BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat
dan pertumbuhan lapangan kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah
pengangguran di Indonesia menjadi semakin serius. Masalah ini di pandang lebih
serius lagi bagi mereka yang berusia 15-24 tahun yang kebanyakan mempunyai
pendidikan yang lumayan. Karena mereka merasa pendidikan yang sudah mereka
dapatkan, ternyata belum dapat menjamin mereka dapat bekerja. Pengangguran
terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah lapangan kerja yang
tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi pencari kerja
tidak sesuai dengan pasar kerja. Selain itu juga kurang efektifnya informasi
pasar kerja bagi para pencari kerja.
1. fenomena pengangguran juga berkaitan erat
dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja, yang disebabkan antara lain;
2. perusahaan yang menutup/mengurangi bidang
usahanya akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif,
3. peraturan yang menghambat inventasi,
4. hambatan dalam proses ekspor impor, dll.
Sejak krisis pada pertengahan 1997 membuat
kondisi ketenagakerjaan Indonesia ikut memburuk. Sejak itu, pertumbuhan ekonomi
Indonesia juga tidak pernah mencapai 7-8 persen. Padahal, masalah pengangguran
erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi ada,
otomatis penyerapan tenaga kerja juga ada. Setiap pertumbuhan ekonomi satu
persen, tenaga kerja yang terserap bisa mencapai 400 ribu orang. Jika
pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 3-4 persen, tentunya hanya akan menyerap
1,6 juta tenaga kerja, sementara pencari kerja mencapai rata-rata 2,5 juta
pertahun. Dari tahun ke tahun, pengangguran di Indonesia semakin bertambah, hal
tersebut mengakibatkan kacaunya stabilitas perkembangan ekonomi Indonesia.
1.2.
Rumusan Masalah
Seperti yang
telah diuraikan pada latar belakang, maka penulis mengambil rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa definisi pengangguran?
2. Bagaimana hubungan antara jumlah penduduk,
tenaga kerja, angkatan kerja dan kesempatan kerja?
3. Bagaimana anatomi pengangguran?
4. Apa saja jenis-jenis pengangguran?
5. Apa yang menjadi penyebab masalah
pengangguran?
6. Apakah dampak yang diakibatkan dari
pengangguran?
7. Apakah peran kebijakan pemerintah dalam
mengatasi pengangguran?
8. Bagaimana upaya untuk mengatasi pengangguran?
1.3.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulis membuat makalah yang berjudul
“Pengangguran” adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui hubungan antara jumlah penduduk,
tenaga kerja, angkatan kerja, dan kesempatan kerja.
2. Mengetahui definisi pengangguran.
3. Mengetahui anatomi pengangguran.
4. Mengetahui jenis-jenis pengangguran.
5. Mengetahui dampak yang diakibatkan dari
pengangguran.
6. Mengetahui peran kebijakan pemerintah dalam
mengatasi pengangguran, dan
7. Mengetahui upaya untuk mengatasi pengangguran.
1.4.
Sistematika Penulisan
Makalah masalah Pengangguran ini disusun
dengan urutan sebagai berikut :
Bab
I Pendahuluan
Pada bagian ini dijelaskan tentang latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode pengumpulan data, dan
sistematika penulisan.
Bab
II Pembahasan
Pada bab ini terdapat pembahasan yang terdiri
dari definisi pengangguran, jenis-jenis pengangguran, penyebab masalah
pengangguran, dampak yang diakibatkan dari pengangguran, peran kebijakan
pemerintah dalam mengatasi pengangguran, dan upaya untuk mengatasi
pengangguran.
Bab
III Penutup
Bab terakhir ini memuat kesimpulan dan saran
terhadap masalah pengangguran di Indonesia.
Daftar
Pustaka
Pada bagian ini berisi referensi-referensi
dari berbagai media yang penulis gunakan untukpembuatan makalah ini.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengangguran
Orang yang menganggur didefinisikan sebagai
orang yang tidak bekerja dan secara aktif mencari pekerjaan selama 4 minggu
sebelumnya, atau sedang menunggu dipanggil kembali untuk suatu pekerjaan
setelah diberhentikan atau sedang menunggu untuk melapor pada pekerjaan yang
baru di dalam waktu 4 minggu. Syarat sedang mencari pekerjaan dalam 4 minggu
yang lalu adalah untuk mencoba menyakinkan bahwa orang tersebut secara aktif
tertarik pada suatu pekerjaan dan tidak semata-mata mencerminkan keinginan jika
suatu pekerjaan kebetulan akan muncul.
Definisi
Pengangguran
Pengangguran
sendiri memilki banyak definisi. Adapun beberapa definisi arti pengangguran
diantaranya:
Menurut
Sadono Sukirno (355:2004)
Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang
yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum
dapat memperolehnya.
Menurut
Ida Bagoes Mantra
Pengangguran adalah bagian dari angkatan kerja
yang sekarang ini tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan.
Menurut
Dumairy
Pengangguran adalah orang yang tidak mempunyai
pekerjaan lengkap ibarat orang yang tidak bekerja dan masih atau sedang mencari
pekerjaan.
Menurut
Payman J. Simanjuntak
Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja
berusia angkatan kerja yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari
dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan.
Berdasarkan
istilah umum dari pusat dan latihan tenaga kerja
Pengangguran adalah orang yang tidak mampu
mendapatkan pekerjaan yang menghasilkan uang meskipun dapat dan mampu melakukan
kerja.
Menurut
Menakertrans
Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja,
sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan suatu usaha baru, dan tidak mencari
pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.
Jika peningkatan jumlah angkatan kerja di
suatu negara tidak diimbangi dengan peningkatan daya serap lapangan kerja, maka
tingkat pengangguran di negara tersebut tinggi. Sebaliknya, jika peningkatan
jumlah angkatan kerja diimbangi dengan peningkatan daya serap lapangan kerja,
maka tingkat penganggurannya rendah. Tingkat pengangguran itu sendiri adalah
perbandingan antara jumlah penganggur dan jumlah angkatan kerja dalam kurun
waktu tertentu yang dinyatakan dalam bentuk persentase.
2.2.
