2.1. Negoisasi
dan Cakupannya
a. Pengertian
Negoisasi
Salah satu keterampilan komunikasi yang
seringkali kita laksanakan adalah negosiasi. Negosiasi dapat terjadi setiap
hari antar anggota keluarga, di toko, kampus atau di tempat kerja. Secara
sederhana negosiasi terjadi bila orang lain memiliki apa yang kita inginkan dan
kita bersedia menukarnya dengan apa yang diinginkan mereka. Negosiasi adalah
ketrampilan yang bisa dipelajari dan dilatih
Negoisasi merupakan kosakata yang sering kita
dengar. Negoisasi merupakan proses yang sering sekali kita lakukan dalam hidup
dan sering pula kita tidak sadar kalau kita tengah melakukan negoisasi. Untuk
itu perlu terlebih dahulu dijelasakan pengertian negoisasi. Negoisasi dipahami
sebagai sebuah proses dimana terdapat pihak ingin menyelesaikan permasalahan,
melakuakan suatu persetujuan untuk melakukan suatu perbuatan, melakukan
penawaran untuk mendapatkan keuntungan tertentu, dan atau berusaha
menyelesaikan permasalahan untuk keutungan tertentu (win-win solution).
Negoisasi biasa dikenal sebagai salah satu bentuk alternatif dispute
resulation.
Dengan demikian, secara sederhana dapat
disimpulkan negoisasi adalah satu cara antara dua orang atau lebih yang berbeda
kepentingan baik itu berupa pendapat, pendirian, maksud atau tujuan dalam
mencari kesepahaman dengan cara mempertemukan penawaran dan permintaan dari
masing-masing pihak sehingga tercapai suatu kesepakatan atau kesepahaman
kepentingan baik itu berupa pendapat, pendirian, maksud atau tujuan (mencapai
kesepakatan bersama).
b.
Karakteristik Negoisasi
- Senantiasa melibatkan orang baik sebagai individual, perwakilan organisasi atau perusahaan, sendiri atau dalam kelompok,
- Memiliki ancaman terjadinya atau di dalamnya mengandung konflik yang terjadi mulai dari awal sampai terjadi kesepakatan dalam akhir negosiasi,
- Menggunakan cara-cara pertukaran sesuatu baik berupa tawar menawar (bargain) maupun tukar menukar (barter),
- Hampir selalu berbentuk tatap-muka yang menggunakan bahasa lisan, gerak tubuh maupun ekspresi,
- Negosiasi biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau sesuatu yang belum terjadi dan kita inginkan terjadi,
c. 4 Prinsip
Negoisasi
1.Memisahkan perasaan pribadi dengan masalah
yang sedang dihadapi,
2.Berfokus pada kepentingan bukan pada posisi,
3.Mengumpulkan beberapa pilihan sebelum membuat
keputusan akhir,
4.Kharismatik, vokal yang terdengar meyakinkan
pada saat negoisasi.
d. Kemampuan
Bernegoisasi
Meskipun secara lahiriah manusia telah dibekali
dengan kemampuan untuk bernegosiasi, namun untuk dapat bernegoisiasi dengan
baik, kemampuan dasar tersebut pelu dikembangkan. Adapun, beberapa kemampuan
dasar untuk dapat bernegosiasi yang baik adalah:
1. Kemampuan
menentukan serangkaian tujuan, namun tetap fleksibel dengan sebagian
diantaranya. Selain harus mampul mempertahankan serangkaian tujuan, dalam
organisasi, seorang negosiator harus mampu bersikap fleksibel dalam membaca
keseimbangan atau perubahan posisi tawar yang terjadi selama negosiasi,
2. Kemampuan
untuk mencari kemungkinan-kemungkinan dari pilihan yang banyak. Dalam hal ini,
seorang megosiator harus jeli membaca kemungkinan dan memprediksi konsekuensi
yang mungkin timbul dari masing-masing pilihan. Sebaiknya seorang negosiator
sudah harus mampu memprediksi kemungkinan terbaik dan terburuk yang mungkin
timbul,
3. Kemampuan
untuk mempersiapkan dengan baik. Tidak ada negosiasi yang baik tanpa persiapan
yang baik. Negosiator ulung selalu mempersiapkan segala sesuaatu, mulai dari
hal besar hingga hal kecil jauh sebelum pelaksanaan negosiasi. Namun, tak
jarang seorang negosiator harus mampu melakukan negosiasi pada saat yang tidak
terduga,
4. Kompetensi
interaktif, yaiut mampu mendengarkan dan menanyakan pihak-piahk lain. Menjawab
lebih mudah dari memberikan pertanyaan yang baik, karena setiap jawaban lahir
karena ada pertanyaan. Tanpa adanya pertanyaan yang baik, jawaban yang baik
tidak bisa diharapkan,
5. Kemampuan
menentukan prioritas. Dalam negosiasi, segala hal yang dinegosiasikan adalah
penting, hanya saja seorang negosiator harus mampu memberikan prioritas kepada
permasalahan yang ada, hingga tersusun dalam tingkatan prioritas.
