A.Rasullah
Hikrah ke Madinah
Selama perjalanan hijrah ke Madinah Rasulullah
membangun 4 masjid yang bersejarah.Beliau melakukan perjalanan menunggu
tertidurnya pasukan Quraisj yang mengepung rumah beliau, namun dengan beraninya
Ali Bin Abu Tholib menggantikan posisi tidurnya Rasulullah SAW.Akhirnya beliau
bisa melaksanakan perjalanan hijrah atas perintah Allah SWT.Tahu Muhammad tidak
ada ditempat pasukan Quraisj mengejar Rosulullah SAW.saat itu beliu berlindung
bersama sahabatnya Abubakar Assidiq r.a. di Jabal Tsur disebelah selatan dari
Majidil haram sejauh kurang lebih 6 km. Kaum kafir dalam mengejar Rosulullah
Saw. tidak menemukan, maka mereka terus mencari dimana-mana, tetapi tidak dapat
menemukannya pula.
Pembesar-pembesar kaum kafir Quraisj telah
membuat maklumat dalam keadaan hidup ataupun mati, akan diberi hadiah 100 ekor
unta, dengan demikian nafsu mengejar Muhammad semakin besar. Sebenarnya kaum
kafir Quraisj sudah sampai di gua Jabal Tsur, mereka mendapatkan gua tersebut
tertutup dengan sarang laba-laba, dan nampak disitu burung merpati yang sedang
menelor disarangnya. Dengan melihat kadaaan tersebut Nabi Muhammad saw. tidak
mungkin bersembunyi di gua tersebut. Hati sahabat Abubakar Assidiq r.a. cemas
dan gelisah kemudian turunlah Wahyu Allah surat Attaubah ayat 40.
Setelah orang kafir Quraisj pergi beberapa hari
kemudian Nabi Muhammad saw. dan sahabatnya meneruskan perjalanan ke Madinah
Ketika beliau sampai di Madinah, disambut
dengan syair-syair dan penuh kegembiraan oleh penduduk Madinah. Hijrah dari
Makkah ke Madinah bukan hanya sekedar berpindah dan menghindarkan diri dari
ancaman dan tekanan orang kafir Quraisy dan penduduk Makkah yang tidak
menghendaki pembaharuan terhadap ajaran nenek moyang mereka, tetapi juga
mengandung maksud untuk mengatur potensi dan menyusun srategi dalam menghadapi
tantangan lebih lanjut, sehingga nanti terbentuk masyarakat baru yang
didalamnya bersinar kembali mutiara tauhid warisan Ibrahim yang akan disempurnakan
oleh Nabi Muhammad SAW melalui wahyu Allah SWT
B. Perkembangan Islam masa Rasulullah di
Madinah
Sejak hijrah ke Madinah,Nabi Muhammad saw dan
Para sahabat selalu berdakwah kepada penduduk. tanpa mengenal lelah dan putus
asa. Mereka terus berusaha menyebarkan ajaran Islam kepada seluruh penduduk
termasuk orang-orang Yahudi,Nasrani dan Kaum Pagan. Mayoritas penduduk
Madinah , terutama suku Aus dan suku Khazraj , menyambut baik ajakan Nabi
Muhammad saw, menyatakan kesetiannya kepada Nabi Muhammad saw dan bersedia
membantu beliau menyebarkan ajaran Islam. Padahal sebelum menerima ajaran
Islam,kedua suku ini selalu berperang. Hal ini menambah semangat Nabi Muhammad
saw dalam berdakwah.
Sementara , orang-orang Yahudi merasa
tidak senang kepada Nabi Muhammad saw dan para sahabat mereka. Mereka merasa
tersingkir sejak kehadiran suku Aus dan Khazraj untuk
kembali ke Agama lama mereka.Bahkan mereka mulai menyusun kekuatan untuk
melemahkan umat Islam.
C.Rasulullah
SAW Membangun Masyarakat Islam di Madinah
Setiap musim
haji tiba, banyak kabilah yang datang ke Mekah.Begitu juga nabi Muhammad SAW.
Dengan giat menyampaikan dakwah islam. Diantara Kabilah yang menerima Islam
adalah Khajraj dari Yatrib (Madinah).Setelah kembali ke negerinya, mereka
mengabarkan adanya Nabi terakhir.
Pada tahun ke
12 kenabiannya, datanglah orang-orang Yastrid di musim haji ke Mekah dan
menemui nabi di Bai’atul Akabah. Di tempat ini mereka mengadakan bai’at
(perjanjian) yang isinya bahwa mereka setia pada nabi, tidak menyekutukan
Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak kecil, tidak
memfitnah, dan ikut menyebarkan islam. Perjanjian ini dikenal dengan Bai’atul
Akabah Ula (Perjanjian Akabah Pertama) karena dilaksanakan di bukit akabah atau
disebut Bai’atun Nisa’ (perjanjian wanita) karena didalamnya terdapat seorang
wanita ‘Afra binti ‘Abid bin Tsa’labah.