Hubungan Jumlah Penduduk, Tenaga
Kerja, Angkatan Kerja, dan Kesempatan Kerja
Jumlah penduduk adalah banyaknya orang yang
mendiami suatu wilayah negara. Penduduk suatu negara dapat dibagi dalam dua
kelompok, yakni kelompok penduduk usia kerja (tenaga kerja) dan kelompok
penduduk bukan usia kerja. Penduduk usia kerja (tenaga kerja) untuk
negara-negara berkembang seperti Indonesia adalah penduduk yang berusia 15
tahun ke atas. Sedangkan di negaranegara maju, penduduk usia kerja (tenaga
kerja) adalah penduduk yang berusia antara 15 dan 64 tahun.
Untuk negara-negara berkembang seperti
Indonesia, penduduk bukan usia kerja adalah penduduk yang berumur 0 hingga 14
tahun. Sedangkan, untuk negaranegara maju penduduk bukan usia kerja adalah
mereka yang berumur 0 hingga 14 tahun dan mereka yang berumur 64 tahun ke atas.
Tenaga kerja juga dapat di bagi dalam dua
kelompok, yakni kelompok angkatan kerja dan kelompok bukan angkatan kerja.
Angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja (15 tahun ke atas), baik yang
bekerja maupun yang tidak bekerja. Kelompok ini biasa disebut sebagai kelompok
usia produktif.
Angkatan kerja membutuhkan lapangan pekerjaan.
Namun umumnya, baik negara berkembang maupun negara maju, laju pertumbuhan
penduduk (termasuk angkatan kerjanya) lebih besar daripada laju pertumbuhan
lapangan kerja. Oleh karena itu, dari sekian banyak angkatan kerja tersebut,
sebagian tidak bekerja atau menganggur. Dengan demikian, kesempatan kerja dan
pengangguran berhubungan erat dengan tersedianya lapangan kerja bagi
masyarakat. Semakin banyak lapangan kerja yang tersedia di suatu negara,
semakin besar pula kesempatan kerja bagi penduduk usia produktif, sehingga
semakin kecil tingkat pengangguran. Sebaliknya, semakin sedikit lapangan kerja
di suatu negara, semakin kecil pula kesempatan kerja bagi penduduk usia
produktif, sehingga semakin tinggi tingkat pengangguran. Mereka yang tidak
bekerja disebut penganggur. Penganggur adalah penduduk yang tidak bekerja,
sedang mencari kerja, atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru.
Adapun
upaya peningkatan kualitas kerja dapat dilakukan melalui :
1. Pengembangan Kemampuan Tenaga Kerja, misalnya
melalui latihan kerja,
2. Pengelolaan Prestasi Tenaga Kerja,
misalnya dengan meningkatkan profesionalisme,
3. Pengelolaan Fungsi Sumber Daya Manusia,
misalnya peningkatan gizi, kesehatan dan kulitas mental dan spiritual.
2.3.
Anatomi Pengangguran
Anatomi
pengangguran dibentuk sekitar 3 faktor pokok dari perilaku pengangguran, yaitu:
1. Terdapat arus keluar masuk yang besar dari
individu-individu dari pengangguran setiap bulan, dan sebagian besar
orang-orang yang menjadi penganggur dalam tiap bulan tertentu tetap menganggur
hanya untuk waktu yang singkat.
2. Banyak diantara para penganggur merupakan
orang-orang yang akan menjadi menganggur untuk waktu yang sangat lama.
3. Terdapat perbedaan yang besar dari tingkat
pengangguran pada kelompokkelompok yang berbeda dalam angkatan kerja.
2.4.
Lamanya Pengangguran
Masa pengangguran didefinisikan sebagai
periode dimana seseorang tetap terus menganggur. Dengan tingkat pengangguran
yang tertentu, semakin singkat masa pengangguran dimana individu itu
menganggur, semakin besar arus tersebut. Misalnya, dalam suatu kasus menemukan
tingkat pengangguran 10 persen dengan 5 orang menjadi menganggur selama 1 bulan
tepat. Namun, 4 dari 5 masa menganggur berakhir dalam sebulan, sedangkan 1 dari
5 berakhir 6 bulan dan masa pengangguran menyeluruh rata-rata berakhir kurang
dari 2 bulan. Akibatnya, ada gerakan keluar masuk yang besar dari tenaga kerja
melalui pool pengangguran.
2.5.
Tingkat Pengangguran dan Waktu
Menganggur
Lamanya rata-rata dari masa pengangguran
adalah sangat singkat, kurang lebih 2 bulan dan sebagian besar masa pengangguran
berakhir di dalam sebulan. Tetapi, masih banyak orang-orang yang menganggur
dalam jangka waktu yang lama.
Jadi,
memang dengan mengetahui fakta bahwa masa pengangguran berakhir bilamana
seseorang ditarik dari angkatan kerja atau mendapatkan pekerjaan, adalah
mungkin bagi seseorang untuk mengalami beberapa masa-masa pengangguran di dalam
setahun dan benar-benar tidak bekerja sama sekali dalam tahun ini.
2.6.
Frekuensi Pengangguran
Frekuensi pengangguran adalah jumlah waktu
rata-rata per peiode dimana pekerja-pekerja itu menjadi penganggur. Ada dua
faktor penentu yang poko dari frekuensi pengangguran, yaitu : yang pertama
adalah perubahan permintaan akan tenaga kerja pada perusahaan-perusahaan yang
berbeda di dalam perekonomian. faktor penentu kedua dalah tingakat dimana para
pekerja baru memasuki angkatan kerja. Semakin cepat para pekerja baru memasuki
angkatan kerja, maka semakin cepat laju pertumbuhan angkatan kerja dan semakin
tinggi tingakat penganggurannya. Bahkan, apabila permintaan agregat adalah
konstan, beberapa perusahaan bertumbuh dan beberapa menurun. Perusahaan yang
menurun akan kehilangan tenaga kerja dan perusahaan yang bertumbuh akan menyewa
tenaga kerja lebih banyak.
2.7. Jenis-Jenis Pengangguran
1. Pengangguran Berdasarkan Jam Kerja
Berdasarkan jam
kerja, pengangguran dibedakan menjadi 2 yaitu,
a. Setengah Penganggur Terpaksa, yaitu mereka
yang bekerja dibawah jam kerja normal dan masih mencari pekerjaan atau masih
bersedia menerima pekerjaan lain.
b. Setengah Penganggur Sukarela, yaitu mereka
yang bekerja di bawah jam kerja normal tetapi tidak mencari pekerjaan atau
tidak bersedia menerima pekerjaan lain, misalnya tenaga ahli yang gajinya
sangat besar.
