Ada dua model inovasi pendidikan, yaitu model “top down
innovation” dan model “bottom up innovation”. Model pertama adalah suatu
inovasi yang datang dari atas atau yang diciptakan oleh pemerintah, dalam hal
ini Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang disponsori oleh
lembaga-lembaga asing. Kedua, adalah inovasi model “bottom up innovation”,
yaitu model inovasi yang diciptakan berdasarkan ide, kreasi, dan inisiatif
sendiri oleh suatu lembaga pendidikan seperti sekolah, universitas, guru,
dosen, dan sebagainya.
Berikut ini adalah beberapa contoh inovasi pendidikan yang telah dilakukan oleh Depdiknas selama beberapa dekade terakhir ini, yaitu: Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP), Sistem Pengajaran Modul, Guru Pamong, Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), dan sebagainya.
Contoh kegiatan inovasi pendidikan tersebut dapat disampaikan sebagai berikut:
Berikut ini adalah beberapa contoh inovasi pendidikan yang telah dilakukan oleh Depdiknas selama beberapa dekade terakhir ini, yaitu: Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP), Sistem Pengajaran Modul, Guru Pamong, Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), dan sebagainya.
Contoh kegiatan inovasi pendidikan tersebut dapat disampaikan sebagai berikut:
1. Proyek Perintis
Sekolah Pembangunan (PPSP)
Proyek ini bertujuan untuk mencoba bentuk sistem
persekolahan komprehensif dengan nama “Sekolah Pembangunan”.
2. Pengajaran
dengan Sistem Modul
Sistem pengajaran ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi
dan efektifitas belajar mengajar di sekolah, terutama yang berkaitan dengan
penggunaan waktu, dana, fasilitas, dan tenaga secara tepat guna dalam mencapai
tujuan secara optimal.
3. Cara Belajar
Siswa Aktif (CBSA)
Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut
keterlibatan mental siswa terhadap bahan yang dipelajari. CBSA adalah
pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif
terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa
memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif,
afektif, maupun psikomotor. Pendekatan CBSA menuntut keterlibatan mental vang
tinggi, sehingga terjadi proses-proses mental yang berhubungan dengan
aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomolorik. Melalui proses kognitif,
pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip.
Inovasi dalam bidang Kurikulum
Inovasi dalam bidang Kurikulum
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan
oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran
yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang
pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan
dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan
tersebut.
Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan
maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini
dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang
dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh. Berbagai kurikulum
yang mewarnai dunia pendidikan di Indonesia :
1. Rencana Pelajaran 1947
kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai
istilah leer plan ( dalam bahasa belanda) artinya rencana pelajaran, lebih
popular ketimbang curriculum (bahasa inggris). asas pendidikan ditetapkan
pancasila. rencana pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950.
2. Rencana
Pelajaran Terurai 1952
kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang
disebut rencana pelajaran terurai 1952.
3. Kurikulum 1968
3. Kurikulum 1968
kelahiran kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti rencana
pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk orde lama. tujuannya pada
pembentukan manusia pancasila sejati. kurikulum 1968 menekankan pendekatan
organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan pancasila, pengetahuan dasar,
dan kecakapan khusus. jumlah pelajarannya 9.
4. Kurikulum
1975
kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih
efisien dan efektif. “yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang
manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu,” kata
Drs. Mudjito, AK, M.Si, Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas.
5. Kurikulum 1984
kurikulum 1984 mengusung process skill approach. meski
mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. kurikulum ini
juga sering disebut “kurikulum 1975 yang disempurnakan”. posisi siswa
ditempatkan sebagai subjek belajar. dari mengamati sesuatu, mengelompokkan,
mendiskusikan, hingga melaporkan. model ini disebut cara belajar siswa aktif
(CBSA) atau student active leaming (SAL).
6.