Dengan memiliki kemampuan dasar tersebut,
diharapkan negosiator sudah memiliki dasar pemikiran dan kemampuan untuk
bernegosiasi. Selanjutnya, selain kemampuan dasar tersebut, seorang negosiator
harus memiliki kemampuan berbicara (retorika) dan kemampuan memimpin
(leadership) serta manajemen yang baik agar mampu menetukan alur negosiasi dan
melangsungkan negosiasi hingga tujuan tercapai.
e. Dua Jenis
Negosiator
1. Value
Claimers
Memandang negosiasi sebagai proses pertikaian.
Masing-masing pihak berusaha mendapatkan sebanyak mungkin jatah atau
kemenangan dan memberikan sesedikit mungkin jatah atau kemenangan bagi
lawannya.
2. Value
Creators
Mengutamakan proses yang akan menguntungkan
kedua belah pihak. Mencoba untuk menciptakan nilai tambah bagi kedua belah
pihak yang bernegosiasi.
f. Cakupan
Negoisasi
Dalam konteks organisasi, negosiasi dapat
terjadi:
1. Antara
dua orang
misal: pada saat manajer dan bawahannya
memutuskan tanggal penyelesaian proyek yang harus diselesaikan oleh bawahan,
2. Dalam
kelompok
misal: untuk mengambil keputusan kelompok atas
suatu kasus,
3. Antar
kelompok
Misal: bagian pembelian dengan pemasok dalam
kesepakatan harga, kualitas atau tanggal penyerahan barang.
g. Unsur-unsur
Negosiasi
- Ketergantungan dalam suatu tingkatan, antara pihak pihak yang terlibat,
- Ketidaksepakatan atau konflik (baik konflik nyata atau yang tersembunyi),
- Interaksi yang oportunistik (setiap pihak punya keinginan untuk berusaha mempengaruhi orang lain),
- Kesepakatan.
h. Tujuan
Negoisasi
- Tujuan agresif - berusaha memperoleh keuntungan dari kerugian (damage) pihak lawan,
- Tujuan kompetitif - berusaha memperoleh sesuatu yang lebih (getting more) dari pihak lawan,
- Tujuan kooperatif - berusaha memperoleh kesepakatan yang saling menguntungkan (mutual gain),
- Tujuan pemusatan diri - berusaha memperoleh keuntungan tanpa memperhatikan penerimaan pihak lain,
- Tujuan defensif - berusaha memperoleh hasil dengan menghindari yang negatif,
- Tujuan kombinasi.
i. Gaya-gaya
Negoisasi
Dalam gaya negosiasi dapat dijelaskan dalam dua
dimensi, yaitu arah dan kekuatan:
1.
Arah berbicara tentang cara kita menangani informasi.
a. Mendorong
[push]
memberi informasi, mengajukan usul, melalaikan
kontribusi orang lain, mengkritik, bertindak sebagai pengganggu – semua taktik
yang berlaku tergantung sifat dan konteks negosiasi.
b. Menarik
[pull]
mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan
informasi, meminta saran, memastikan pemahaman, meminta kejelasan, menyatakan
perasaan kita.