2. Pengangguran Berdasarkan Penyebab Terjadinya
Berdasarkan
penggolongan ini pengangguran dapat dibedakan kepada jenis pengangguran
berikut:
a. Pengangguran Normal atau Friksional
Apabila
dalam suatu perekonomian terdapat pengangguran sebanyak dua atau tiga persen
dari jumlah tenaga kerja, maka perekonomian itu sudah dianggap mencapai
kesempatan kerja penuh (full employment). Pengangguran sebanyak dua atau tiga
persen tersebut dinamakan pengangguran normal atau pengangguran
friksional.
b. Pengangguran Siklikal
Perekonomian
tidak selalu berkembang dengan konsisten. Adakalanya permintaan agregat lebih
tinggi dan mendorong pengusaha menaikkan produksi. Akibatnya, lebih banyak
pekerja baru digunakan dan pengangguran berkurang. Akan tetapi, pada masa
lainnya permintaan agregat menurun dengan sangat banyak.Kemerosotan permintaan
agregat ini membuat perusahaan-perusahaan mengurangi pekerjaan atau menutup
usahanya. Akibatnya, pengangguran akan bertambah. Kejadian ini terjadi dalam
siklus konjungtur suatu negara yang mengalami masa resesi dan masa depresi
perekonomian. Pada masa resesi dan depresi banyak perusahaan memberhentikan
pekerjanya karena ketidakmampuan untuk memberikan upah sehingga terjadi
pengangguaran besar-besaran. Pengangguran karena hal tersebut dinamakan
pengangguran siklikal.
c. Pengangguran Struktural
Tidak
semua industri dan perusahaan dalam perekonomian akan terus berkembang maju,
sebagiannya akan mengalami kemunduran. Kemunduran ini ditimbulkan oleh salah
satu atau beberapa faktor.Pertama, adanya barang baru yang lebih baik. Kedua,
kemajuan teknologi mengurangi permintaan atas barang tersebut. Ketiga, biaya
produksi sudah sangat tinggi dan tidak mampu bersaing. Keempat, ekspor produksi
industri sangat menurun karena persaingan yang lebih serius dari negara-negara
lain. Kemunduran tersebut akan menyebabkan kegiatan produksi dalam industri
tersebut menurun. Hal ini menyebabkan sebagian pekerja terpaksa diberhentikan
dan menjadi penganggur. Pengangguran jenis ini disebut sebagai pengangguran
struktural atau pengangguran yang disebabkan oleh perubahan struktur kegiatan
ekonomi.
d. Pengangguran Teknologi
Pengangguran
dapat juga disebabkan oleh adanya penggantian tenaga kerja oleh mesin-mesin dan
bahan kimia. Contohnya, racun gulma dan rumput bisa mengurangi penggunaan
tenaga kerja untuk membersihkan perkebunan, sawah, dan lahan pertanian lain.
Demikian juga, mesin telah mengurangi kebutuhan tenaga kerja untuk membuat
lubang, memotong rumput, membersihkan lahan, dan memungut hasil.Di
pabrik-pabrik, robot telah menggantikan kerja manusia. Pengangguran yang
ditimbulkan oleh pengangguran mesin dan kemajuan teknologi ini dinamakan
pengangguran teknologi.
3. Pengangguran Berdasarkan Cirinya
Berdasarkan
cirinya, pengangguran dibedakan menjadi empat yaitu:
a. Pengangguran Terbuka
Pengangguran ini terjadi karena pertambahan lapangan
pekerjaan yang lebih rendah daripada pertambahan tenaga kerja. Akibatnya dalam
perekonomian banyak tenaga kerja yang tidak memperoleh pekerjaan. Efek dari
keadaan ini dalam suatu jangka waktu yang cukup panjang adalah mereka tidak
melakukan suatu pekerjaan. Jadi, mereka menganggur secara nyata dan sepenuh
waktu sehingga dinamakan pengangguran terbuka. Untuk menghitung berapa besar
tingkat pengangguran terbuka, dapat dilakukan dengan rumus berikut :
b. Pengangguran Tersembunyi
Di
negara berkembang seringkali ditemui jumlah pekerja dalam suatu kegiatan
ekonomi lebih banyak daripada yang sebenarnya diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan. Kelebihan tenaga kerja yang digunakan ini digolongkan dalam
pengangguran tersembunyi. Contohnya pelayan restoran yang lebih banyak dari
yang diperlukan dan keluarga petani dengan anggita keluarga yang besar yang
mengerjakan luas tanah yang sangat kecil.
c. Pengangguran Bermusim
Pengangguran
ini terutama terdapat di sekotor pertanian dan perikanan. Pada musim hujan
penyadap karet dan nelayan tidak dapat melakukan pekerjaan dan terpaksa
menganggur. Pada musim kemarau para petani tidak dapat mengerjakan tanahnya.
Selain itu, para petani tidak begitu aktif antara waktu sesudah menanam dan
sesudah menuai. Apabila dalam masa di atas para penyadap karet, nelayan, dan
petani tidak melakukan pekerjaan lain maka mereka terpaksa menganggur.
Pengangguran seperti ini digolongkan sebagai pengangguran bermusim.Untuk
menghitung angka pengangguran musiman menggunakan rumus :
d. Setengah Menganggur
Di
negara-negara berkembang penghijrahan atau migrasi dari desa ke kota adalah
sangat pesat. Sebagai akibatnya tidak semua orang yang pindah ke kota dapat
memperoleh pekerjaan dengan mudah. Sebagiannya terpaksa menjadi penganggur
sepenuh waktu.Di samping itu adapula yang tidak menganggur, tetapi tidak pula
bekerja sepenuh waktu, dan jam kerja mereka adalah jauh lebih rendah dari yang
normal. Pekerja-pekerja yang mempunyai masa kerja seperti yang dijelaskan ini
digolongkan sebagai setengah menganggur atau dalam bahasa Inggris:
underemployed. Untuk menghitung berapa besar tingkat setengah menganggur, dapat
dilakukan dengan rumus berikut :
2.8.