Kurikulum 1994 dan suplemen kurikulum 1999
kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan
kurikulum-kurikulum sebelumnya. “jiwanya ingin mengkombinasikan antara
kurikulum 1975 dan kurikulum 1984, antara pendekatan proses,” kata mudjito
menjelaskan.
7. Kurikulum
2004
bahasa kerennya kurikulum berbasis kompetensi (KBK). setiap
pelajaran diurai berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa.
8. KTSP
2006
awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. muncullah kurikulum
tingkat satuan pendidikan. pelajaran ktsp masih tersendat. tinjauan dari segi
isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis
evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan kurikulum 2004. perbedaan yang paling
menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran
sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. hal
ini disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar
kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap
satuan pendidikan telah ditetapkan oleh departemen pendidikan nasional.
Bidang metode
1. Interaksi langsung tanpa media
2. Interaksi tidak langsung melalui
perantara : barang cetakan, rekaman suara,
visual.
visual.
3. Quantum learning
Quantum
learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat
mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu
proses yang menyenangkan dan bermanfaat.
4. Contextual Teaching and Learning /CTL
Pendekatan
kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
5. cooperative learning
Model
pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang
mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning
dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur.
Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis.
Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis.
6. Active learning Pembelajaran aktif
(active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi
yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil
belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki.
Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk
menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
7. PAKEM adalah singkatan dari
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa
dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana demikian rupa sehingga
siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang
merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya,
bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan.
Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.
Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang
kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang
lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang
beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah
suasana belajar- mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan
perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya
tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan
hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran
tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah
proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan
pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan
tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain
biasa.
8. Sekolah Satu Atap merupakan model
pendidikan berbeda jenjang TK dan SD, SD dan SMP yang pelaksanaan kegiatan
belajar mengajarnya berlangsung pada satu tempat. Model ini di desain untuk mendekatkan
lembaga pendidikan ke tempat yang paling mudah dijangkau oleh masyarakat.
Harapannya tidak lagi ada anak usia sekolah yang tidak bersekolah hanya karena
jarak tempuh ke sekolah yang jauh.
Faktor yang mempengaruhi perubahan Kurikulum
- Falsafah Pendidikan
Falsafah
pendidikan negara mempunyai implikasi yang besar terhadap pembentukan
kurikulum. KBSR dan KBSM adalah hasil perubahan yang
diaspirasikan dalam Falsafah Pendidikan Negara. Antara perubahan-perubahan yang
jelas terdapat dalam kedua-dua tersebut ialah ;
- Sukatan pelajaran yang digubal memberi penekanan kepada aspek kesepaduan dan keseimbangan. Oleh itu konsep-konsep seperti penggabungjalinan ( penyatuan kemahiran-kemahiran ) dan penyerapan ( penyatuan isi ) sentiasa dititik beratkan.
- Penekanan baru diberikan kepada penerapan nilai-nilai murni. Ia seharusnya diserapkan dalam setiap mata pelajaran yang diajar di sekolah.
- Program pendidikan disusun agar dapat melahirkan insan yang seimbang dan harmonis dari segi intelek, rohani, emosi dan jasmani berdasarkan kepercayaan dan kepatuhan kepada Tuhan.
- Program pendidikan yang menitik beratkan pendidikan umum diperkenalkan.
- Penekanan diberikan kepada pendidikan teknik dan vokasional.
- Penekanan juga diberikan kepada bahasa merentasi kurikulum.
- Pemupukan budaya sains dan teknologi terus ditekankan.
- Pemupukan budaya keusahawanan dan budaya niaga ditegaskan.
- Pengukuhan dan perluasan bahasa Melayu sebagai satu cabang ilmu pengetahuan.
- Peningkatan pendedahan dan penguasaan bahasa Inggeris.
- Penekanan kepada melahirkan individu yang berkeyakinan diri dan bersikap berdikari.