2. Kekuatan
berbicara tentang keluwesan kita untuk beranjak dari kedudukan kita yangn
semula.
a. Bersikap
keras : kita ingin menang berapapun harganya, tidak akan mengalah atau mundur,
tidak akan menerima tawaran apapun, kita mengejar sasaran yang tinggi.
b. Bersikap
lunak : kita mengalah, ragu-ragu, sulit untuk berkata tidak, menyesuaikan
diri
sasaran yang kita kejar rendah. Kita dapat
mengambil sikap keras dalam beberapa persoalan dan bersikap lunak dalam
persoalan-persoalan yang lain : hal ini memberikan petunjuk jelas mengenai
hasil yang menjadi prioritas.
j. Prasyarat
Negoisasi Yang Efektif
Prasyarat Negoisasi yang Efektif
1.Kemauan (wilingness), mau menyelesaikan
masalah dan bernegoisasi secara sukarela
2.Kesiapan (preparedness), siap melakukan
negoisasi,
3.Kewenangan (authoritative), mempunyai
wewenang mengambil keputusan,
4.Keseimbangan kekkuatan (equal bargaining
power), memiliki kekuatan yang relatif seimbang sehingga dapat menciptakan
saling ketergantungan,
5.Keterlibatan seluruh pihak terkait
(stakeholdership), dukungan seluruh pihak terkait dalam proses negoisasi,
6.Holistik (comprehensive), pembahasan
permasalahan secara menyeluruh,
7.Komunikasi dan rasa percaya antara sesama
pihak masih ada,
8.Sengketa tidak terlalu pelik,
9.Tanpa prasangka, segala komunikasi atau
diskusi dalam rangka menyelesaikan sengketa tidak dapat sebagai bukti.
2.2 Proses
Negoisasi
Seperti proses dan teknik komunikasi yang lain,
negosiasi mengharuskan kita untuk mempersiapkan diri dari persiapan,
pelaksanaan sampai bagaimana kita menutup proses tersebut. Persiapan dimulai
dengan rencana – sasaran akhir dan strategi untuk mencapainya, tujuan yang
diinginkan, persiapan diri, melihat posisi lawan komunikasi, pendekatan dan
strategi yang tepat, dan suasana yang mendukung. Saat pelaksanaan negosiasi,
membaca tanda-tanda nonverbal, membuat dan menanggapi usulan, menentukan posisi
kita, dan menanggapi siasat yang diberikan lawan kita. Pada proses
menutup negosiasi, bagaimana membahas konsesi dan posisi kita, cara menutup
yang berkesan, mengatasi kemacetan dan menghasilkan sebuah hasil yang
diharapkan bila tidak mencari solusi lain yang tepat dan terakhir melaksanakan
keputusan yang dibuat. Berikut akan dijelaskan mengenai proses negoisasi:
a. Langkah-langkah
bernegoisasi
1. Persiapan
Langkah pertama dalam melakukan negosiasi
adalah langkah persiapan. Persiapan yang baik merupakan fondasi yang kokoh bagi
negosiasi yang akan kita lakukan. Hal tersebut akan memberikan rasa percaya
diri yang kita butuhkan dalam melakukan negosiasi. Yang pertama harus kita
lakukan dalam langkah persiapan adalah menentukan secara jelas apa yang ingin
kita capai dalam negosiasi. Tujuan ini harus jelas dan terukur, sehingga kita
bisa membangun ruang untuk bernegosiasi. Tanpa tujuan yang terukur, kita tidak
memiliki pegangan untuk melakukan tawar-menawar atau berkompromi dengan pihak
lainnya. Hal kedua dalam persiapan negosiasi adalah kesiapan mental kita.
Usahakan kita dalam kondisi relaks dan tidak tegang. Cara yang paling mudah
adalah dengan melakukan relaksasi. Bagi kita yang menguasai teknik pemrograman
kembali bawah sadar (subconscious reprogramming) kita dapat melakukan latihan
negosiasi dalam pikiran bawah sadar kita, sehingga setelah melakukannya
berkali-kali secara mental, kita menjadi lebih siap dan percaya diri.
