PENDAHULUAN
a. Latar
Belakang
Sumber Daya Manusia
(SDM) adalah faktor sentral dalam suatu organisasi. Apapun bentuk serta
tujuannya, organisasi dibuat berdasarkan berbagai visi untuk kepentingan
manusia dan dalam pelaksanaan misinya dikelola dan diurus oleh manusia.
Jadi manusia merupakan
faktor strategis dalam semua kegiatan institusi/organisasi. Selanjutnya, MSDM
berarti mengatur, mengurus SDM berdasarkan visi perusahaan agar tujuan
organisasi dapat dicapai secara optimum. Karenanya, MSDM juga menjadi bagian
dari Ilmu Manajemen (Management Science) yang mengacu kepada fungsi
manajemen dalam pelaksanaan proses-proses perencanaan, pengorganisasian, staffing,
memimpin dan mengendalikan.
Manajemen sumber daya manusia adalah suatu
proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh,
manajer dan tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktifitas organisasi
atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Menurut A.F. Stoner Manajemen Sumber
Daya Manusia adalah suatu prosedur yang berkelanjutan yang bertujuan untuk
memasok suatu organisasi atau perusahaan dengan orang-orang yang tepat untuk
ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat organisasi
memerlukannya.
Foulkes (1975) memprediksi bahwa peran SDM dari waktu ke waktu akan semakin
strategis dengan ucapan berikut :
“For many years it has
been said that capital is the bottleneck for a developing industry. I don’t
think this any longer holds true. I think it’s the work force and the company’s
inability to recruit and maintain a good work force that does constitute the
bottleneck for production. …I think this will hold true even more in the
future.”
Tidak heran jika
sekarang untuk SDM yang handal digunakan terminologi human capital yang
semakin santer kita dengar.
Perubahan teknologi yang sangat cepat, memaksa
organisasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan usahanya. Perubahan
tersebut telah menggeser fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia yang
selama ini hanya dianggap sebagai kegiatan administrasi, yang berkaitan dengan
perekrutan pegawai staffing ,coordinating yang dilakukan oleh bagian personalia
saja.
Saat ini
manajemen SDM berubah dan fungsi spesialisasi yang berdiri sendiri menjadi
fungsi yang terintegrasi dengan seluruh fungsi lainnya di dalam organisasi,
untuk bersama-sama mencapai sasaran yang sudah ditetapkan serta memiliki fungsi
perencanaan yang sangat strategik dalam organisasi, dengan kata lain fungsi SDM
lama menjadi lebih bersifat strategik.
Oleh karenanya
manajemen SDM mempunyai kewajiban untuk : memahami perubahan yang semakin
komplek yang selalu terjadi di lingkungan bisnis, harus mengantisipasi
perubahan teknologi, dan memahami dimensi internasional yang mulai memasuki
bisnis akibat informasi yang berkembang cepat. Perubahan paradigma dari manajemen SDM tersebut telah memberikan fokus
yang berbeda dalam melaksanakan fungsinya di dalam organisasi.
Ada kecenderungan untuk mengakui pentingnya SDM dalam
organisasi dan pemusatan perhatian pada kontribusi fungsi SDM bagi keberhasilan
pencapaian tujuan strategi perusahaan. Hal ini dapat dilakukan perusahaan
dengan mengintegrasikan pembuatan keputusan strateginya dengan fungsi-fungsi
SDM maka akan semakin besar kesempatan untuk memperoleh keberhasilan.
Manajemen SDM
MSDM sesuai dengan
fungsi MSDM yaitu staffing dan personalia dalam organisasi, yang
mencakup analisis tugas/jabatan, rekrutmen dan seleksi calon tenaga kerja,
orientasi, pelatihan, pemberian imbalan, penilaian dan pengembangan SDM. Karena
sebagian atau seluruh tugas tentang penempatan personalia yang tepat untuk
tugas yang tepat, orientasi, pelatihan, pemberian imbalan, promosi,
pendisiplinan serta penilaian kerja untuk perbaikan kinerja merupakan tugas
setiap manajer “Every Manager is a Human Resources Manager” maka scope
MSDM mencakup seluruh tugas tentang SDM yang diemban oleh setiap manajer.
Dan aspek manajemen serta SDM demikian strategis dan demikian luasnya, maka
MSDM melibatkan banyak aspek, terutama dengan faktor-faktor lingkungan internal
organisasi (kekuatan dan kelemahan) serta lingkungan eksternal (peluang dan
ancaman). Tantangan manajer masa kini adalah merespon perubahan-perubahan
eksternal agar faktor-faktor lingkungan internal perusahaan menjadi kuat dan
kompetitif.
b. Permasalahan
Bagaimana penerapan fungsi-fungsi Manajemen Sumber daya manusia dalam membantu perusahaan untuk menghadapi perubahan-perubahan pada organisasi
di masa sekarang dan yang akan datang ?
PEMBAHASAN
Manajemen sumber daya manusia, disingkat MSDM, adalah suatu ilmu atau cara
bagaimana mengatur hubungan dan peranan sumber daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu secara efisien dan efektif serta dapat digunakan secara maksimal
sehingga tercapai tujuan (goal) bersama perusahaan, karyawan dan
masyarakat menjadi maksimal. Menurut Mondy (2008) Manajemen Sumber Daya manusia
(MSDM) adalah pemanfaatan sejumlah individu untuk mencapai tujuan-tujuan
organisasi. Konsekuensinya, para manajer di setiap tingkat harus melibatkan
diri mereka dengan Manajemen Sumber Daya Manusia. Manajemen sumber daya manusia
juga menyangkut desain dan implementasi sistem perencanaan, penyusunan
karyawan, pengembangan karyawan, pengelolaan karier, evaluasi kinerja,
kompensasi karyawan dan hubungan ketenagakerjaan yang baik. Manajemen sumber daya
manusia melibatkan semua keputusan dan praktek manajemen yang mempengaruhi
secara lansung sumber daya manusianya.