Penyebab Terjadinya Pengangguran
Pengangguran adalah masalah makroekonomi yang
mempengaruhi manusia secara langsung dan merupakan yang paling berat. Secara
teoritis, pengangguran dapat terjadi karena beberapa sebab, diantaranya :
1. Perubahan Struktural.
Seperti
disebutkan Reynolds, Masters dan Moser (1986:269) jenis pengangguran ini
terjadi karena mismatch (tak sepadan/ketidakcocokan) antara kualifikasi pekerja
yang membutuhkan pekerjaan dengan persyaratan yang diinginkan. Hal ini biasanya
terjadi karena adanya perubahan struktur ekonomi. Struktur ekonomi dapat
diamati dari dominasi kontribusi sektoral terhadap produksi nasional
(regional). Bila sektor industri memberikan kontribusi paling besar terhadap
PDB dibanding dengan sektor lainnya, maka struktur perekonomian tersebut adalah
industri, atau sebaliknya (Sadono Sukirno, 1985). Katakanlah dalam suatu negara
atau daerah terjadi pergeseran struktur ekonomi dari sektor pertanian ke
industri. Dampak selanjutnya, adalah dibutuhkannya kualifikasi tenaga kerja
yang cocok di sektor industri. Ketika persyaratan ini tidak terpenuhi
(mismatch), maka tenaga kerja yang ada menjadi tidak terpakai, kecuali terjadi
penyesuaian kualifikasi seperti yang dibutuhkan.
2. Pengaruh Musim.
Perubahan
musim terjadi bukan hanya di sektor pertanian saja, tetapi sering pula terjadi
pada sektor lain. Pada musim liburan dan tahun baru, misalnya, suasana sektor
jasa transportasi dan pariwisata menjadi sangat sibuk (full employed) dibanding
dengan hari-hari biasa. Demikian pula pada saat menjelang, sedang dan setelah
bulan Suci Ramadhan, nampak permintaan terhadap barang dan jasa meningkat
(demand for good) yang selanjutnya akan membawa dampak otomatis terhadap
permintaan tenaga kerja (derived demand) di sektor yang bersangkutan (Arfida
B.R., 2003).
3. Adanya hambatan (ketidaklancaran) bertemunya
pencari kerja dan lowongan kerja (pengangguran friksional).
Jenis
pengangguran ini biasanya terjadi karena hambatan teknis (misalnya waktu dan
tempat). Sering terjadi pencari kerja tidak memiliki informasi yang lengkap
tentang lowongan kerja yang ada. Sehingga mereka kehilangan kesempatan untuk
memenuhi lowongan kerja tersebut. Mungkin juga karena situasi kerja (tempat)
yang ditempati tidak cocok dengan harapan si pencari kerja, sehingga membuat
pudarnya semangat kerja. Pilihannya adalah lebih baik tidak bekerja, karena
lingkungan kerja tidak kondusif lagi. Pengangguran jenis ini bisa juga terjadi
karena perkembangan (dinamika) ekonomi yang terus-menerus berubah, sehingga
membawa dampak terhadap permintaan tenaga kerja yang dinamis pula. Artinya pada
situasi demikian sangat dibutuhkan tenaga kerja yang mampu mengikuti perubahan
jaman dengan cepat serta mampu melakukan adaptasi keahlian terhadap tuntutan
lingkungan eksternal yang dinamis tersebut. Bila situasi ini tidak bisa
diikutinya, maka ia akan kehilangan kesempatan kerja.
4. Rendahnya Aliran Investasi
Investasi
merupakan komponen aggregate demand yang mempunyai daya ungkit terhadap
perluasan kesempatan kerja. Melalui mekanisme efek multiplier, perubahan
investasi membawa dampak terhadap kenaikan output (pendapatan). Terdapat
beberapa besaran (pengeluran otonom, seperti halnya investasi) yang mempunyai
dampak terhadap meningkatnya output yaitu pengeluaran konsumsi otonom,
investasi otonom, pengeluaran pemerintah dan ekspor (Gordon, 1993). Secara
otomatis meningkatnya output akan membutuhkan sumberdaya untuk proses produksi
(modal, tenaga kerja dan input lainnya). Dengan demikian permintaan
tenaga kerja akan meningkat ketika terjadi peningkatan dalam pengeluaran otonom
tadi. Hubungan antara kenaikan output dengan permintaan tenaga kerja
(penyerapan tenaga kerja) dapat dijelaskan dengan konsep elastisitas penyerapan
tenaga kerja (Payaman J. Simanjuntak, 1985 : 82) atau dapat ditulis dalam bentuk
lain menjadi :
Elastisitas
penyerapan tenaga kerja mencerminkan persentase perubahan tenaga kerja yang
terserap sebagai akibat perubahan laju pertumbuhan ekonomi
(LPE = %ΔQ). Bila koefisien Eks semakin besar (misalnya
lebih besar dari satu atau elastis), ini berarti persentase kenaikan tenaga
kerja yang terserap adalah lebih besar dibanding dengan laju pertumbuhan
ekonomi itu sendiri. Kondisi inilah yang sangat diharapkan, karena pola
hubungan sedemikian mencerminkan kegiatan ekonomi yang pada karya (labor
intensive). Artinya perubahan kesempatan kerja sangat peka (sensitif) terhadap
perubahan laju pertumbuhan ekonomi (economic growth rate).
Rumus
di atas dapat pula digunakan untuk melakukan prediksi kebutuhan tenaga kerja
pada sektor tertentu untuk perioda tertentu. Misalnya, bila besarnya koefisien
elastisitas penyerapan kerja (Eks) dan laju pertumbuhan ekonomi (%ΔQ) sudah
diketahui (given), maka dengan menggunakan persamaan (2) laju pertumbuhan
penyerapan tenaga kerja yang diinginkan (%ΔL) dapat diperkirakan (ceteris
paribus). Formula ini dapat pula diterapkan pada level yang lebih rendah lagi,
misalnya Kabupaten, Kota atau tingkat Kecamatan sekalipun.
5. Rendahnya Tingkat Keahlian
Keahlian
dan produktifitas sangat berkaitan erat. Orang yang memiliki keahlian akan
memiliki produktifitas tinggi, karena ia mampu memanfaatkan potensi dirinya
pada kegiatan ekonomi produktif. Untuk meningkatkan keahlian dapat dilakukan
berbagai cara, diantaranya adalah melalui pendidikan dan latihan, magang, pendidikan
formal, membangkitkan kecerdasan tenaga kerja lewat pembinaan motivasi kerja
dan corporate learning (percepatan belajar perusahaan) (Reynolds, Masters and
Moser, 1986; Rose-Nicholl, 2002).