Islam mendapat
lingkungan baru di kota Madinah. Lingkungan yang memungkinkan bagi Nabi
Muhammad SAW untuk meneruskan dakwahnya, menyampaikan ajaran Islam dan
menjabarkan dalam kehidupan sehari-hari (Syalaby,1997:117-119). Setelah tiba
dan diterima penduduk Yastrib, Nabi diangkat menjadi pemimpin penduduk
Madinah.Sehingga disamping sebagai kepala/ pemimpin agama, Nabi SAW juga
menjabat sebagai kepala pemerintahan / Negara Islam.Kemudian, tidak beberapa
lama orang-orang Madinah non Muslim berbondongbondong masuk agama Islam. Untuk
memperkokoh masyarakat baru tersebut mulailah Nabi meletakkan dasar-dasar untuk
suatu masyarakat yang besar, mengingat penduduk yang tinggal di Madinah bukan
hanya kaum muslimin, tapi juga golongan masyarakat Yahudi dan orang Arab yang
masih menganut agama nenek moyang, maka agar stabilitas masyarakat dapat
terwujudkan Nabi mengadakan perjanjian dengan mereka, yaitu suatu piagam yang
menjamin kebebasan beragama bagi kaum Yahudi. Setiap golongan masyarakat
memiliki hak tertentu dalam bidang politik dan keagamaan.Di samping itu setiap
masyarakat berkewajiban mempertahankan keamanan negeri dari serangan musuh.
Adapun dasar-dasar tersebut adalah:
1.Mendirikan Masjid
Setelah agama
Islam datang Rasulullah SAW mempersatukan seluruh suku-suku di Madinah dengan
jalan mendirikan tempat peribadatan dan pertemuan yang berupa masjid dan diberi
nama masjid “Baitullah”. Dengan adanya masjid itu, selain dijadikan sebagai
tempat peribadatan juga dijadikan sebagai tempat pertemuan, peribadatan,
mengadiliperkara dan lain sebagainya.
2.Mempersaudarakan antara Anshor dan Muhajirin
Orang-orang
Muhajirin datang ke Madinah tidak membawa harta akan tetapi membawa keyakinan
yang mereka anut. Dengan itu Nabi mempersatukan golongan Muhajirin dan Anshor
tersebut dalam suatu persaudaraan dibawah satu keyakinan yaitu bendera Islam.
3.Perjanjian bantu membantu antara sesama kaum Muslim dan non Muslim
Setelah Nabi
resmi menjadi penduduk Madinah, Nabi langsung mengadakan perjanjian untuk
saling bantu-membantu atau toleransi antara orang Islam dengan orang non Islam.
Selain itu Nabi mengadakan perjanjian yang berbunyi “kebebasan beragama
terjamin buat semua orang-orang di Madinah”.
4.Melaksanakan dasar politik, ekonomi dan
sosial untuk masyarakat baru
Pada tahun 9 H dan 10 H (630–632
M) banyak suku dari berbagai pelosok mengirim delegasi kepada Nabi bahwa mereka
ingin tunduk kepada Nabi, serta menganut agama Islam, maka terwujudlah
persatuan orang Arab pada saat itu. Dalam menunaikan haji yang terakhir atau
disebut dengan Haji Wada tahun 10 H (631 M) Nabi menyampaikan khotbahnya yang
sangat bersejarah antara lain larangan untuk riba, menganiaya, perintah untuk
memperlakukan istri dengan baik, persamaan dan persaudaraan antar manusia harus
ditegakkan dan masih banyak lagi yang lainnya. Setelah itu Nabi kembali ke
Madinah, ia mengatur organisasi masyarakat, petugas keamanan dan para da’i
dikirim ke berbagai daerah, mengatur keadilan, memungut zakat dan lain-lain.
D. Ciri-ciri pokok pada periode ini
Di dalam
periode Makkah ciri pokok pembinaan pendidikan islam adalah pendidikan
tauhid, maka pada periode madinah ini ciri pokok pembinaan pendidikan islam
dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Tetapi sebenarnya antara
dua ciri tersebut bukanlah merupakan dua hal yang dipisahkan satu dengan yang
lain. Kalau pembinaan pendidikan di Makkah titik pokoknya adalah menanamkan
nilai-nilai tauhid kedalam jiwa tiap individu muslim, agar dari jiwa mereka
terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam
kehidupan sehari-hari. Sedangkan pembinaan pendidikan di Madinah pada
hakikatnya ialah merupakan lanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu
pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran
tauhid, sehingga akhirnya tingkah laku sosial politiknya merupakan cermin dan
pantulan sinar tauhid tersebut
Cara Nabi melakukan
pembinaan dan pengajaran pendidikan agama islam di Madinah adalah sebagai
berikut:
Pembentukan
dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik.