Manajemen Sumber Daya Manusia diperlukan untuk
meningkatkan efektivitas sumber daya manusia dalam organisasi. Tujuannya
adalah memberikan kepada organisasi satuan
kerja yang efektif. Untuk mencapai tujuan ini, studi tentang manajemen personalia
akan menunjukkan bagaimana. Seharusnya perusahaan mendapatkan,
mengembangkan, menggunakan, mengevaluasi, dan memelihara karyawan dalam jumlah
(kuantitas) dan tipe (kualitas) yang tepat.
Manajemen sumber daya manusia adalah suatu
proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh,
manajer dan tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktivitas organisasi
atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan. Bagian atau unit
yang biasanya mengurusi SDM adalah
departemen sumber daya manusia atau dalam bahasa inggris disebut HRD atau human
resource department.
Tujuan-tujuan MSDM terdiri dari empat tujuan,
yaitu :
1. Tujuan
Organisasional
Ditujukan untuk dapat mengenali keberadaan
manajemen sumber daya manusia (MSDM) dalam memberikan kontribusi pada
pencapaian efektivitas organisasi. Walaupun secara formal suatu departemen
sumber daya manusia diciptakan untuk dapat membantu para manajer, namun
demikian para manajer tetap bertanggung jawab terhadap kinerja karyawan.
Departemen sumber daya manusia membantu para manajer dalam menangani hal-hal
yang berhubungan dengan sumber daya manusia.
2. Tujuan
Fungsional
Ditujukan untuk mempertahankan kontribusi
departemen pada tingkat yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Sumber daya
manusia menjadi tidak berharga jika manajemen sumber daya manusia memiliki
kriteria yang lebih rendah dari tingkat kebutuhan organisasi.
3. Tujuan
Sosial
Ditujukan untuk secara etis dan sosial merespon
terhadap kebutuhan-kebutuhan dan tantangan-tantangan masyarakat melalui
tindakan meminimasi dampak negatif terhadap organisasi. Kegagalan organisasi
dalam menggunakan sumber dayanya bagi keuntungan masyarakat dapat menyebabkan
hambatan-hambatan.
4. Tujuan
Personal
Ditujukan untuk membantu karyawan dalam
pencapaian tujuannya, minimal tujuan-tujuan yang dapat mempertinggi kontribusi
individual terhadap organisasi. Tujuan personal karyawan harus dipertimbangkan
jika parakaryawan harus dipertahankan, dipensiunkan, atau dimotivasi. Jika
tujuan personal tidak dipertimbangkan, kinerja dan kepuasan karyawan dapat
menurun dan karyawan dapat meninggalkan organisasi.
MSDM Strategis
Dessler (2000) mendefinisikan Manajemen SDM strategis sebagai berikut :
“Strategic Human
Resource Management is the linking of Human Resource Management with strategic
role and objectives in order to improve business performance and develop
organizational cultures and foster innovation and flexibility”.
Jelaslah bahwa para
manajer harus mengkaitkan pelaksanaan MSDM dengan strategi organisasi untuk
meningkatkan kinerja, mengembangkan budaya korporasi yang mendukung penerapan
inovasi dan fleksibilitas.
Peran strategis SDM
dalam organisasi bisnis dapat dielaborasi dari segi teori sumber daya, di mana
fungsi perusahaan adalah mengerahkan seluruh sumber daya atau kemampuan
internal untuk menghadapi kepentingan pasar sebagai faktor eksternal utama.
Sumber daya sebagaimana disebutkan di atas, adalah SDM strategis yang
memberikan nilai tambah (added value) sebagai tolak ukur keberhasilan
bisnis.
Manajemen SDM memiliki
Peran, Fungsi, Tugas dan Tanggung Jawab :
1. Melakukan persiapan dan seleksi tenaga kerja /
Preparation and selection
a. Persiapan
Dalam proses persiapan
dilakukan perencanaan kebutuhan akan sumber daya manusia dengan menentukan
berbagai pekerjaan yang mungkin timbul. Yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan perkiraan / forecast akan pekerjaan yang lowong, jumlahnya, waktu,
dan lain sebagainya. Ada dua faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan
persiapan, yaitu faktor internal seperti jumlah kebutuhan karyawan baru,
struktur organisasi, departemen yang ada, dan lain-lain. Faktor eksternal
seperti hukum ketenagakerjaan, kondisi pasa tenaga kerja, dan lain sebagainya.
b. Rekrutmen tenaga kerja / Recruitment
Rekrutmen adalah suatu proses untuk mencari
calon atau kandidat pegawai, karyawan, buruh, manajer, atau tenaga kerja baru
untuk memenuhi kebutuhan sdm oraganisasi atau perusahaan. Dalam tahapan ini diperluka analisis jabatan yang ada untuk membuat
deskripsi pekerjaan / job description dan juga spesifikasi pekerjaan / job
specification.
c. Seleksi tenaga kerja / Selection
Seleksi tenaga kerja
adalah suatu proses menemukan tenaga kerja yang tepat dari sekian banyak
kandidat atau calon yang ada. Tahap awal yang perlu dilakukan setelah menerima
berkas lamaran adalah melihat daftar riwayat hidup / cv / curriculum vittae
milik pelamar. Kemudian dari cv pelamar dilakukan penyortiran antara pelamar
yang akan dipanggil dengan yang gagal memenuhi standar suatu pekerjaan. Lalu
berikutnya adalah memanggil kandidat terpilih untuk dilakukan ujian test
tertulis, wawancara kerja / interview dan proses seleksi lainnya.
