagai contoh adalah
negara kita, dimana negara kita masih banyak mengimpor bahan baku dan barang
modal lainnya. Apabila harga barang-barang yang diimpor itu naik, maka biaya
produksi juga meningkat, yang akhirnya akan menaikkan harga jual barang dan
jasa.
Sebab Sebab timbulnya inflasi
penyebab terjadinya inflasi, yaitu antara lain
:
a.
Naiknya
permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa. Ketika pemerintah menaikkan
gaji pegawai negeri sipil(PNS), biasanya diikuti dengan kenaikan permintaan
barang dan jasa. Bila kenaikan besarnya permintaan ini tidak diimbangi dengan
penambahan volume barang dan jasa di pasar, maka hal ini akan berakibat pada
naiknya harga barang dan jasa. Kenaikan gaji PNS ini pada dasarnya
mengidikasikan adanya kenaikan jumlah uang yang beredar. Jenis inflasi ini
disebut demand-pull inflation
b. Kenaikan
biaya produksi, Pada waktu pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM),
maka harga barang-barang di pasar juga akan meningkat. Mengapa? Ka rena
kenaikan harga BBM berdampak pada kenaikan biaya produksi, akibatnya perusahaan
juga menaikkan harga jual barang dan jasanya. Disini terjadi cost-push
inflation.
c. Defisit
anggaran belanja (APBN). Defisit APBN yang ditutup dengan percetakan uang baru
oleh Bank Indonesia, akan berakibat pada bertambahnya jumlah uang beredar,
Dimana hal ini akan berdampak pada kenaikan harga barang dan jasa.
d. Menurunnya
nilai tukar rupiah. Menurunnya nilai tukar terhadap valuta asing, seperti US
dollar, Yen, Deutche Mark, akan berdampak pada semakin mahalnya barang-barang
produksi impor. Hal ini berakibat pada kenaikan biaya produksi.
3. Sebab Terjadinya Deflasi
Ada beberapa hal yang dapat menjadi penyebab
deflasi :
a. Menurunnya
Persediaan Uang di Masyarakat. Menurunnya jumlah persediaan uang di masyarakat
ini cenderung disebabkan karena sebagian besar masyarakat menyimpan uangnya di
bank.
b.Meningkatnya
Persediaan Barang. apabila permintaan barang meningkat.Produsen cenderung terus
meningkatkan produksinya pada saat kondisi seperti itu.
c. Menurunnya
Permintaan Akan Barang. Apabila permintaan akan suatu barang menurun sedangkan
produksi tetap dilakukan maka cenderung hal tersebut akan menurunkan tingkat
harga barang yang bersangkutan.
D. Kebijakan
Mengatasi Inflasi
Secara umum terdapat dua kebijakan yang
dilakukan untuk menekan laju inflasi diantaranya kebijakan moneter, kebijakan
fiscal dan kebijakan non moneter.
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah tindakan atau
kebijakan yang diambil oleh penguasa moneter biasanya bank sentral untuk
mempengaruhi jumlah uang yang beredar sehingga akan terjadi perubahan jumlah
uang yang beredar yang pada akhirnya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi
masyarakat. Ada beberapa macam kebijakan moneter yaitu :
a.Politik
Diskonto. Politik diskonto (discount policy) adalah politik bank sentral untuk
mempengaruhi peredaran uang dengan jalan menaikan dan menurunkan tingkat bunga.Dengan
menaikan tingkat bunga diharapkan jumlah uang yang beredar di masyarakat akan
berkurang, karena orang akan lebih banyak menyimpan uangnya di Bank dari pada
menjalankan investasi.Sebaliknya,Bank sentral akan menurunkan suku bunga jika
timbul deflasi (yang akan dibahas lebih dalam pada halaman berikutnya).Dengan
diturunkannya suku bunga diharapkan masyarakat akan menarik uangnya dari bank
karena bunga tidak memadai. Tindakan Bank Sentral selaku otoritas moneter untuk
mengubah tingkat bunga: a. Diskonto naik (tingkat bunga) maka dapat mengubah
kecenderungan masyarakat untuk menahan sejumlah uang yang beredar untuk di
simpan di Bank. b. Diskonto naik, maka
ongkos pinjaman naik. Bila bunga pinjaman semakin besar, maka ada kecenderungan
tertahannya kegiatan yang pembiayaannya berasal dari pinjaman kredit.
b.Kebijakan
Persediaan Kas (cash ratio policy). Bank sentral pada umumnya menentukan cash
ratio yaitu angka perbandingan minimum antara uang tunai yang dimiliki oleh
bank umum dengan jumlah uang giral (cek.giro dan sebagainya) yang dikeluarkan
oleh bank yang bersangkutan.
c. Politik pasar
terbuka (Tight Money Policy),Untuk uang yang beredar, Bank sentral melakukan
tindakan untuk menjual surat berharga antara lainyang disebut Sertifikat Bank
Indonesia., Bila Bank sentral membeli surat-surat berharga dari lembaga
keuangan bank, adalah untuk menaikkan cadangan (reservoir) di bank-bank umum,
atau menaikkan likuiditas
2. Kebijakan Fiskal
a.Pengaturan Pengeluaran Pemerintah. Pengaturan
pengeluaran sangat perlu di lakukan. Dalam hal ini diharapkan penggunaan
anggaran negara agar sesuai dengan perencaan.Kalau pembelajaan Negara melampui
batas yang telah ditentukan akan mendorong terjadinya pertambahan uang yang
beredar begitu juga sebaliknya.
b.Menaikan Tarif Pajak. Saat terjadi inflasi uang
beredar lebih banyak.Jumlah uang beredar tersebut dapat dikurangi dengan jalan
menaikan tariff pajak.Jika tariff pajak dinaikkan uang yang dibelanjakan oleh
masyarakat berkurang.Namun harus diperhatikan agar tidak terjadi ketimpangan
atau ketidakadilan perlu diperhatikan golongan masyarakat mana yang dinaikkan
pajaknya.
c.Mengadakan Pinjaman Pemerintah. Pemerintah
dapat mngadakan pinjaman pemerintah bauik dengan jalan paksaan ataupun
tidak,untuk mengurangi uang yang beredar di masyarakat.Cara yang paling ampuh
dilakukan untuk menyukseskan kebijakan ini yaitu dengan jalan membekukan
simpanan yang dimiliki oleh masyarakat yang ada di bank.Dapat juga ditempuh
dengan jalan memotong gaji pegawai negeri untuk di tabung.
3. Kebijakan Non-Moneter
a.
Menaikan Hasil
Produksi. Kenaikan hasil produksi dapat memperkecil laju inflasi.Kenaikan hasil
produksi dapat dilakukan dengan cara kebijakan penurunan bea masuk.Hal ini akan
berakibat impor barang meningkat.Pertambahan jumlah barang di dalam
negericenderung menurunkan harga.
b.
Kebijakan Upah.
Kebijakan upah adalah tindakan menstabilkan upah dan gaji dengan cara gaji
tidak sering dinaikan.Kenaikan gaji dan upah akan menimbulkan kenaikan daya
beli.Hal ini pada akhirnya menaikan permintaan terhadap barang-barang secara
keseluruhan.Apabila hal ini terjadi,maka akan menimbulkan inflasi.
0 Response to "MAKRO EKONOMI"
Post a Comment