6. Diskriminasi.
Diskriminasi
tidak hanya terjadi pada warna kulit saja (race discrimination), tetapi bisa
terjadi pula pada aspek lain, misalnya pada sektor pendidikan, ekonomi, hukum,
Agama dan lainnya. Misalnya, ketika perlakukan diskriminatif terjadi di bidang
ekonomi, maka kemungkinan dampak yang akan dirasakan adalah hilangnya
kesempatan berusaha dan kesulitan akses pada sumber-sumber pertumbuhan ekonomi
(modal, alam dan informasi, dll). Situasi inilah yang pada gilirannya akan
menghambat pada penciptaan lapangan kerja itu sendiri. Jadi beban
ketenagakerjaan akan berat sekali ketika perlakukan disriminatif di bidang
ekonomi masih ada. Demikian juga bila akses pendidikan dan pengembangan SDM
tidak diberikan seluas-luasnya kepada publik, dampak selanjutnya adalah terpuruknya
kualitas SDM, dan dalam jangka panjang kesempatan akan sulit diraih oleh tenaga
kerja.
7. Laju Pertumbuhan Penduduk
Hal-hal yang
tidak diinginkan dari persoalan kependudukan diantaranya adalah apabila
pertumbuhan penduduk bersamaan dengan munculnya karakteristik sebagai berikut :
a. tidak
diimbangi dengan sarana dan prasaranan pendidikan yang memadai,
b. rendahnya
anggaran pendidikan,
c. rendahnya
tingkat kesehatan,
d. tidak
seimbang dengan laju pertumbuhan kesempatan kerja,
e. rendahnya
pembentukan modal,
f. rendahnya
kualitas tenaga kependidikan,
g. rendahnya
balas jasa di sektor pendidikan (gaji, honor, jasa riset, dsb),
h. rendahnya
daya beli masyarakat,
i. minimnya sumberdaya ekonomi yang bisa dieksploitasi,
j. masih rendahnya pemahaman tentang arti penting
pendidikan, dan
k. rendahnya
fasilitas dan kualitas kesehatan yang dibutuhkan masyarakat.
8. Aggregate Demand Unemployment
Pengangguran
ini muncul karena rendahnya permintaan output ekonomi, sehingga selanjutnya
berdampak pada rendahnya permintaan tenaga kerja (low derived demand).
Sebaliknya, bila permintaan output tinggi (high aggregate demand), bukan hanya
akan menghilangkan pengangguran jenis ini, tetapi malah akan tercipta lebih
banyak lagi kesempatan kerja, bahkan situasi ini dapat mengurangi pengangguran
struktural dan friksional yang terjadi sebelumnya.
Bagi
kebanyakan orang kehilangan pekerjaan berarti penurunan standar kehidupan dan
tekanan psikologis. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa selalu ada
pengangguran? N.Gregory Mankiw seorang Profesor Ilmu Ekonomi di Harvard
University dalam bukunya Macro economics menyatakan bahwa ada dua alasan adanya
pengangguran yaitu: pencarian kerja yang sesuai dan kekakuan upah riil.
9. Pencarian Kerja yang Sesuai
Salah
satu alasan adanya pengangguran adalah dibutuhkan waktu untuk mencocokan antara
pekerja dengan pekerjaan. Model ekuilibrium pasar tenaga kerja agregat
mengasumsikan bahwa seluruh pekerja dan seluruh pekerjaan adalah identik,
sehingga seluruh pekerja dianggap cocok untuk seluruh pekerjaan. Jika hal ini
benar dan pasar dalam kondisi ekuilibrium, maka kehilangan pekerjaan tidak
menyebabkan pengangguran. Pekerja yang keluar dari pekerjaannya akan segera mendapatkan
pekerjaan baru pada tingkat keseimbangan pasar. Dalam kenyataannya para pekerja
mempunyai preferensi serta kemampuan yang berbeda, dan pekerjaan memiliki
karakteristik yang berbeda. Sementara itu, arus informasi tentang calon
karyawan dan lowongan kerja tidak sempurna. Untuk semua alasan ini, mencari
pekerjaan yang tepat membutuhkan waktu serta usaha dan cenderung mengurangi
tingkat perolehan kerja. Pengangguran yang disebabkan oleh waktu yang di
butuhkan untuk mencari pekerjaan disebut pengangguran friksional (friksional
unemployment). Pengangguran friksional tidak bisa dielakan dalam
perekonomian yang sedang berubah. Untuk beberapa alasan, jenis-jenis barang
yang di konsumsi perusahaan dan rumah tangga bervariasi sepanjang waktu. Ketika
permintaan terhadap barang bergeser, permintaan terhadap tenaga kerja yang
memproduksi barang-barang tersebut juga berubah. Para ekonomi menyebut
perubahan komposisi permintaan antar industri atau wilayah sebagai pergeseran
sektoral. Pergeseran sektoral bukan satu-satunya penyebab pemutusan hubungan
kerja dan pengangguran friksional. Selain itu para pekerja dapat di PHK ketika
perusahaan mereka bangkrut, ketika kinerja mereka merosot, atau ketika keahlian
mereka tidak dibutuhkan lagi.
10. Kekakuan
Upah Riil
Alasan kedua
adanya pengangguran adalah kekakuan upah (wage rigidity). Gagalnya upah
melakukan penyusuaian sampai penawaran tenaga kerja sama dengan permintaannya.
2.9.
Dampak yang Diakibatkan dari
Pengangguran
Bisa dipastikan bahwa pengangguran yang
terjadi akan membawa dampak pada aspek (sektor) lainnya. Aspek-aspek yang akan
terkena langsung adalah kesehatan dan pendidikan. Karenanya sebagian beban
biaya pendidikan dan kesehatan harus ditanggung (bahkan merupakan kewajiban)
pemerintah. Bila pengangguran tersebut berlangsung cukup lama, maka kemiskinan
absolut bahkan kelaparan bisa terjadi. Dampak lain dari pengangguran di
antaranya adalah :
1. Ketimpangan sosial. Ini terjadi karena tidak
seluruh komponen masyarakat menganggur, selalu ada sekelomok masyarakat yang
nasibnya masih beruntung, ia dapat bekerja dengan normal bahkan memperoleh
penghasilan yang berlebih.