2. Pengembangan dan evaluasi karyawan / Development
and evaluation
Tenaga kerja yang bekerja pada organisasi atau
perusahaan harus menguasai pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya. Untuk itu diperlukan suatu pembekalan agar tenaga kerja yang ada dapat
lebih menguasai dan ahli di bidangnya masing-masing serta meningkatkan kinerja
yang ada. Dengan begitu proses pengembangan dan evaluasi karyawan menjadi
sangat penting mulai dari karyawan pada tingkat rendah maupun yang tinggi.
3. Memberikan kompensasi dan proteksi pada pegawai /
Compensation and protection
Kompensasi adalah
imbalan atas kontribusi kerja pegawai secara teratur dari organisasi atau
perusahaan. Kompensasi yang tepat sangat penting dan disesuaikan dengan kondisi
pasar tenaga kerja yang ada pada lingkungan eksternal. Kompensasi yang tidak
sesuai dengan kondisi yang ada dapat menyebabkan masalah ketenaga kerjaan di
kemudian hari atau pun dapat menimbulkan kerugian pada organisasi atau
perusahaan. Proteksi juga perlu diberikan kepada pekerja agar dapat
melaksanakan pekerjaannya dengan tenang sehingga kinerja dan kontribusi
perkerja tersebut dapat tetap maksimal dari waktu ke waktu
Kemampuan SDM ini
merupakan competitive advantage dari perusahaan. Dengan demikian, dari
segi sumber daya, strategi bisnis adalah mendapatkan added value yang
maksimum yang dapat mengoptimumkan competitive advantage. Adanya SDM
ekspertis : manajer strategis (strategic managers) dan SDM yang handal
yang menyumbang dalam menghasilkan added value tersebut merupakan value
added perusahaan. Value added adalah SDM strategis yang menjadi
bagian dari human capital perusahaan.
Tidak hanya perusahaan besar saja yang
mempunyai manajemen strategis, tetapi perusahaan kecilpun sebaiknya dikelola
dengan menggunakan manajemen strategis. Manajemen strategis merupakan
sekumpulan keputusan dan tindakan yang dirancang untuk mencapai sasaran
perusahaan. Dengan demikian manajemen strategis melibatkan pengambilan
keputusan berjangka panjang dan rumit serta berorientasi masa depan dengan
membutuhkan sumberdaya yang besar dan partisipasi manajemen puncak. Manajemen
strategis merupakan proses tiga tingkatan yang melibatkan para perencana di
tingkat perusahaan, unit bisnis dan fungsional serta para perencana pendukung
lainnya.
Manajemen strategis prosesnya terdiri dari
delapan langkah yaitu : mendefinisikan visi, misi bisnis dan tanggungjawab
sosial, menganalisis lingkungan eksternal, menganalisis lingkungan internal,
memilih tujuan dan sasaran bisnis, mengembangkan strategis bisnis,
merinci rencana program, mengimplementasikan rencana program,
dan mengumpulkan umpan balik dan menguji pengendalian terlihat pada
gambar 1.1. Semua langkah ini menjaga terhambatnya unit usaha
terhadap lingkungan dan berjaga-jaga terhadap peluang dan masalah-masalah
yang baru.
Visi dan Misi Bisnis
Perusahaan kecil serupa dengan perusahaan
besar, sebaiknya mempunyai visi dan misi perusahaan. Visi adalah tujuan unik
dari perusahaan yang membedakan perusahaan tersebut dengan perusahaan lainnya
yang sejenis dan mengidentifikasi cakupan operasinya. Visi merupakan pernyataan
atau rumusan umum yang luas dan bersifat tahan lama tentang keinginan atau
tujuan perusahaan. Visi ini mengandung filosofi bisnis dari pengambil keputusan
strategi perusahaan, menyiratkan citra yang dipancarkan perusahaan, mencerminkan
konsep diri perusahaan dan mengidentifikasikan bidang produk (barang, jasa,
gagasan) utama perusahaan serta kebutuhan utama pelanggan yang dipenuhi
perusahaan.
Analisis lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan eksternal akan menghasilkan
peluang dan ancaman perusahaan. Lingkungan eksternal perusahaan terdiri dari
tiga perangkat faktor, yaitu lingkungan jauh, lingkungan industri dan
lingkungan operasional.
Lingkungan jauh terdiri dari dari faktor-faktor
yang bersumber dari luar, dan biasanya tidak berkaitan dengan situasi operasi
perusahaan tertentu, yaitu faktor ekonomi, sosial-budaya, teknologi, demografi,
politik-hukum, dan ekologi.
Lingkungan insudtri terdiri dari persaingan
diantara anggota industri, hambatan masuk, produk substitusi, daya tawar pembeli
dan daya tawar pemasok. Lingkungan operasional meliputi faktor-faktor yang
mempengaruhi situasi persaingan perusahaan, yaitu posisi bersaing, profil
pelanggan, pemasok, kreditor, dan pasar tenaga kerja.
Ketiga faktor tesebut memunculkan peluang dan
ancaman dalam memasarkan produk secara menguntungkan.
Analisis Lingkungan Internal
Analisis lingkuangan internal akan menghasilkan
kekuatan dan kelemahan perusahaan. Analisis Internal Perusahaan dikenal juga
dengan nama Analisis Profil Perusahaan. Analisis ini menggambarkan kekuatan
perusahaan, baik kuantitas maupun kualitas pemasaran, sumberdaya manusia,
sumberdaya fisik, operasi, keungan, manajemen dan organisasi.