- Kehendak Masyarakat
Kurikulum digubal dan dilaksanakan
mengikut kehendak dan desakan masyarakat. Masyarakat juga menentukan samada
kurikulum itu sesuai atau pun tidak dengan kehendak mereka. Namun begitu
bukanlah mudah untuk memenuhi semua tuntutan masyarakat terhadap kurikulum dan
sumbangannya pada budaya, lebih-lebih lagi dalam masyarakat yang kompleks dan
mengalami perubahan yang pesat.
Penilaian atau kajian berterusan
adalah diperlukan untuk memastikan matlamat dan kehendak masyarakat terhadap
pendidikan benar-benar terlaksana. Misalnya dalam masyarakat industri,
pendidikan harus mempunyai strategi terhadap ciri-ciri ekonomi, politik, sosial
dan budaya masyarakat tersebut. Dalam masyarakat pertanian pula, ciri-ciri
kurikulumnya adalah berbeza.
Masyarakat mengkehendaki murid-murid
mempelajari kemahiran-kemahiran asas seperti membaca, menulis dan mengira;
konsep-konsep asas cara hidup masyarakat dari segi politik, sosial dan ekonomi;
serta teknik-teknik asas untuk menyertai kehidupan sesuatu masyarakat, seperti
mengambil bahagian dalam perbincangan, kepimpinan dan pemikiran kritis dalam
suatu sistem demokratik.
KBSR telah digubal dengan tujuan
untuk membolehkan murid-murid :
-
menguasai bahasa Melayu dengan memuaskan.
- menguasai kemahiran asas berbahasa seperti bertutur, membaca dan menulis.
- menguasai kemahiran mengira
- menguasai Bahasa Inggeris
- membina dan memupuk akhlak yang mulia
- meningkatkan ilmu pengetahuan tentang manusia dan alam
- dapat bergaul dalam masyarakat
- menguasai kemahiran asas berbahasa seperti bertutur, membaca dan menulis.
- menguasai kemahiran mengira
- menguasai Bahasa Inggeris
- membina dan memupuk akhlak yang mulia
- meningkatkan ilmu pengetahuan tentang manusia dan alam
- dapat bergaul dalam masyarakat
3.
Faktor Politik
Wiles Bondi (1989) dalam Tengku
Zawawi b Tengku Zainal `Curriculum Development : A Guide to Practice’ turut
menjelaskan pengaruh politik dalam pembentukan dan perkembangan sesuatu
kurikulum.
Ini jelas menunjukkkan bahawa
perkembangan kurikulum dipengaruhi oleh proses politik, kerana setiap kali
pucuk pimpinan sesebuah negara itu bertukar, maka setiap kali itulah kurikulum
pendidikan akan dikaji semula. Kurikulum pendidikan menjadi saluran penting
bagi setiap badan pemerintahanmenguatkan pengaruh mereka. Kerajaan
bertanggungjawab menetapkan Dasar Pendidikan Negara sejajar dengan hasrat
pemerintah.
4.
Faktor pembangunan negara dan perkembangan dunia
Perkembangan
kurikulum juga dipengaruhi oleh faktor pembangunan negara dan perkembangan
dunia. Negara yang ingin maju dan membangun tidak seharusnya mempunyai
kurikulum yang statik. Oleh itu ia harus diubahsuai mengikut peredaran masa dan
kemajuan sains dan teknologi. Menurut Hida Taba (1962) dalam Tengku jawawi b tengku
zainal:
“Technology
has changed and is changing not only the face of the earth and the institutions
of our society, but man itself “
Kenyataan di atas jelas menunjukkan
bahawa perkembangan teknologi telah membawa perubahan yang pesat pada kehidupan
manusia di muka bumi ini. Oleh itu perkembangan kurikulum haruslah sejajar
dengan pembangunan negara dan perkembangan dunia. Kandungan kurikulum
pendidikan perlu menitikberatkan mata pelajaran sains dan kemahiran teknik atau
vokasional kerana tenaga kerja yang mahir diperlukan dalam zaman yang
berteknologi dan canggih ini. (Ee Ah Meng, 1995 dalam tengku Zawawi b tengku
Zainal).