Masalah pertama yang di
hadapi Nabi Muhammad SAW dan kaum Muhajirin adalah tempat tinggal. Untuk
sementara para kaum Muhajirin bisa menginap dirumah-rumah kaum Anshor. Tetapi
beliau sendiri memerlukan suatu tempat khusus ditengah-tengah ummatnya sebagai
pusat kegiatan, sekaligus sebagai lambang persatuan dan kesatuan diantara kedua
kelompok masyarakat yang mempunyai latar belakang kehidupan yang berbeda.]Oleh
karena itu Nabi memerintahkan untuk membangun
masjid. Masjid itu telah menjadi pusat pendidikan dan pengajaran.
E.
Strategi dan metode dakwah di madinah
Strategi
Dengan
terbentuknya negara Madinah Islam bertambah kuat sehingga perkembangan yang
pesat itu membuat orang Makkah risau, begitu juga dengan musuh–musuh Islam.
Untuk menghadapi kemungkinan gangguan–gangguan dari musuh, Nabi Muhammad SAW sebagai kepala pemerintahan mengatur siasat dan membentuk pasukan tentara.
Banyak hal yang dilakukan Nabi dalam rangka mempertahankan dan memperkuat kedudukan kota Madinah diantaranya adalah mengadakan perjanjian damai dengan berbagai kabilah di sekitar Madinah, mengadakan ekspedisi keluar kota sebagai aksi siaga melatih kemampuan calon pasukan yang memang mutlak diperlukan untuk melindungi dan mempertahankan negara yang baru dibentuk tersebut. Akan tetapi, ketika pemeluk agama Islam di Madinah semakin bertambah maka persoalan demi persoalan semakin sering terjadi, diantaranya adalah rongrongan dari orang Yahudi, Munafik dan Quraisy.Namun berkat keteguhan dan kesatuan ummat Islam, mereka dapat mengatasinya.
Untuk menghadapi kemungkinan gangguan–gangguan dari musuh, Nabi Muhammad SAW sebagai kepala pemerintahan mengatur siasat dan membentuk pasukan tentara.
Banyak hal yang dilakukan Nabi dalam rangka mempertahankan dan memperkuat kedudukan kota Madinah diantaranya adalah mengadakan perjanjian damai dengan berbagai kabilah di sekitar Madinah, mengadakan ekspedisi keluar kota sebagai aksi siaga melatih kemampuan calon pasukan yang memang mutlak diperlukan untuk melindungi dan mempertahankan negara yang baru dibentuk tersebut. Akan tetapi, ketika pemeluk agama Islam di Madinah semakin bertambah maka persoalan demi persoalan semakin sering terjadi, diantaranya adalah rongrongan dari orang Yahudi, Munafik dan Quraisy.Namun berkat keteguhan dan kesatuan ummat Islam, mereka dapat mengatasinya.
Metode Dakwah
Sejak tiba di
Madinah, Rasulullah memerintahkan para sahabatnya membangun masjid sebagai
tempat sholat, berkumpul, bermusyawarah serta mengatur berbagai urusan
ummat.Sekaligus memutuskan perkara yang ada di antara mereka.Beliau menunjuk
Abu Bakar dan Umar sebagai pembantunya.Beliau bersabda “dua (orang) pembantuku
di bumi adalah Abu Bakar dan Umar.”Dengan demikian Beliau berkedudukan sebagai
kepala negara, qlodi dan panglima militer.Beliau menyelesaikan perselisihan
yang terjadi di antara penduduk Madinah dengan hukum Islam, mengangkat komandan
ekspedisi dan mengirimkannya ke luar Madinah.Negara Islam oleh Rasulullah ini
dijadikan pusat pembangunan masyarakat yang berdiri di atas pondasi yang kokoh
dan pusat persiapan kekuatan militer yang mampu melindungi negara dan
menyebarkan dakwah.Setelah seluruh persoalan dalam negeri stabil dan
terkontrol, Baliau mulai menyiapkan pasukan militer untuk memerangi orang-orang
yang menghalangi penyebaran risalah Islam. Wallah’alam.
Skema Metode
Dakwah Rasulullah
PERIODE MADINAH
Tahapan Penerapan Syarat Islam (tathbiq ahkam
al Islam)
1.