Kekuatan dan kelemahan Pemasaran dapat dilihat
dari reputasi perusahaan, pangsa pasar, kualitas produk, kualitas pelayanan,
efektifitas penetapan harga, efektifitas distribusi, efektifitas promosi,
kekuatan penjualan, efektifitas inovasi dan cakupan geografis.
Kekuatan dan kelemahan sumberdaya manusia dapat
ditunjukkan dari manajemen sumberdaya manusia, ketrampilan dan moral karyawan,
kemampuan dan perhatian manajemen puncak, produktivitas karyawan, kualitas
kehidupan karyawan, fleksibilitas karyawan, ketaatan hokum karyawan,
efektivitas imbalan dalam memotivasi karyawan, dan pengalaman karyawan.
Keuangan terdiri dari ketersediaan modal, arus
kas, stabilitas keuangan, hubungan dengan pemilik dan investor, kemampuan
berhubungan dengan bank, besarnya modal yang ditanam, keuntungan yang diperoleh
(nilai saham), efektivitas dan efisiensi system akuntansi untuk perencanaan
biaya-anggaran dan keuntungan dan sumber tingkat perusahaan.
Operasi meliputi fasilitas perusahaan, skala
ekonomi, kapasitas produksi, kemampuan berproduksi tepat waktu, keahlian dalam
berproduksi, biaya bahan baku dan ketersediaan pemasok, lokasi, layout,
optimalisasi fasilitas, persediaan, penelitian dan pengembangan, hak paten,
merk dagang, proteksi hukum,
pengendalian operasi dan efisiensi serta biaya-manfaat peralatan.
Kekuatan dan kelemahan organisasi dan manajemen
dapat diperoleh dari struktur organisasi, citra dan prestasi perusahaan,
catatan perusahaan dalam mencapai sasaran, komunikasi dalam organisasi, system
pengendalian organisasi keseluruhan, budaya dan iklim organisasi, penggunaan
system yang efektif dalam pengambilan keputusan, system perencanaan strategic,
sinergi dalam organisasi, system informasi yang baik dan manajemen kualitas
yang baik.
Perumusan Sasaran
Setelah perusahaan melakukan analisis kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman yang dikenal juga dengan Analisis SWOT,
selanjutnya merumuskan sasaran. Sasaran menjelaskan tujuan-tujuan yang spesifik
dalam jumlah dan waktu. Dengan demikian sasaran memudahkan untuk perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian. Sasaran perusahaan dapat berupa profitabilitas,
posisi pasar, produktivitas, kepemimpinan teknologi, pengembangan sumberdaya
manusia, hubungan antar karyawan dan tanggungjawab sosial.
Sedikit sekali perusahaan
yang hanya memiliki satu sasaran. Sebagian besar perusahaan memiliki bauran
sasaran yang mencakup laba, pertumbuhan penjualan, peningkatan pangsa pasar,
pembatasan risiko, inovasi reputasi, dan sebagainya. Perusahaan menentukan
sasarannya dan melakukan pengelolaan usaha sesuai sasaran tersebut
Pengembangan Strategi
Sasaran
menunjukkan apa yang ingin dicapai suatu perusahaan, strategi adalah
suatu rencana permainan untuk mencapainya. Setiap usaha harus merancang
strategi untuk mencapai sasarannya. Perusahaan bisnis multidevisional besar,
biasanya memiliki tiga level strategi, yaitu strategi korporasi, strategi bisnis
dan strategi fungsional.
Strategi
korporasi menggambarkan arah perusahaan secara keseluruhan mengenai sikap
perusahaan secara umum terhadap pertumbuhan dan manajemen berbagai bisnis dan
lini produk untuk mencapai keseimbangan portofolio produk dan jasa.
Strategi bisnis
atau strategi bersaing biasanya dikembangkan dalam level devisi dan menekankan
pada perbaikan posisi persaingan produk barang atau jasa perusahaan dalam
industri khusus atau segmen pasar yang dilayani oleh devisi tersebut. Strategi
bisnis ini misalnya strategi generik dari Michael E. Porter, strategi dari Jack
Trout, Strategic Intent dari Hamel dan Prahalat dan strategi samudra biru dari
Kim dan Mauborgne.
Kondisi badai
yang dahsyat bagi perusahaan memaksa perusahaan-perusahan yang dikagumi
dunia membuat strategi untuk dapat tetap bertahan dan tumbuh. Strategi adalah
ilmu perencanaan dan penentuan arah operasi-operasi militer berskala besar.
Strategi adalah bagaimana menggerakkan pasukan ke posisi paling menguntungkan
sebelum pertempuran aktual dengan musuh. Strategi bisnis berfokus pada
peningkatan posisi bersaing produk dan jasa perusahaan dalam industri atau
segmen pasar tertentu yang dilayani perusahaan. Strategi bisnis mengatasi
masalah bagaimana perusahaan dan unit-unitnya bersaing dalam bisnis dan
industri.
Strategi
generik dari Michael E. Porter. Strategi ini terdiri dari
strategi keunggulan biaya, strategi deferensiasi dan strategi fokus. Strategi
keunggulan biaya secara keseluruhan merupakan strategi yang membuat unit bisnis
bekerja keras mencapai biaya produksi dan distribusi terendah, sehingga
harganya dapat lebih rendah daripada pesaing dan mendapat pangsa pasar yang
besar. Strategi Diferensiasi merupakan strategi unit bisnis yang
berkonsentrasi untuk mencapai kinerja terbaik dalam memberikan manfaat bagi
pelanggan yang dinilai penting oleh sebagian besar pasar. Sedangkan strategi
fokus merupakan strategi unit bisnis yang memfokuskan diri pada satu
atau lebih segmen pasar yang sempit dari pada mengejar pasar yang lebih besar.