2. Kecemburuan sosial. Hal ini terjadi
karena terpicu oleh disparitas sosial yang ada, misalnya ketimpangan pendapatan,
status sosial dan kekuasaan.
3. Meningkatnya budget pemerintah untuk sektor
pendidikan dan kesehatan.
4. Meningkatnya kriminalitas dan kekerasan sosial
lainnya.
5. Munculnya sikap permisif (serba boleh) sebagai
jalan pintas untuk mempertahankan hidup.
6. Tidak lancarnya sistem demokrasi. Karena money
politic lebih dominan.
7. Disharmonisnya sistem rumah tangga, karena
penopang kelangsungan rumah tangga (penghasilan) tidak memadai lagi.
8. Meningkatnya sex komersial (pelacuran),
sebagai representasi sulitnya mencari lapangan kerja.
9. Melemahnya daya beli, sebagai konsekuensi
langsung dari ketidakberdayaan ekonomi (rendahnya pendapatan rumah tangga).
10. Kekuasaan
dan harga diri diukur oleh tingkat kekayaan dan penghasilan yang dapat
diperoleh (seba uang). Sebetulnya ini suatu kekeliruan yang paling fatal, namun
masyarakat cenderung berperilaku seperti itu. Dirasakan sekali dengan uang
segalanya jadi lancar, menyenangkan, status sosial terangkat dan dihargai orang
lain.
Adapun dampak lain yang terjadi karena
pengangguran,
1. Dampak Pengangguran Terhadap Pembangunan
Nasional
Pengangguran merupakan masalah pokok
dalam suatu masyarakat modern. Jika tingkat pengangguran tinggi, sumber daya
menjadi terbuang percuma dan tingkat pendapatan masyarakat akan menurun.
Pengangguran berdampak besar terhadap pembangunan nasional. Dampak pengangguran
terhadap pembangunan dapat dilihat melalui hubungan antara pengangguran dan
indikator-indikator berikut ini:
a. Pendapatan Nasional dan Pendapatan per Kapita.
Upah merupakan salah satu komponen dalam
perhitungan pendapatan nasional. Apabila tingkat pengangguran semakin tinggi,
maka nilai komponen upah akan semakin kecil. Dengan demikian, nilai pendapatan
nasional pun akan semakin kecil.
b. Penerimaan Negara. Salah satu sumber
penerimaan negara adalah pajak, khususnya pajak penghasilan. Pajak penghasilan
diwajibkan bagi orang-orang yang memiliki pekerjaan. Apabila tingkat
pengangguran meningkat, maka jumlah orang yang membayar pajak penghasilan
berkurang. Akibatnya penerimaan negara pun berkurang.
c. Beban Psikologis. Semakin lama seseorang
menganggur, semakin besar beban psikologis yang harus ditanggung. Secara
psikologis, orang yang menganggur mempunyai perasaan tertekan, sehingga
berpengaruh terhadap berbagai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
d. Biaya Sosial. Dengan semakin besarnya jumlah
penganggur, semakin besar pula biaya sosial yang harus dikeluarkan. Biaya
sosial itu mencakup biaya atas peningkatan tugas-tugas medis, biaya keamanan,
dan biaya proses peradilan sebagai akibat meningkatnya tindak kejahatan.
2. Dampak Pengangguran terhadap Perekonomian
suatu Negara
Tujuan
akhir pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya adalah meningkatkan
kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar stabil dan dalam keadaan
naik terus. Jika tingkat pengangguran di suatu negara relatif tinggi, hal
tersebut akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang telah dicita-citakan.
Hal ini terjadi karena pengganguran berdampak negatif terhadap kegiatan
perekonomian, seperti yang dijelaskan di bawah ini:
a.
Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak
dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapainya. Hal ini terjadi karena
pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional riil (nyata) yang dicapai
masyarakat akan lebih rendah daripada pendapatan potensial (pendapatan yang
seharusnya). Oleh karena itu, kemakmuran yang dicapai oleh masyarakat pun akan
lebih rendah.
b. Pengangguran akan menyebabkan pendapatan
nasional yang berasal dari sektor pajak berkurang. Hal ini terjadi karena
pengangguran yang tinggi akan menyebabkan kegiatan perekonomian menurun
sehingga pendapatan masyarakat pun akan menurun. Dengan demikian, pajak yang
harus dibayar dari masyarakat pun akan menurun. Jika penerimaan pajak menurun,
dana untuk kegiatan ekonomi pemerintah juga akan berkurang sehingga kegiatan
pembangunan pun akan terus menurun.
c.
Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan
ekonomi. Adanya pengangguran akan menyebabkan daya beli masyarakat akan
berkurang sehingga permintaan terhadap barang-barang hasil produksi akan
berkurang. Keadaan demikian tidak merangsang kalangan investor (pengusaha)
untuk melakukan perluasan atau pendirian industri baru. Dengan demikian tingkat
investasi menurun sehingga pertumbuhan ekonomi pun tidak akan terpacu.
3. Dampak Pengangguran terhadap Individu yang
Mengalaminya dan Masyarakat
Berikut
ini merupakan dampak negatif pengangguran terhadap individu yang mengalaminya
dan terhadap masyarakat pada umumnya:
a.
Pengangguran dapat menghilangkan mata
pencaharian. Di negaranegara maju para penganggur memperoleh tunjangan (bantuan
keuangan) dari badan asuransi pengangguran. Oleh sebab itu, mereka masih
mempunyai pendapatan untuk membiayai kehidupannya dan keluarganya. Mereka tidak
perlu bergantung kepada tabungan mereka atau bantuan orang lain. Sedangkan di
negara Indonesia, tidak terdapat program asuransi pengangguran. Maka kehidupan
penganggur harus dibiayai oleh tabungan masa lalu atau pinjaman batnuan
keluarga dan kawan-kawan. Keadaan ini bias menyebabkan pertengkaran dan
kehidupan keluarga yang tidak harmonis.
b. Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan.