Membangun Masjid
2.
Membina Ukhuwah Islamiyah
3.
Mengatur urusan masyarakat dengan syariat Islam
4.
Membuat Perjanjian dengan warga non muslim
5.
Menyusun strategi politik dan militer
6. Jihad
TAHAPAN DA’WAH RASULULLAH SAW
1. Da’wah Secara Rahasia (Sirriyatud
Da’wah)
Nabi mulai
menyambut perintah Allah dengan mengajak manusia untuk menyembah Allah semata
dan meninggalkan berhala.Tetapi da’wah Nabi ini dilakukannya secara rahasia
untuk menghindari tindakan buruk orang-orang Quraisy yang fanatik terhadap
kemusyrikan dan paganismenya. Nabi saw tidak menampakan da’wah di
majelis-majelis umum orang-orang Quraisy, dan tidak melakukan da’wah kecuali
kepada orang-orang yang memiliki hubungan kerabat atau kenal baik sebelumnya.
Orang-orang
pertama kali masuk Islam ialah Khadijah binti Khuwailid ra, Ali bin Abi Thalib,
Zaid bin Haritsah mantan budak Rasulullah saw dan anak angkatnya, Abu bakar bin
Abi Quhafah, Utsaman bin Affan, Zubair bin Awwan, Abdur-Rahman bin Auf, Sa’ad
bin Abi Waqqash dan lainnya.
Mereka ini
bertemu dengan Nabi secara rahasia. Apabila diantara mereka ingin melaksanakan
salah satu ibadah, ia pergi ke lorong-lorong Mekah seraya bersembunyi dari
pandangan orang Quraisy.
Ketika
orang-orang yang menganut Islam lebih dari tiga puluh lelaki dan wanita,
Rasulullah memilih rumah salah seseorang dari mereka, yaitu rumah al-Arqam bin
Abil Arqam, sebagai tempat pertama untuk mengadakan pembinaan dan pengajaran.
Da’wah pada tahap ini menghasilkan sekitar empat puluh lelaki dan wanita telah
menganut Islam.Kebanyakan mereka adalah orang-orang fakir, kaum budak dan
orang-orang Quraisy yang tidak memiliki kedudukan.
Dakwah Islam
dimulai di Mekah dengan cara sembunyi-sembunyi. Dan Ibnu Ishaq menyebutkan,
dakwah dengan cara ini berjalan selama tiga tahun. Demikian pula dengan
Abu Naim: ia mengatakan dakwah tertutup ini berjalan selama tiga tahun.
2. Da’wah Secara Terang-terangan
(Jahriyatud Da’wah)
Ibnu Hisyam
berkata: kemudian secara berturut-turut manusia, wanita dan lelaki, memeluk
Islam, sehingga berita Islam telah tersiar di Mekah dan menjadi bahan
pembicaraan orang. Lalu Allah memerintahkan Rasul-Nya menyampaikan Islam dan
mengajak kepadanya secara terang-terangan, setelah selama tiga tahun Rasulullah
saw melakukan da’wah secara tersembunyi, kemudian Allah berfirman kepadanya:
“Maka
siarkanlah apa yang diperintahkan kepdamu dan janganlah kamu pedulikan orang
musyrik.”(al-Hijr : 94)
“Dan berilah
peringatan kepada kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap
orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang
beriman.” (Asy-Syu’ara: 214-215)
Dan katakanlah,
“sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan.” (al-Hijr:
89)
Pada waktu itu
pula Rasulullah saw segera melaksanakan perintah Allah, kemudian menyambut
perintah Allah, “Maka siarkanlah apa yang diperintahkan kepadamu dan
janganlah kamu pedulikan orang-orang musyrik” dengan pergi ke atas bukit
Shafa lalu memanggil, “Wahai Bani Fihir, wahai Bani ‘Adi,“ sehingga mereka
berkumpul dan orang yang tidak bisa hadir mengirimkan orang untuk melihat
apa yang terjadi. Maka Nabi saw berkata, “Bagaimanakah pendapatmu jika aku
kabarkan bahwa di belakang gunung ini ada sepasukan kuda musuh yang datang akan
menyerangmu, apakah kamu mempercayaiku?”Jawab mereka, “Ya, kami belum pernah
melihat kamu berdusta. “ kata Nabi, “Ketahuilah, sesungguhnya aku adalah
seorang pemberi peringatan kepada kalian dari sisksa pedih.” Kemudian Abu lahab
memprotes, “Sungguh celaka kamu sepanjang hari, hanya untuk inikah kamu
mengumpulkan kami. “Lalu turunlah firman Allah:
”Binasalah
kedua belah tangan Abu Lahab, dan sesungguhnya dia akan binasa.”