2. Pembukaan
Mengawali sebuah negosiasi tidaklah semudah
yang kita bayangkan. Kita harus mampu menciptakan atmosfir atau suasana yang
tepat sebelum proses negosiasi dimulai. Untuk mengawali sebuah negosiasi dengan
baik dan benar, kita perlu memiliki rasa percaya diri, ketenangan, dan
kejelasan dari tujuan kita melakukan negosiasi. Ada tiga sikap yang perlu kita
kembangkan dalam mengawali negosiasi yaitu: pleasant (menyenangkan), assertive
(tegas, tidak plin-plan), dan firm (teguh dalam pendirian). Senyum juga salah
satu hal yang kita perlukan dalam mengawali sebuah negosiasi, sehingga hal
tersebut akan memberikan perasaan nyaman dan terbuka bagi kedua pihak. Berikut
ada beberapa tahapan dalam mengawali sebuah negosiasi:
- Jangan memegang apa pun di tangan kanan anda ketika memasuki ruangan negosiasi;
- Ulurkan tangan untuk berjabat tangan terlebih dulu;
- Jabat tangan dengan tegas dan singkat;
- Berikan senyum dan katakan sesuatu yang pas untuk mengawali pembicaraan.
Selanjutnya dalam pembicaraan awal, mulailah dengan
membangun common ground, yaitu sesuatu yang menjadi kesamaan antar kedua pihak
dan dapat dijadikan landasan bahwa pada dasarnya selain memiliki perbedaan,
kedua pihak memiliki beberapa kesamaan yang dapat dijadikan dasar untuk
membangun rasa percaya.
3. Memulai
proses negosiasi
Langkah pertama dalam memulai proses negosiasi
adalah menyampaikan (proposing) apa yang menjadi keinginan atau tuntutan kita.
Yang perlu diperhatikan dalam proses penyampaian tujuan kita tersebut
adalah:
- Tunggu saat yang tepat bagi kedua pihak untuk memulai pembicaraan pada materi pokok negosiasi;
- Sampaikan pokok-pokok keinginan atau tuntutan pihak anda secara jelas, singkat dan penuh percaya diri;
- Tekankan bahwa anda atau organisasi anda berkeinginan untuk mencapai suatu kesepakatan dengan mereka
- Sediakan ruang untuk manuver atau tawar-menawar dalam negosiasi, jangan membuat hanya dua pilihan ya atau tidak;
- Sampaikan bahwa ”jika mereka memberi anda ini anda akan memberi mereka itu – if you’ll give us this, we’ll give you that.” Sehingga mereka mengerti dengan jelas apa yang harus mereka berikan sebagai kompensasi dari apa yang akan kita berikan.
- Mendengarkan dengan efektif apa yang ditawarkan atau yang menjadi tuntutan pihak lain. Mendengar dengan efektif memerluka kebiasaan dan teknik-teknik tertentu. Seperti misalnya bagaimana mengartikan gerakan tubuh dan ekspresi wajah pembicara. Usahakan selalu membangun kontak mata dengan pembicara dan kita berada dalam kondisi yang relaks namun penuh perhatian.
4. Zona
Tawar Menawar (The Bargaining Zone)
Dalam proses inti dari negosiasi, yaitu proses
tawar menawar, kita perlu mengetahui apa itu The Bargaining Zone (TBZ). TBZ
adalah suatu wilayah ruang yang dibatasi oleh harga penawaran pihak penjual
(Seller’s Opening Price) dan Tawaran awal oleh pembeli (Buyer’s Opening Offer).
Di antara kedua titik tersebut terdapat Buyer’s Ideal Offer, Buyer’s Realistic
Price dan Buyer’s Highest Price pada sisi pembeli dan Seller’s Ideal Price,
Seller’s Realistic Price dan Seller’s Lowest Price pada sisi pembeli.
Kesepakatan kedua belah pihak yang paling baik adalah terjadi di dalam wilayah
yang disebut Final Offer Zone yang dibatasi oleh Seller’s Realistic Price dan
Buyer’s Realistic Price. Biasanya kesepakatan terjadi ketika terdapat suatu
overlap antara pembeli dan penjual dalam wilayah Final Offer Zone.