Strategi dari
Jack Trout menyebutkan bahwa inti dari strategi adalah bagaimana bertahan hidup
dalam dunia kompetitif, bagaimana membuat persepsi yang baik di benak konsumen,
menjadi berbeda, mengenali kekuatan dan kelemahan pesaing, menjadi spesialisas,
menguasai satu kata yang sederhana di kepala, kepemimpinan yang memberi arah
dan memahami realitas pasar dengan menjadi yang pertama daripada menjadi yang
lebih baik.
Hamel dan
Prahalat menyatakan bahwa untuk bersaing masa yang akan datang yang dibutuhkan
empat hal. Pertama, harus memahami
bahwa bagaimana bersaing pada masa yang akan datang adalah berbeda dengan
bersaing di masa sekarang. Kedua, melakukan langkah untuk menemukan dan
meningkatkan pengetahuan yang mendalam tentang peluang-peluang yang akan datang.
Ketiga, melakukan mobilisasi sumberdaya perusahaan untuk menuju perjalanan pada
masa yang akan datang. Keempat, mengambil masa yang akan datang yang pertama,
tanpa mengambil mengambil risiko yang berlebihan.
Sedangkan strategi samudra biru dari Kim dan Mauborgne atau Blue Ocean
Strategy, menganggap bahwa bersaing adalah menciptakan ruang pasar yang
tidak ada lawannya. Blue Oceans merupakan seluruh industri yang tidak
ada saat ini, tidak dikenal ruang pasarnya dan tidak ada persaingan. Dalam blue
oceans permintaan itu diciptakan, bukan diperebutkan dengan persaingan.
Permintaan itu dapat tumbuh dengan cepat dan menguntungkan. Untuk menciptakan blue
oceans dengan dua cara, yaitu perusahaan dapat meningkatkan industri baru
yang lengkap, misalnya eBay menciptakan lelang, tetapi secara online. Cara
kedua, blue oceans dapat diciptakan dari dalam red oceans pada
saat perusahaan mengubah batas industri yang ada.
Strategi fungsional menekankan terutama pada pemaksimalan sumberdaya
produktivitas, misalnya strategi pemasaran, strategi keuangan, strategi
sumberdaya manusia, strategi operasi dan strategi penelitian dan pengembangan.
Menurut Porter, perusahaan-perusahaan yang
melakukan strategi yang sama dan ditujukan untuk pasar atau segemen sasaran
yang sama membentuk kelompok strategis. Perusahaan yang melaksanakan
strategis tersebut dengan paling baik akan memperoleh laba paling besar. Jadi
perusahaan yang memiliki biaya paling rendah diantara perusahaan-perusahaan
yang melaksanakan strategi biaya rendah akan tampil paling baik. Perusahaan
yang tidak ,menerapkan strategi yang jelas “pengambil jalan tengah” akan gagal.
Sebagai contoh, International Harvester mengalami masa sulit, karena dalam
industri ia bukanlah perusahaan dengan biaya terendah, mencapai nilai yang tertinggi,
atau terbaik dalam melayani beberapa segmen pasar. Pengambil jalan tengah
mencoba untuk tampil baik dalam semua dimensi strategis, tetapi karena berbagai
dimensi strategis memerlukan cara pengelolaan perusahaan yang berbeda dan
kadang kala tidak konsisten, perusahaan-perusahaan ini akhirnya tidak unggul
dalam satu bidangpun.
Implementasi Strategi
Strategi yang jelas dan
pendukung yang matang mungkin tidak akan bermanfaat, jika perusahaan gagal
melaksanakannya dengan cermat. Menurut McKinsey Consulting Firm, strategi
hanyalah satu dari tujuh unsur yang ditunjukkan oleh perusahaaan yang dikelola
dengan baik. Kerangka keberhasilan usaha 7-S dari McKinsey. Tiga unsur pertama
strategi (strategy), struktur (structure),dan sistem (systems)
dianggap sebagai “perangkat keras” keberhasilan. Empat unsur selanjutnya gaya (style),
staf (staff) ketrampilan (skill) dan nilai bersama (shared
value) adalah perangkat lunaknya.”
Pengendalian Strategi
Selama perusahaan melaksanakan strateginya, perusahaan perlu mengamati
hasilnya dan memantau perkembangan baru di lingkungan internal dan
eksternalnya. Beberapa lingkungan stabil dari tahun ke tahun. Yang lain
perlahan-lahan berevolusi dengan cara yang dapat diperkirakan. Tetapi, ada juga
lingkungan yang mengalami perubahan besar yang cepat dan tak dapat diramalkan. Perusahaan harus yakin akan satu hal : lingkungan akan berubah. Dan jika
perubahan itu terjadi, perusahaan itu terjadi, perusahaan harus meninjau ulang
dan merevisi pelaksanaan. Program, strategi, atau bahkan sasarannya.
Pengendalian
organisasi terdiri dari tiga jenis, yaitu pengendalian strategis, pengendalian
manajemen dan pengendalian operasional. Pengendalian strategis merupakan proses
dari evaluasi strategi, yang dilakukan baik strategi tersebut dirumuskan dan
setelah diimplementasikan. Pengendalian manajemen berfokus pada pencapaian
sasaran dari berbagai substrategi bersesuaian dengan strategi utama dan
pencapaian sasaran dari rencana jangka menengah. Sedangkan pengendalian
operasional berpusat pada kinerja individu dan kelompok yang dibandingkan
dengan peran individu dan kelompok yang telah ditentukan oleh rencana
organisasi. Masing-masing jenis pengendalian tersebut tidak terpisah dan tidak
berbeda secara nyata serta dalam kenyataan mungkin tidak berbeda satu dengan
yang lainnya.