Kemudian
Rasulullah saw turun dan melaksanakan firman Allah, ”Dan berilah peringatan
kepada kerabatmu yang terdekat” dengan mengumpulkan semua keluarga dan
kerabatnya, lalu berkata kepada mereka, “Wahai Bani Ka’b bin Lu’ai,
selamatkanlah dirimu dari api neraka! Wahai Bani Murrah bin Ka’b, selamatkanlah
dirimu dari api neraka! Wahai Bani Abdi Syams, selamatkanlah dirimu dari api
neraka! Wahai Bani Abdul Muthalib, selamatkanlah dirimu dari api neraka! Wahai
Fatimah, selamatkanlah dirimu dari api neraka! Sesungguhnya aku tidak bisa
dapat membela kalian di hadapan Allah, selain bahwa kalian mempunyai tali
kekeluargaan yang akan aku sambung dengan hubungannya.”
Da’wah Nabi saw
secara terang-terangan ini ditentang dan ditolak oleh bangsa Quarisy, dengan
alasan bahwa mereka tidak dapat meninggalkan agama yang telah mereka
warisi dari nenek moyang mereka, dan sudah menjadi bagian dari tradisi
kehidupan mereka. Pada saat itulah Rasullulah mengingatkan mereka akan perlunya
membebaskan pikiran dan akal mereka dari belenggu taqlid. Selanjutnya di
jelaskan oleh Nabi saw bahwa tuhan-tuhan yang mereka sembah itu tidak dapat
memberi faidah atau bahaya sama sekali. Dan, bahwa turun-temurunya nenek moyang
mereka dalam menyembah tuhan-tuhan itu tidak dapat dijadikan alasan untuk
mengikuti mereka secara taqlid buta. Firman Allah menggambarkan mereka:
Dan apabila
dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,”mereka
menjawab,”(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari
(perbuatan) nenek moyang kami.” (Apakah mereka akan mengikuti juga,) walaupun
nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu pun, dan tidak mendapat
petunjuk? (al-Baqarah: 170)
Ketika Nabi saw
mencela tuhan mereka, membodohkan mimpi mereka, dan mengecam tindakan taqlid
buta kepada nenek moyang mereka dalam menyembah berhala, mereka menentang dan
sepakat untuk memusuhinya, kecuali pamannya, Abu Thalib, yang membelanya.
PRINSIP-PRINSIP DA’WAH RASULULLAH
Prinsip dakwah
Rasulullah saw dapat diturunkan dari fase atau pembabakan kehidupan Muhammad
saw. Banyak ahli yang merumuskan kehidupan Rasulullah dalam beberapa
fase, yakni fase pertamaMuhammad saw sebagai pedagang, fase
kedua Muhammad saw sebagai nabi dan rasul. Kedua fase ini berlangsung
dalam periode Mekah. Fase ketiga Muhammad saw sebagai politisi dan
negarawan, danfase keempat Muhammad saw sebagai pembebas. Fase ketiga dan
keempat berlangsung dalam periode Madinah.
Dari keempat
fase tersebut, terlihat bahwa perjuangan Rasululllah saw dalam menegakan amanat
risalahnya, mengalami perkembangan dan peningkatan yang cukup penting,
strategis, dan sistimatis, menuju keberhasilan dan kemenangan yang gemilang,
terutama dengan terbentuknya masyarakat muslim di Madinah dan
terjadinya futuh Mekah. Juga sebagai dasar bagi perkembangan dan
perjuangan untuk menegakan dan menyebarkan ajaran Islam ke segala penjuru
dunia.
Dilihat dari
langkah-langkah dan sudut pandang pengembangan dan pembangunan masyarakat,
terdapat tiga posisi penting fungsi Rasulullah saw sebagai figur pemimpin umat,
yakni: Pertama, Rasulullah saw sebagai peneliti masyarakat, kedua,
Rasulullah saw sebagai pendidik masyarakat,ketiga Rasulullah saw sebagai
negarawan dan pembangun masyarakat.
Rasulullah saw
sebagai peneliti masyarakat, berlangsung ketika beliau menjadi pedagang. Ketika
itu beliau sering kali melakukan perjalanan ribuan mil ke sebelah utara jazirah
Arab. Dalam perjalannya, Rasulullah saw berhubungan dengan berbagai ragam orang
dari berbagai bangsa, suku, agama, bahasa, tradisi, dan kebudayaan, dengan
bermacam watak dan sifatnya. Beliau berinteraksi dan berkomunikasi dengan
berbagai agama dan kepercayaan yang dianut; yaitu Yahudi, Nasrani, Majusi, dan
orang-orang Romawi.