5. Membangun
Kesepakatan
Babak terakhir dalam proses negosiasi adalah
membangun kesepakatan dan menutup negosiasi. Ketika tercapai kesepakatan
biasanya kedua pihak melakukan jabat tangan sebagai tanda bahwa kesepakatan
(deal or agreement) telah dicapai dan kedua pihak memiliki komitmen untuk
melaksanakannya. Yang perlu kita ketahui dalam negosiasi tidak akan pernah
tercapai kesepakatan kalau sejak awal masing-masing atau salah satu pihak tidak
memiliki niat untuk mencapai kesepakatan. Kesepakatan harus dibangun dari
keinginan atau niat dari kedua belah pihak, sehingga kita tidak bertepuk
sebelah tangan. Karena itu, penting sekali dalam awal-awal negosiasi kita
memahami dan mengetahui sikap dari pihak lain, melalui apa yang disampaikan
secara lisan, bahasa gerak tubuh maupun ekspresi wajah. Karena jika sejak awal
salah satu pihak ada yang tidak memiliki niat atau keinginan untuk mencapai
kesepakatan, maka hal tersebut berarti membuang waktu dan energi kita. Untuk
itu perlu dicari jalan lain, seperti misalnya: conciliation, mediation dan
arbitration melalui pihak ketiga.
2.3 Manajemen Konflik
Karena setiap negosiasi memiliki potensi
konflik dalam seluruh prosesnya, penting sekali bagi kita untuk memahami cara
mengatasi atau menyelesaikan konflik. Untuk menjelaskan berbagai alternatif
penyelesaian konflik dipandang dari sudut menang – kalah masing-masing pihak,
ada empat kuadran manajemen konflik:
1. Kuadran
Kalah-Kalah (Menghindari konflik)
Kuadran keempat ini menjelaskan cara mengatasi
konflik dengan menghindari konflik dan mengabaikan masalah yang timbul. Atau
bisa berarti bahwa kedua belah pihak tidak sepakat untuk menyelesaikan konflik
atau menemukan kesepakatan untuk mengatasi konflik tersebut. Kita tidak
memaksakan keinginan kita dan sebaliknya tidak terlalu menginginkan sesuatu
yang dimiliki atau dikuasai pihak lain. Cara ini sebetulnya hanya bisa kita
lakukan untuk potensi konflik yang ringan dan tidak terlalu penting. Jadi agar
tidak menjadi beban dalam pikiran atau kehidupan kita, sebaiknya memang setiap
potensi konflik harus dapat segera diselesaikan.
2. Kuadran
Menang-Kalah (Persaingan)
Kuadran kedua ini memastikan bahwa kita
memenangkan konflik dan pihak lain kalah. Biasanya kita menggunakan kekuasaan
atau pengaruh kita untuk memastikan bahwa dalam konflik tersebut kita yang
keluar sebagai pemenangnya. Biasanya pihak yang kalah akan lebih mempersiapkan
diri dalam pertemuan berikutnya, sehingga terjadilah suatu suasana persaingan atau
kompetisi di antara kedua pihak. Gaya penyelesaian konflik seperti ini sangat
tidak mengenakkan bagi pihak yang merasa terpaksa harus berada dalam posisi
kalah, sehingga sebaiknya hanya digunakan dalam keadaan terpaksa yang
membutuhkan penyelesaian yang cepat dan tegas.
3. Kuadran
Kalah-Menang (Mengakomodasi)
Agak berbeda dengan kuadran kedua, kuadran
ketiga yaitu kita kalah – mereka menang ini berarti kita berada dalam posisi
mengalah atau mengakomodasi kepentingan pihak lain. Gaya ini kita gunakan untuk
menghindari kesulitan atau masalah yang lebih besar. Gaya ini juga merupakan
upaya untuk mengurangi tingkat ketegangan akibat dari konflik tersebut atau
menciptakan perdamaian yang kita inginkan. Mengalah dalam hal ini bukan berarti
kita kalah, tetapi kita menciptakan suasana untuk memungkinkan penyelesaian
yang paripurna terhadap konflik yang timbul antara kedua pihak. Mengalah
memiliki esensi kebesaran jiwa dan memberi kesempatan kepada pihak lain untuk
juga mau mengakomodasi kepentingan kita sehingga selanjutnya kita bersama bisa
menuju ke kuadran pertama.