Ketrampilan dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan hanya dapat dipertahankan
apabila ketrampilan tersebut digunakan dalam praktek. Pengangguran dalam
periode yang lama akan menyebabkan tingkat ketrampilan pekerja menjadi semakin
merosot.
c.
Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan
sosial politik. Kegiatan ekonomi yang lesu dan pengangguran yang tinggi dapat
menimbulkan rasa tidak puas masyarakat kepada pemerintah. Golongan yang
memerintah semakin tidak popular di mata masyarakat. Berbagai tuntunan dan
kritikan akan dilontarkan kepada pemerintah dan adakalanya disertai oleh aksi
demonstrasi. Karena masyarakat akan berpandangan bahwa pemerintah tidak
melakukan tindakan untuk menanggulanginya kemudian menimbulkan ketidak
percayaan pada pemerintah.
d. Meningkatnya kriminalitas. Mereka yang tidak
memiliki pekerjaan terpaksa melakukan tindakan kriminalitas guna memenuhi
kebutuhannya.
e.
Meningkatnya kemiskinan. Hal ini karena mereka
tidak memiliki lagi sumber pendapatan.
2.10. Peran Kebijakan Pemerintah
dalam Mengatasi Masalah Pengangguran
Di atas telah dijelaskan dampak negatif dari
adanya pengangguran dalam perekonomian.Untuk mengatsi dampak negatif tersebut
pemerintah perlu secara terus menerus berusaha mengatasi masalah pengangguran.
Ada beberapa tujuan dari kebijakan pemerintah diantaranya:
1. Tujuan bersifat ekonomi: kebijakan-kebijakan yang dilakukan
pemerintah berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang bersifat ekonomi.
Dalam hal ini ada tiga pertimbangan utama:
a. Menyediakan lowongan pekerjaan, kebijakan
pemerintah untuk mengatasi pengangguran merupakan usaha yang terus-menerus.
Dengan perkataaan lain, ini merupakan usaha dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Dalam jangka panjang usaha mengatasi pengangguran diperlukan karena
jumlah penduduk yang selalu bertambah akan menyebabkan pertambahan tenaga kerja
yang terus-menerus. Maka, untuk menghindari masalah pengangguran yang semakin
serius, tambahan lowongan pekerjaan yang cukup perlu disediakan dari tahun ke
tahun.
Dalam jangka pendek pengangguran dapat menjadi
bertambah serius, yaitu ketika berlaku kemunduran atau pertumbuhan ekonomi yang
lambat. Dalam masa seperti itu kesempatan kerja bertambah dengan lambat dan
pengangguran meningkat. Menghadapi keadaan yang seperti ini usaha-usaha
pemerintah untuk mengatasi pengangguran perlu ditingkatkan.
b. Meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat,
kenaikan kesempatan kerja dan pengurangan pengangguran sangat berhubungan
dengan pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat. Kenaikan
kesempatan kerja menambah produksi nasional dan pendapatan nasional.
Perkembangan ini selanjutnya akan menambah kemakmuran masyarakat. Ukuran kasar
dari kemakmuran masyarakat adalah pendapatan per kapita yang diperoleh dengan
cara membagikan pendapatan nasional dengan jumlah penduduk. Dengan demikian,
kesempatan kerja yang semakin meningkat dan pengangguran yang semakin berkurang
bukan saja menambah pendapatan nasional tetapi juga meningkatkan pendapatan per
kapita. Melalui perubahan ini kemakmuran masyarakat akan bertambah.
c. Memperbaiki pembagian pendapatan, pengangguran
yang semakin tinggi menimbulkan efek yang buruk kepada kesamarataan pembagian
pendapatan. Pekerja yang menganggur tidak memperoleh pendapatan. Maka semakin
besar penganguran,semakin banyak golongan tenaga kerja yang tidak mempunyai
pendapatan. Seterusnya pengangguran yang terlalu besar cenderung untuk
menurunkan upah golongan berpendapatan rendah. Sebaliknya, pada kesempatan
kerja yang tinggi tuntuan kenaikan upah akan semakin mudah diperoleh. Dari
kecenderungan ini dapat disimpulkan bahwa usaha menaikkan kesempatan kerja
dapat dapat juga digunakan sebagai alat untuk memperbaiki pembagian pendapatan
dalam masyarakat.
2. Tujuan bersifat sosial dan politik: tujuan untuk mengatasi masalah sosial dan politik
tidak kalah pentingnya dengan tujuan yang bersifat ekonomi. Tanpa kesetabilan
sosial dan politik , usaha-usaha untuk mengatasi masalah ekonomi tidak akan
dapat dicapai dengan mudah. Beberapa tujuan kebijakan pemerintah dalam bidang
sosial dan politik:
a.
Meningkatkan kemakmuran dan kestabialan
keluarga, ditinjau dari segi mikro, tujuan ini merupakan hal yang sangat
penting. apabila kebanyakan anggota dalam suatu rumah tangga tidak bekerja,
berbagai masalah akan timbul. Pertama keluarga tersebut mempunyai kemampuan
terbatas untuk melakukan pembelanjaaan. Maka secara langsung pengangguran
mengurangi taraf kemakmuran keluarga. Kedua pengangguran mengurangi kemampuan
keluarga dalam membiayai pendidikan anak-anaknya. Sehingga perlunya ada perluasan
kesempatan kerja. Efek psikologi ke atas rumah tangga seperti merasa rendah
diri, kehilangan kepercayaan diri dan perselisihan dalam keluarga, merupakan
masalah lain yang ditimbulkan oleh pengangguran.
b. Menghindari masalah kejahatan, di satu pihak
pengangguran menyebabkan para pekerja kehilangan pendapatan. Akan tetapi di
lain pihak, ketiadaan pekerjaan tidak akan mengurangi kebutuhan untuk
berbelanja guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Apabila tidak adanya tabungan
maupun penghasilan lain pengangguran semakin meningkatkan tindak kejahatan,
dimana motif kejahatan sebagian besar adalah faktor ekonomi, dengan demikian
usaha mengatasi pengangguran berarti juga mengurangi tingakat tindakan
kejahatan.
c.