Dalam
perjalannya ini, beliau mengadakan fact-finding, (menghimpun data dan
fakta) mengenai berbagai aspek hidup dan kehidupan berbagai bangsa.Hal ini
menjadi pengalaman dan pengetahuan beliau tentang geografis, sosiologis,
etnografis, religius, psikologis, antropologis, karakter dan watak dari
berbagai bangsa.Pengeahuan tentang situasi dan kondisi ini sangat bermanfaat
dalam menentukan taktik, strategi, dan metode perjuangannya.
Dari data dan
fakta yang menjadi pengetahuan dan pengalamannya itu, Rasulullah saw sering
mengadakan tafakur (merenung), dan kadang-kadang berkhalwat, bersemedi
(tahannus) di suatu tempat sunyi yang terkenal dengan Gua Hira. Di tempat
inilah beliau mengolah, menganalisis, mengklarifikasi, dan mengambil kesimpulan
yang akan menjadi bahan pertimbangan dalam sikap, langkah, dan pendekatan
strategi perjuangan hidup dan kehidupannya. Objektivitas, akurasi, dan validitas
hasil penelitian dan perenungan itu tidak diragukan lagi karena beliau
termasyhur sebagai orang jujur (al-amin). Kesimpulan utama dari hasil
penelitian dan perenungan adalah masyarakat Arab harus diselamatkan dari
jurang kehancuran serta membangun landasan yang baru. Upaya kerja keras
Rasulullah saw dalam mencari solusi dari masalah yang sedang dihadapinya itu,
kemudian dijemput oleh hidayah ilahi dengan turunnya wahyu pertama, lima ayat
surat al-alaq. Dengan ayat Al-Qur’an yang mulia inilah, dimulai kegiatan dakwah
dan risalah Islamiyah yang ditugaskan kepada Muhammad Ibn Abdillah untuk
disampaikan kepada segenap manusia, melalui pembinaan dan pendidikan yang
berdasarkan la ilaha illa al-llah (nilai dasar ketahuidan).
Dengan
demikian, dari turunnya wahyu pertama ini, Rasulullah saw mulai berfungsi
sebagai pendidik dan pembimbing masyrakat (social educator), melalui perombakan
dan revolusi mental masyarakat Arab dari kebiasaan menyembah berhala yang
merendahkan derajat kemanusiaan dan tidak menggunakan akal pikiran yan sehat,
tidak memiliki peri kemanusiaan dan menghinakan kaum wanita dan sebagainya,
menuju sikap mental yang mengangkat derajat kemanusiaan yang penuh percaya diri
dan hanya menyembah dan memohon perlindungan kepada Allah SWT.
Adapun sistim
pembinaan dan pendidikan yang dikembangkan Rasulullah saw adalah sistim
kaderisasi dengan membina beberapa orang sahabat. Kemudian para sahabat ini
mengembangkan Islam ke berbagai penjuru dunia.Dimulai dari Khulafa Ar-Rasyidin,
kemudian generasi berikutnya. Dimulai dari pembinaan dan kaderisasi di Mekah
yang agak terbatas, kemudian dikembangkan di Madinah dengan membentuk komunitas
muslim di tengah-tengah masyrakat Madinah yang cukup heterogen. Pembinaan dan
pendidikan di Mekah lebih dioerientasikan pada pembinaan ketauhidan sehingga
ayat Al-Qur’an yang turun dalam periode ini lebih ditekankan pada pembinaan
akidah dan ibadah. Ayat-ayat dan surat yang turun biasanya pendek-pendek dan
diawalii ungkapan “Ya ayyuha an-nasa”.
Adapun di
Madinah, pembinaan yang dilakukan Rasulullah saw lebih banyak ditekankan pada
pembentukan masyarakat muslim di tengah-tengah masyarakat nonmuslim. Ayat-ayat
Al-Qur’an yang turun di periode ini lebih ditekankan pada
masalah muamalah, sistim kemasyarakatan, kenegaran, hubungan sosial, hubungan
antaragama (toleransi), ta’awun, ukhuwah, dan sebagainya.Ayat-ayat yang turun
pada periode ini biasanya panjang-panjang dan diawali ungkapan “Ya ayyuha
al-ladzina amanu”.