Pengendalian strategi dipusatkan dengan mengikuti jalannya strategi yang
dimplementasikan, mendeteksi setiap bidang masalah atau bidang masalah yang
potensial dan membuat penyesuaian yang diperlukan. Newman and Logan
menggunakan terminologi “pengendalian sistem kemudi” untuk menyoroti beberapa
karakteristik penting dari pengendalian strategi. Biasanya, suatu rentang waktu
yang penting terjadi antara awal implementasi strategi dengan pencapaian dari
hasil yang diharapkannya. Selama waktu itu, sejumlah proyek dilaksanakan,
investasi dibuat dan tindakan dilakukan untuk mengimplentasikan strategi baru.
Juga situasi lingkungan dan internal perusahaan sedang tumbuh dan berkembang.
Pengendalian strategi diperlukan untuk mengendalikan perusahaan melalui
peristiwa tersebut. Pengendalian strategi harus menyediakan beberapa koreksi
langsung berdasarkan pada kinerja menengah dan informasi baru.
Henry Mintzberg
menyatakan bahwa persoalan sebagaimana baiknya organisasi membuat rencana
strategi, tetapi strategi yang berbeda mungkin akan muncul. Memulai dengan
strategi yang direncanakan atau yang diharapkan berhubungan dengan beberapa
hal:
·
Strategi yang diharapkan yang dapat direalisasikan
yang disebut strategi dengan sengaja (deliberate strategy)
·
Strategi yang diharapkan yang tidak dapat
direalisasikan yang disebut strategi tak terealisasi (unrealized
strategy)
·
Strategi yang terealisasi yang tidak pernah diharapkan disebut strategi
darurat (emergent strategy)
Robert Anthony dari Harvard
Business School menyatakan bahwa perencanaan dan pengendalian dihubungkan
antara keduanya secara dekat dalam organisasi sehingga untuk membuat pemisahan
antara keduanya tidak diinginkan dan tidak diartikan. Perencanaan harus
mendahului pengendalian, pengendalian harus merefleksikan perencanaan. Anthony
menyarankan bahwa perencanaan dan pengendalian organisasi disegmantasi ke dalam
tiga kategori, yaitu perencanaan strategis, pengendalian manajemen dan
pengendalian tugas (operasional). Ia menyatakan bahwa perencanaan strategis
berarti perencanaan dan pengendalian strategis, serupa pula dengan pengendalian
manajemen adalah melibatkan aktivitas perencanaan dan pengendalian.
Pengendalian strategis menurut Schendel and
Hofer berfokus pada dua pertanyaan (1) apakah strategi yang
diimplementasikan sebagai yang direncanakan dan (2) apakah hasil yang dibuat
oleh strategi merupakan yang diharapkan. Definisi ini merujuk pada kajian
tradisional dan langkah umpan balik yang merupakan langkah akhir dari proses
manajemen strategis. Model normatif dari proses manajemen strategis yang
menggambarkan langkah-langkah utama tersebut mencakup perumusan strategi,
implentasi strategi dan evaluasi (pengendalian) strategi.
Pengendalian strategis berpijak terutama pada
proses pengendalian tradisional yang melibatkan kajian dan umpan balik kinerja
untuk menentukan rencana, strategi dan sasaran yang telah dicapai dengan
menghasilkan informasi yang digunakan untuk memecahkan masalah atau mengambil
tindakan korektif.
Kontributor konseptual yang baru untuk literatur pengendalian strategis
memperlihatkan pengendalian umpan balik antisipasi ke depan yang
mempertimbangkan perubahan cepat dan lingkungan eksternal yang tidak pasti.
Schreyogg dan Steinmann (1987) telah membuat penemuan awal dalam mengembangkan
sistem yang baru beroperasi pada landasan yang berkesinambungan, mengecek dan
mengevaluasi asumsi, strategi dan hasil secara kritis. Pengendalian strategis sebagai evaluasi kritis dari rencana, aktivitas dan
hasil, dengan demikian menyediakan informasi untuk tindakan masa yang akan
datang. Schreyogg dan Steinmann mengusulkan model umpan balik secara klasik
untuk pengendalian strategis mencakup pengendalian asumsi, pengendalian
implementasi dan pengawasan strategis. Pearce and Robinson menambahkan dengan
komponen pengendalian peringatan khusus. Keempat jenis pengendalian ini
dirancang untuk memenuhi kebutuhan manajemen puncak untuk mengawasi strategi
saat dilaksanakan, untuk mendekteksi masalah-masalah penting, dan untuk
melakukan penyesuaian yang diperlukan. Pengendalian strategis ini terkait
dengan asumsi lingkungan dan persyaratan operasional kunci yang diperlukan
untuk implementasi strategi yang berhasil.
Pengendalian asumsi dirancang untuk mengecek
secara sistematis dan berkesinambungan apakah atau asumsi-asumsi yang dipakai
selama proses perencanaan dan implementasi masih handal atau tidak. Hal itu
melibatkan kondisi lingkungan, yaitu faktor lingkungan (ekonomi, teknologi,
sosial-budaya, politik-hukum, demografi, ekologi, peraturan pemerintah dsb.)
dan faktor industri (pesaing, suplier, pembeli, barang substitusi dan hambatan
masuk). Seluruh asumsi mungkin tidak mengharuskan kesamaan dari sejumlah
pengendalian. Oleh karena itu, manajer harus memilih asumsi dan variabel yang
sesuai untuk perubahan dan akan berdampak besar pada perusahaan dan strategi
yang dilaksanakannya.