Mewujudkan kestabilan politik, kestabilan
ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang di perlukan untuk menaikan tingkat
kemakmuran masyarakat memerlukan kestabilan politik. Tanpa kestabilan politik
tidak mungkin suatu negara dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang cepat dan
terus menerus. Pengangguran merupakan salah satu sumber/penyebab dari ketidak
stabilan politik karena pengangguran membuat masyararakat tidak merasa puas
dengan pihak pemerintah. Mereka merasa pemerintah tidak melakukan tindakan yang
cukup untuk masyarakat. Dalam perekonomian yang tingkat penganggurannya tinggi
masyarakat seringkali melakukan demonstrasi dan mengemukakan kritik kepada
pemimpin-pemimpin pemerintah. Hal-hal seperti ini akan menimbulkan halangan
untuk melakukan investasi dan mengembangkan kegiatan ekonomi. Senagai akibatnya
perkembangan ekonomi yang lambat semakin berkepanjangan dan keadaan
pengangguran semakin memburuk. Pemerintah harus cepat melakukan tinfakan untuk
mengatasi masalah tersebut.
Dua kebijakan pemerintah yaitu :
1. Kebijakan Fiskal
Kebijakan
pemerintah untuk mengatur pengeluaran pemerintah serta mengatur besarnya tarif
pajak..
Masalah pengangguran muncul karena pengeluaran
agregat (AE1) berada di bawah pengeluaran agregat yang diperlukan
untuk mencapai tingkat konsumsi tenaga kerja penuh (AE2). Jarak
antara AE1 dan AE2 dinamakan jurang deflasi, jurang
deflasi adalah jumlah kekurangan pembelanjaan agregat yang diperlukan untuk
mencapai konsumsi tenaga kerja penuh. Dalam grafik a. dimisalkan keseimbangan
asal di capai di titik E1. keseimbangan ini menunjujukan pendapatan
nasional adalah Y1 dan dalam dalam keseimbangan ini pengangguran
berlaku.untk mengatasinya pemerintah menambah pengeluaran pemerintah sebanyak
∆G dan pertambahan pengeluaran ini memindahkan pengeluaran pemerintah dari AE1
KE AE1. Perubahan tersebut berarti keseimbangan bergeser pula dari E1
ke E2. Perubahan in akan akan menambah kesempatan kerja dan
mengurangi pengangguran.
Dalam grafik b, yang menunjukan efek
pengurangan pajak pada keseimbangn pendapatan nasional, juga dimisalkan
keseimbangan yang asal adalah di E1. Pengurangan pajak sebesar ∆T
(yang sama nilainya dengan ∆G) akan menambah pendapatan disposibel rumah tangga
sebesar ∆ =∆T. Perubahan disposibel itu akan adalah kuarang dari
∆G, yaitu hanya sebesar: ∆C=MPC.∆G. Kenaikan pengeluaran rumah tersebut akan
memindahkan pengeluaran agregat menjadi A dan keseimbangan menjadi . Maka
pendapatan nasional bertambah dari ke dan oleh sebab itu
kesempatan kerja bertambah dan pengangguran berkurang.
2. Kebijakan moneter
Kebijakan
pemerintah untuk mengatur tingkat suku bunga.
Pengeluaran
agregat yang mula-mula berlaku dalam perekonomian ditunjukan oleh A dan
pendapatan nasional di . Untuk mengatasi pengangguran dan menggalakan kegiatan
ekonomi bank sentral menambah penawaran uang. Langkah ini menurunkan suku bunga
dan menggalakan para pengusaha menambah investasi, yaitu sebesar .
Pertambahan investasi tersebut memindahkan pengeluaran agregat dari A ke
A dan memindahkan keseimbangan dari ke A . Dengan demikian pendapatan
nasional meningkat menjadi . Peningkatan ini menambah kesempatan kerja
dan mengurangi pengangguran, akan tetapi kegiatan ini berlaku pada harga yang
tidak mengalami perubahan.
2.11. Solusi Mengatasi Pengangguran
1. Cara
mengatasi pengangguran friksional dan pengangguran voluntary
a. Proyek padat karya untuk menambah kesempatan
kerja dengan mendirikan industri baru, pembangunan jalan raya, jembatan, dll.
b. Menarik investor baru dengan cara deregulasi
dan debirokratisasi.
c. Pengembangan transmigrasi untuk menambah
lapangan kerja baru di bidang agraris dan sektor lain.
2.
Cara mengatasi pengangguran konjungtural
a. Meningkatkan daya beli mesyarakat sehingga
pasar menjadi ramai dan akan meningkatkan jumlah permintaan. Dengan demikian,
perusahaan harus meningkatkan produksi dengan menambah tenaga kerjanya.
b. Mengatur bunga bank agar tidak terlalu tinggi
sehingga para investor lebih suka menginvestasikan uangnya dalam bidang usaha
untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
3.
Cara mengatasi pengangguran struktural
a. Menyediakan lapangan kerja untuk menampung
kelebihan tenaga kerja di sektor ekonomi lain pada suatu daerah yang mengalami
perubahan sektor ekonomi.
b. Pelatihan tenaga kerja untuk mengisi yang
masih membutuhkan.
c. Menarik investor, khususnya merangsang
berdirinya industri baru.
4.
Cara mengatasi pengangguran musiman
a. Pelatihan keterampilan lain, selain bidang
yang sudah digeluti. Hal tersebut dapat digunakan untuk melakukan pekerjaan
lain pada saat musim – musim tertentu (biasanya saat petani meninggu panen).
b. Menginformasikan lowongan pekerjaan yang ada
di sektor lain kepada masyarakat.
5. Cara mengatasi pengangguran deflasionar
a. Pelatihan tenaga kerja, terutama diarahkan
untuk tenaga kerja yang akan dikirim ke luar negeri, supaya mereka tidak hanya
menjadi tenaga kasar, tetapi minimal menjadi tenaga terampil atau bahkan tenaga
ahli.
b. Seperti cara yang dilakukan untuk mengatasi
pengangguran lain, menarik investor baru sangat perlu dilakukan.
6.
Cara mengatasi pengangguran teknologi
a. Mempersiapkan masyarakat untuk dapat mengikuti
perkembangan teknologi dengan cara memasukkan materi kurikulum pelatihan
teknologi pada sekolah-sekolah.
b. Pengenalan teknologi yang ada sejak usia dini.
c. Pelatihan tenaga pendidik untuk menguasai
teknologi baru yang harus disampaikan pada anak.
0 Response to "PENGANGGURAN"
Post a Comment