Pada peride
Madinah ini, lahirlah suatu peristiwa yang monumental dan sangat penting
sebagai cermin bagi kehidupan beragama dan bermasyarakat di masa mendatang,
yakni terumuskannya suatu naskah perjanjian dan kerja sama antara kaum muslimin
dan masyarakat Madinah (nonmuslim), yang kemudian terkenal dengan sebutan
Piagam Madinah
Di Madinah
itulah Rasulullah saw mulai membangun sistim hukum, tatanan masyarakat, dan
kenegaraan. Fungsi Rasulullah saw meningkat dari fungsi pendidik menjadi
negarawan pembangun masyarakat (community builder) atau pembangun Negara (state
builder). Di bawah pembinaan dan kepemimpinan Rasulullah saw, kota Madinah
menjadi sebuah kota masyarakat yang beradab, sadar hukum, penuh toleran,
bersikap saling tolong menolong, dihiasi persaudaraan dan semangat kerja sama
antara warga masyarakat. Gambaran masyarakat seperti itu, kemudian dikenal
dengan sebutan masyarakat madani.
Pada masa
awal-awal perkembangan Islam, masyarakat Islam menampilkan diri sebagai
masyarakat alternative, yang memberi warna tertentu pada kehidupan
manusia.Karakter yang paling penting yang ditampilkan oleh masyarakat Islam
ketika itu adalah kedamaian dan kasih sayang.
Masyarakat
model seperti ini tampil di tengah kehadiran Rasulullah saw, baik di Mekah atau
Madinah, yang banyak disebut sejarawan sebagai model masyarakat ideal dalam
level masyarakat Arab yang masih sangat sederhana. Sejumlah karakteristik
penting yang diperlihatkan masyarakat Islam pada masa Rasulullah saw ini,
diantaranya adalah: memiliki akidah yang kuat dan konsisten dalam beramal
(berkarya). Semua itu dipandu oleh kepemimpinan yang penuh wibawa.
Dari uraian di
atas, dapat disimpulkan beberapa prinsip dakwah Rasulullah saw, yaitu sebagai
berikut:
1.
Mengetahui medan (mad’u) melalui penelitian dan
perenungan.
2.
Melalui perncanaan pembinaan, pendidikan, dan
pengembangan serta pembangunan masyarakat.
3.
Bertahap, diawali dengan cara diam-diam
(marhalah sirriyah), kemudian cara terbuka (marhalah alaniyyah). Diawali
dari keluarga dan teman terdekat, kemudian masyarakat secara umum.
4.
Melalui cara dan strategi hijrah, yakni
menghindari siutasi yang negative untuk menguasai suasana yang lebih positif.
5.
Melalui syiar dan pranata Islam, antara lain
melalui khotbah, adzan, iqamah, dan shalat berjamaah, ta’awun, zakat, dan
sebagainya.
6.
Melalui musyawarah dan kerja sama, perjanjian
dengan masyarakat sekitar, seperti dengan Bani Nadhir, Bani Quraidzah, dan Bani
Qainuqa.
7.
Melalui cara dan tindakan yang akomodatif,
toleran, dan saling menghargai.
8.
Melalui nilai-nilai kemanusiaan, kebebasan, dan
demokratis.
9.
Menggunakan bahasa kaumnya, melalui kadar
kemampuan pemikiran masyarakat (ala qadri uqulihim).
10.
Melalui surat. Sebagaimana yang telah dikirim
ke raja-raja berpengaruh pada waktu itu, seperti pada Heraklius.
11.
Melalui uswah hasanah dan syuhada ala an-nas,
dan melalui peringatan, dorongan dan motivasi (tarhib wa targhib).
12.
Melalui Kelembutan dan pengampunan. Seperti
pada peristiwa Fathul Mekah disaksikan para pemimpin kafir Quraisy sambil
memendam kemarahan dan kebencian.Begitu pula isi hati Fadhalah, yang begitu
dalam kebenciaanya kepada Rasulullah sehingga ingin membunuhnya. Tanpa ia duga,
Rasulullah mengetahui suara hatinya tersebut. ketika ditegur dengan lembut,
fadhalah menjadi ketakutan dan mencoba berbohong untuk membela diri. Tetapi
Rasulullah tidak marah, bahkan melempar dengan senyumnya.Seketika Fadhalah terpesona
dengan reaksi orang yang hendak dibunuhnyatersebut.Ia yang berada dalam puncak
ketakutan merasakan kelegaan luar biasa. Tumbuh simpatinya dan kebenciannya
mulai surut.Hatinya benar-benar berbalik ketika Rasulullah meletakan tangan
kanan tepat di dadanya.Sentuhan fisik refleksi dari kasih sayang Rasulullah ini
benar-benar mengharubiru perasaan Fadhalah.Kedengkian dan kebenciaan
berubah menjadi kecintaan yang mendalam.