Pengendalian implementasi merupakan
pengendalian yang mempertanyakan apakah strategi keseluruhan perlu diubah atau
tidak dengan melihat hasil implementasi strategi. Pengendalian implementasi
strategis tidak menggantikan pengendalian operasional. Pengendalian
implementasi strategi berkait dengan strategi fungsional, struktur organisasi,
gaya kepemimpinan, sistem imbalan dan sistem informasi. Tidak seperti
pengendalian operasional, pengendalian implementasi strategis secara
berkesinambungan mempertanyakan arah strategi secara mendasar. Pengendalian
implementasi tersebut melibatkan 2 hal, yaitu memantau kepercayaan strategis
(program strategis baru atau program strategis kunci) dan mengkaji ulang
kejadian penting.
Pengawasan strategis merupakan pengendalian yang
memantau peristiwa yang mungkin mempengaruhi jalannya strategi baik di dalam
maupun di luar perusahaan. Dibandingkan dengan pengendalian asumsi dan
pengendalian implementasi, pengawasan strategis dirancang relatif kurang
terfokus, terbuka dan aktivitas pencarian yang lebih luas. Ide dasar dibalik
pengawasan strategis adalah beberapa bentuk pemantauan umum terhadap berbagai
sumber informasi akan menemukan peluang penting tidak terduga yang sebelumnya
tidak diantisipasi. Pengawasan strategis memunculkan cara yang serupa dengan
melakukan pengamatan terhadap lingkungan, meskipun pengamatan terhadap
lingkungan biasanya dilihat dari bagian dari siklus perencanaan yang secara
kronologis dijadikan untuk menghasilkan informasi untuk rencana yang baru.
Sebaliknya, pengawasan strategis dirancang untuk menyelamatkan strategi yang
telah dibangun atas dasar berkesinambungan.
Pengendalian peringatan khusus adalah pemikiran
kembali terhadap strategi perusahaan secara mendalam, dan seringkali cepat
akibat adanya kejadian yang tak terduga. Kejadian yang tak terduga tersebut
misalnya bencana alam, kecelakaan pesawat, pengambil alihan perusahaan, produk
cacat, produk mengandung racun, dan sebagainya. Kejadian tersebut dapat secara
dramatis mengubah strategi perusahaan. Pearce dan Robinson menyarankan
pengendalian peringatan khusus dibentuk hanya selama implementasi strategi,
karena pengendalian peringatan khusus sesungguhnya merupakan sub bagian dari
pengawasan strategis yang dipandu seluruhnya dalam proses manajemen strategis.
Meskipun sistem pengendalian harus dibuat
sesuai dengan situasi yang khusus, tetapi sistem pengendalian mengikuti proses
dasar yang sama, biasanya mengikuti enam langakah sebagai berikut :
·
Menentukan apa yang dikendalikan
·
Menetapkan standar
·
Mengukur kinerja
·
Membandingkan kinerja dengan standar
·
Menentukan
alasan penyimpangan
·
Melakukan
tindakan koreksi
Kecenderungan Global : Perubahan dan Pergeseran
Manajer masa kini dituntut untuk cepat menyesuaikan
diri terhadap perubahan-perubahan lingkungan yang berlangsung cepat “segala
sesuatu akan berubah namun satu hal yang tidak akan pernah berubah yaitu
perubahan itu sendiri”. Tingginya dinamika atau cepatnya perubahan dapat
tergambar dari berbagai kemajuan teknologi yang berlangsung sangat cepat pada
10-20 tahun terakhir, terutama dalam telekomunikasi, penggabungan komputer
dengan komunikasi, CAD, CAM dan robotika. Pengaruh globalisasi, perusahaan manufaktur Amerika Serikat memanfaatkan
buruh murah di negara-negara berkembang, persaingan yang semakin mendunia,
produksi manufaktur multinasional (Toyota di AS, IBM di Jepang). Pengaruh
deregulasi atau berkurangnya pengaturan harga, entry tarif dsb. oleh
pemerintah, proteksi dan monopoli yang semakin berkurang menyebabkan munculnya
berbagai perusahaan baru dalam bidang telekomunikasi, penerbangan, bank yang
beroperasi dengan biaya yang relatif lebih rendah (sangat kompetitif).
Demografi tenaga kerja
global yang berubah, mengarah kepada workforce diversity, diskriminasi tenaga
kerja yang semakin longgar, bertambahnya tenaga usia tua dan tenaga kerja
wanita. Perubahan sistem sosio-politik seperti Rusia yang menjadi kapitalis,
RRC yang menjadi Negara raksasa industri, berdirinya asosiasi-asosiasi regional
(UE, AFTA, APEC dll) yang bertujuan antara lain untuk kerjasama ekonomi,
liberalisasi dan deregulasi perdagangan, reformasi di Indonesia yang
meruntuhkan orde baru mestinya membawa paradigma baru di dunia usaha.
Pergeseran-pergeseran
yang telah disebutkan di atas berdampak kepada semakin banyaknya pilihan bagi
konsumen, terjadinya mergers, joint-venture dan bahkan divestasi
dan menutup usaha, siklus hidup produk menjadi lebih pendek dan terjadi
fragmentasi pasar. Fenomena-fenomena tersebut menimbulkan ketidak pastian
sebagai tantangan terhadap tugas manajer. Menjawab tantangan ini, agar dapat
bersaing dan sustainable sesuai tuntutan perubahan, organisasi bisnis
harus responsif, cepat bereaksi dan cost-effective.