5.
Faktor perubahan sosial
Selain menjadi tempat menyalurkan
pengetahuan dan melatih kemahiran akademik, sekolah juga merupakan agen sosial.
Melalui pendidikan di sekolah, nilai-nilai sosial yang diperlukan dalam dan
negara diserapkan.
Dewasa ini masalah keruntuhan moral
dan jenayah di kalangan remaja dan murid-murid semakin meningkat. Mereka
terdedah dengan masalah penagihan dadah, minum minuman keras, merokok,
pergaulan bebas dan melakukan perkara-perkara jenayah seperti mencuri,
merompak, merogol dan sebagainya. Masalah ini jika tidak dibendung dengan
segera, akan merosak dan menghalang pembangunan negara.
Menyedari hakikat ini, negara telah
mewujudkan Falsafah Pendidikan Negara yang bertujuan memperkembangkan lagi
potensi individu secara menyeluruh dan bersepadu untuk mewujudkan insan yang
harmonis dan seimbang dari segi intelek, rohani, emosi dan jasmani.. Dengan itu
perkembangan kurikulum harus sejajar dengan perubahan sosial agar nilai-nilai
murni dalam diri individu tidak pupus ditelan arus pembangunan.
6.
Faktor Perancang dan Pelaksanaan kurikulum
Perubahan yang begitu pesat dalam
masyarakat dan dunia membuat kurikulum hari ini perlu disesuaikan mengikut
peredaran masa. Sehubungan dengan itu perancang kurikulum bertanggungjawab
menyemak semula dari masa ke semasa. Pengguguran, perubahan atau pertambahan
terhadap kurikulum harus dilakukan mengikut peredaran masa, kehendak masyarakat
dan kemajuan negara.
Kita hidup dalam masyarakat yang
berubah-ubah, iaitu pengetahuan baru sentiasa ditemui, sementara pengetahuan
lama yang dibuktikan kurang tepat diperkemaskinikan. Masalah pertambahan
pengetahuan yang banyak menimbulkan masalah pemilihan apa yang hendak
dipelajari serta pertimbangan semula bagaimana pembelajaran harus berlaku.
Dengan menyedari bahawa murid-murid harus disediakan untuk menyesuaikan diri
dengan permintaan masyarakat yang cepat berubah, guru-guru dan perancang
kurikulum harus menyemak semula apa yang mereka kemukakan kepada murid-murid
(Kamaruddin Hj. Husin, 1994 dalam Tengku Zawawi b Tengku Zainal).
7.
Faktor murid , kehendak , dan keperluan masyarakat
Pelajar sebagai individu mempunyai
kehendak dan keperluan asas ytang melibatkan kehendak dan keperluan asa yang
melibatkan keselamatan, kasih sayang, bermasyarakat dan kehendak penyempurnaan
kendiri. Kurikulum yang akan dibentuk sewajarnya dapat memberi ilmu pengetahuan
dan kemahiran agar kehendak dan keperluannya sebagai muriod dan individu dapat
dipenuhi. Ini bermakna, kurikulum yang dibentuk akan menyediakan segala ilmu
pengetrahuan dan kemahiran yang merangsang perkembangan potensi mereka secara
menyeluruh iaitu merangkmi intelek, jasmani, rohani dan sosial( Ee Ah Meng,
1995dalam Tengku Zawawi b Tengku Zainal).
Perancangan kurikulum yang baik
sentiasa mengambil kira keperluan murid serta mampu memberi faedah secara
menyeluruh. Ini bermakna faktor minat dan perkembangan individu dalam bidang
kognitif, psikomotor dan afektif perlu difikirkan semasa membentuk kurikulum
tersebut.
Kajian hendaklah dilakukan terhadap
keperlun individu, sekurang-kurangnya dari peringkat bayi hingga remaja.