4. Kuadran
Menang-Menang (Kolaborasi)
Kuadran pertama ini disebut dengan gaya
manajemen konflik kolaborasi atau bekerja sama. Tujuan kita adalah mengatasi
konflik dengan menciptakan penyelesaian melalui konsensus atau kesepakatan
bersama yang mengikat semua pihak yang bertikai. Proses ini biasanya yang
paling lama memakan waktu karena harus dapat mengakomodasi kedua kepentingan
yang biasanya berada di kedua ujung ekstrim satu sama lainnya. Proses ini
memerlukan komitmen yang besar dari kedua pihak untuk menyelesaikannya dan
dapat menumbuhkan hubungan jangka panjang yang kokoh . Secara sederhana proses
ini dapat dijelaskan bahwa masing-masing pihak memahami dengan sepenuhnya
keinginan atau tuntutan pihak lainnya dan berusaha dengan penuh komitmen untuk
mencari titik temu kedua kepentingan tersebut.
2.4 Negoisasi Dengan Hati
Pada dasarnya negosiasi adalah cara bagaimana
kita mengenali, mengelola dan mengendalikan emosi kita dan emosi pihak lain. Di
sinilah seringkali banyak di antara kita tidak menyadari bahwa negosiasi
sebenarnya lebih banyak melibatkan apa yang ada di dalam hati atau jiwa
seseorang. Ini seperti gambaran sebuah gunung es, di mana puncak yang kelihatan
merupakan hal-hal yang formal, tuntutan yang dinyatakan dengan jelas, kebijakan
atau prosedur perusahaan, maupun hubungan atau relasi bisnis yang didasarkan
pada hitungan untung rugi.
Sedangkan yang sering dilupakan dalam proses
negosiasi adalah hal-hal yang tidak kelihatan, seperti misalnya hasrat,
keinginan, perasaan, nilai-nilai maupun keyakinan yang dianut oleh individual
yang terlibat dalam konflik atau yang terlibat dalam proses negosiasi. Hal-hal
yang di dalam inilah justru seringkali menjadi kunci terciptanya negosiasi yang
sukses dan efektif.
Negosiasi sebenarnya melibatkan tiga hal pokok
yang kami sebut sebagai Negotiation Triangle, yaitu terdiri dari HEART (yaitu
karakter atau apa yang ada di dalam kita yang menjadi dasar dalam kita
melakukan negosiasi), HEAD (yaitu metoda atau teknik-teknik yang kita gunakan
dalam melakukan negosiasi), HANDS (yaitu kebiasaan-kebiasaan dan perilaku kita
dalam melakukan negosiasi yang semakin menunjukkan jam terbang kita menuju
keunggulan atau keahlian dalam bernegosiasi).
Jadi, sebenarnya tidaklah cukup melakukan
negosiasi hanya berdasarkan hal-hal formal, kebijakan dan prosedur, atau
teknik-teknik dalam negosiasi. Justru kita perlu menggunakan ketiga komponen
tersebut yaitu: karakter, metoda dan perilaku.
Dalam banyak hal, negosiasi justru tidak
terselesaikan di meja perundingan atau meja rapat formal, tetapi justru dalam
suasana yang lebih informal dan relaks, di mana kedua pihak berbicara dengan
hati dan memanfaatkan sisi kemanusiaan pihak lainnya. Karena pada dasarnya
selain hal-hal formal yang ada dalam proses negosiasi, setiap manusia memiliki
keinginan, hasrat, perasaan, nilai-nilai dan keyakinan yang menjadi dasar bagi
setiap langkah pengambilan keputusan yang dilakukannya.
0 Response to "NEGOSIASI"
Post a Comment