Organisasi yang lebih
datar (flat organization) kini menjadi norma baru. Organisasi piramidal
dengan 7 – 10 lapis kini mulai di”datar”kan menjadi hanya 3 – 4 lapis (AT&T
dan GE dari 12 kini menjadi hanya 6 lapis atau kurang). Bentuk piramidal kini
bahkan dianggap kuno, tradisional, out of style, “rantai komando”
semakin tidak diikuti, tetapi tentunya dengan operating procedures yang
jelas. Ini juga menjadi pertimbangan bagi organisasi perguruan tinggi. Jika
kita benar mengacu kepada cost effectiveness dan fungsi-fungsi line and
staff management yang efisien, apakah memang diperlukan adanya para
pembantu dekan jika sudah ada pembantu rektor, atau sebaliknya? Bukankah staff
dan line functions kedua management lines tersebut sama? Apakah
tidak terdapat redundancy yang berakibat pemborosan?
Yang jelas kita
mengikuti pola ini karena kepatuhan kepada peraturan pemerintah yang memang
memerlukan debirokrasi. Kita tidak akan membahas masalah-masalah perlunya
debirokrasi dan pemborosan yang berlebihan di negara kita sekarang ini karena
untuk melakukannya mungkin diperlukan waktu bertahun-tahun, yang tentunya juga
kurang manfaatnya jika para penentu policy enggan mendengarkan apalagi
mau mengubahnya.
Perampingan personalia
(downsizing) dan kecenderungan bekerja dalam team yang lebih
mendasarkan kerjanya kepada process, bukan fungsi spesialisasi, semakin
menonjol. Istilah pemberdayaan yang kini digunakan dalam banyak aspek, juga
merambah ke manajemen SDM. Pemberdayaan tenaga kerja (employee empowerment) dilaksanakan
terutama bagi front line employees (seperti front desk clerks)
untuk memberikan kepuasan maksimum kepada pelanggan.
Berkaitan dengan kiprah
manajer mengantisipasi perubahan struktur organisasi bisnis, Prof. Rosebeth
Moss Kanter mengatakan :
“Position, title and
authority are no longer adequate tools for managers to rely on to get their
jobs done. Instead, success depends increasingly on tapping into sources of
good idea, on figuring out whose collaboration is needed to act on those ideas,
and on working with both to produce results.”
Manajemen sekarang
telah banyak berubah dari keadaan 20-30 tahun lampau, di mana human capital menggantikan
mesin-mesin sebagai basis keberhasilan kebanyakan perusahaan.
Drucker (1998), pakar
manajemen terkenal bahkan mengemukakan bahwa tantangan bagi para manajer
sekarang adalah tenaga kerja kini cenderung tak dapat diatur seperti tenaga
kerja generasi yang lalu. Titik berat pekerjaan kini bergerak sangat cepat dari
tenaga manual dan clerical ke knowledge-worker yang menolak
menerima perintah (“komando”) ala militer, cara yang diadopsi oleh dunia bisnis
100 tahun yang lalu.
Kecenderungan yang kini
berlangsung adalah, angkatan kerja dituntut memiliki pengetahuan baru (knowledge-intensive,
high tech.- knowledgeable) , high tech.- knowledgeable) yang sesuai
dinamika perubahan yang tengah berlangsung. Tenaga kerja di sektor jasa di
negara maju (kini sekitar 70 persen) dari tahun ke tahun semakin meningkat, dan
tenaga paruh waktu (part-timer) juga semakin meningkat.
Pola yang berubah ini
menuntut “pengetahuan” baru dan “cara penanganan” (manajemen) yang baru. Human
capital yang mengacu kepada pengetahuan, pendidikan, latihan, keahlian,
ekspertis tenaga kerja perusahaan kini menjadi sangat penting, dibandingkan
dengan waktu-waktu lampau. Dalam ketegori workforce diversity, sedang
berlangsung peningkatan umur manusia yang berdampak kepada meningkatnya umur
lanjut memasuki angkatan kerja. Di AS dalam 20 tahun terakhir (sejak 1979)
terjadi peningkatan umur median dari 34.7 tahun ke 37.8 (1995) dan
diproyeksikan menjadi 40.5 pada tahun 2005, sedang berlangsung peningkatan umur
manusia yang berdampak kepada meningkatnya umur lanjut memasuki angkatan kerja.
Di AS dalam 20 tahun terakhir (sejak 1979) terjadi peningkatan umur median dari
34.7 tahun ke 37.8 (1995) dan diproyeksikan menjadi 40.5 pada tahun 2005.
Demikian pula tenaga kerja wanita termasuk wanita berkeluarga dan dual
career secara global cenderung meningkat.
Bank teller, operator telepon, juru ketik, semua kini menggunakan komputer sehingga
penguasaan atas komputer bukan lagi fakultatif atau alternatif tetapi mutlak
bagi angkatan kerja white collar sekarang ini. Berlangsungnya progress
globalisasi dan teknologi di Indonesia juga tidak ketinggalan. Perhatikan
iklan Arthur Anderson/Prasetyo Strategic Consulting, operator telepon, juru
ketik, semua kini menggunakan komputer sehingga penguasaan atas komputer bukan
lagi fakultatif atau alternatif tetapi mutlak bagi angkatan kerja white
collar saat ini. Berlangsungnya progress globalisasi dan teknologi
di Indonesia juga tidak ketinggalan. Perhatikan iklan Arthur Anderson/Prasetyo
Strategic Consulting, yang membuka pelamar kerja untuk Information
Technology Systems and Network Security Consultants Systems and Network
Security Consultants (yang menguasai IT security products seperti
Firewall etc.); Enterprise Solutions Risk Management Consultants (pengalaman
dalam implementasi SAP review/audit, Oracle, project management);
Banking Systems Specialist, Telecommunications System Consultants (a.l.
berpengalaman dalam finance & accounting system, internet service
provision, E-Commerce, EDP audit etc.); E-Business consultants,
dan Integrated Customer Solutions Consultants.
0 Response to "MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA"
Post a Comment