Hasilnya, segala keperluan tersebut dapat diserapkan ke dalam sistem pendidikan
itu dan dilaksanakan di sekolah-sekolah dengan berkesan.
Murid adalah individu yang bakal
menjadi sebahagian daripada anggota masyarakat. Oleh itu, kurikulum haruslah
bertanggungjawab menyediakan murid-murid dengan pendidikan yang berkaitan
dengan masyarakat di mana mereka tinggal dan juga bentuk masyarakat yang akan
mereka hadapi kelak.
8.
Faktor perkembangan ilmu dan kepentingannya
Masa yang berlalu turut membawa
perubahan kepada masyarakat yang seterusnya menuntut mereka menerima pendidikan
yang lebih sempurna selaras dengan keperluan kemajuan yang kian pesat. Ilmu
yang bersifat dinamik menyebabkan ia sentiasa berkembang. Perkembangan ini
disebarkan kepada masyarakat menerusi perancangan kurikulum yang lebih kemas
dan sesuai dengan kehendak masyarakat dan negara.
Penemuan baru dalam pelbagai bidang
seperti perubatan, teknologi dan sebagainya menjadikan bidang itu terus
berkembang. Perekembangan ini penting dalam pembentukan kurikulum supaya ia
dapat dikemaskini dari masa ke semasa agar ilmu -ilmu baru ini dapat
dissalurkan kepada murid-murid bagi mengimbangi keperluan zaman.
Selain itu, pengenalan ilmu atau
bidang-bidang baru ke dalam pendidikan membantu meningkatkan taraf pendidikan
itu sendiri. Contohnya, memperkenalkan ilmu pengurusan dan perhubaungan ke
dalam biodang pendidikan, khususnya ke dalam bidang kurikulum, meningkatkan
lagi keberkesanan proses perkembvangan kuriklum itu sendiri.
9.
Pengaruh psikologi pendidikan
Teori disiplin mental yang
berlandaskan konsep falsafah yang dimajukan oleh Plato dan Aristotle banyak
mempengaruhi pengajaran aritmetik pada abad ke 19. Salah satu aspek disiplin
mental yang penting ialah psikolgi fakulti. Psikologi Fakulti mempunyai
pengaruh yang begitu kuat terhadap isu mengapa matematik perlu dipelajari oleh
kanak-kanak. Manakala ahli ` fahaman perkaitan’ mengaggap pembelajran sebagai
pembinaan unit-unit kecil yang terdiri daripada rangkaian R-G untuk
menghasilakn tingkah laku. Fahaman ini telah menghasilakn startegi pengajaran
aritmatik kepada fakta dan kemahiran kecil untuk diajar dan dinilai secara
berasingan. Kesan utama pendekatan ini bterhadap sekolah ialah matematik diajar
semata-mata dengan menggunakan teknik latih tubi ( Nik Aziz Nik Pa, 1992 dalam
Tengku Zawawi b Tengku Zainal).
Pemikiran psikologi `behaviourisme’
telah bertapak dalam kurikulum pendidikan matematik sejak awal 60’an. Dalam
pemikiran ini murid telah dianggap sebagai gelas kosong. Guru berperanan
memasukkan pengetahuan matematik ke dalam gelas tersebut. Pendekatan ini
mengenepikan aktiviti pengembangan intelek yang sekaligus membina sikap negatif
dalam diri pelajar terhadap matematik.
Untuk mengatasi masalah itu, satu
kurikulum matetamati yang memberikan tumpuan kepada penyelesaian masalah dan
pemikiran kritis telah diperkembangkan pada penghujung tahun 70’an. Seterusnya
dalam KBSM pengajaran dan pembelajran Matematik ditekankan kepada fahamanb
binaan (konstuktivm) dan kemahiran berfikir secara kreatif dan kritis.
0 Response to "PERUBAHAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURIKULUM"
Post a Comment