KAIDAH-KAIDAH DA’WAH RASULULLAH
Dari prinsip
dan langkah-langkah perjuangan Rasulullah saw di atas, dapat diturunkan
kaidah-kaidah dakwah Rasulullah saw sebagai berikut:
1)
Tauhidullah, yakni sikap mengesakan Allah
dengan sepenuh hati, tidak menyekutukan-Nya, hanya mengabdi, memohon, dan
meminta pertolongan kepada Allah SWT. Sebagai pencipta dan pemelihara alam
semesta. Kaidah ini bertujuan untuk membersihkan akidah (tathir al-i’tiqad)
masyrakat dari berbagai macam khurajat dan kepercayaan yang keliru, menuju satu
landasan, motivasi, tujuan hidup dan kehidupan dari Allah dan dalam ajaran
Allah menuju mardhatillah (min al-Lah, fi al-Allah, dan ila Allah).
2)
Ukhuwah Islamiah, yakni sikap persaudaraan
antarsesama muslim karena adanya kesatuan akidah, pegangan hidup, pandangan
hidup, sistim sosial, dan peradaban sehingga terjalinlah kesatuan hati dan jiwa
yang melahirkan persaudaraan yang erat dan mesra, dan terjalin pula kasih
sayang, perasaan senasib sepenanggungan, serta memperhatikan kepentingan orang
lain, seperti mementingkan kepentingan diri sendiri. Dengan demikian, terhindar
dari sikap individualisme, fanatisme golongan, fir’aunisme, materialisme, dan
dari segala penyakit jiwa lainnya.
3)
Muswah, yakni sikap persamaan antar sesama
manusia, tidak arogan, tidak saling merendahkan dan meremehkan orang lain,
tidak saling mengaku paling tinggi. Ini karena perbedaan dan penghargaan di
sisi Allah adalah dilihat prestasi pengabdian dan ketakwaannya.
4)
Musyawarah, yakni sikap kompromis dan
menghargai pendapat orang lain, tidak menonjolkan kepentingan kelompok,
memperhatikan kepentingan bersama untuk meraih kemaslahatan dan kebaikan
bersama. Hal ini dilakukan oleh Rasulullah saw, antara lain di Madinh, yaitu
dengan munculnya Piagam Madinah. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya
dengan kaidah ini, antara lain: Q.S. Ali-Imran: 159, Q.S. Asu’ara: 38.
5)
Ta’awun, yakni sikap gotong-royong, saling
membantu, kebersamaan dalam menghadapi persoalan dan tolong-menolong dalam
hal-hal kebaikan. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah
ini, antara lain: Q.S. Al-Maidah: 2, Q.S. At-Taubah: 71, q.s. Al-Anfal: 46.
6)
Takaful al-ijtima, yakni sikap
pertanggungjawaban bersama senasib sepenanggungan, kebersamaan dan sikap
solidaritas sosial. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah
ini, antara lain: Q.S. At-Tahrim: 6, Q.S. Al-Baqarah:195.
7)
Jihad dan Ijtihad, yakni sikap dan semangat
kesungguh-sungguhan, serius menunjukan etos kerja yang tinggi, kreatif,
inovatif dalam penyelesaian yang dihadapi. Ayat-ayat yang dapat dirujuk
dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain: Q.S. Ash-Shaff: 4, 10-13.
8)
Fastahiq al-khayrat, yakni sikap dan semangat
berlomba-lomba dalam kebaikan, pada berbagai lapangan hidup dan
kehidupan. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini,
antara lain: Q.S. Ali-Imran: 114, Q.S. Al-Mu’minun: 57,61, Q.S. Al-Hadid: 21.
9)
Tasamuh, yakni silap toleransi, tenggang rasa,
tidak memaksakan kehendak, mengikuti dan melaksanakan sesuatu dengan landasan
ilmu, saling menghargai perbedaan pandangan. Ayat-ayat yang dapat dirujuk
dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain: Q.S. Az-Zumar: 18, Q.S.
Al-Baqarah: 256, Q.S. Al-Ankabut: 46, Q.S. An-Nahl: 125, 109, 1-6.
10) Istiqamah,
yakni sikap dan semangat berdisiplin, tidak goyah, berjalan terus di atas
ajaran yang benar dengan penuh kesabaran. Ayat-ayat yang dapat dirujuk
dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain Q.S. Fushshilat: 6, 30, 32, Q.S.
Al-Ahqaff: 13-14, Q.S. Asy-Syu’ara: 13-15.
KEBERHASILAN DAN PENGARUH DA’WAH ISLAM
Sebelum kita
melangkah untuk melihat masa-masa terakhir kehidupan Rasulullah saw, sepatutnya
kita memberikan perhatian sekilas terhadap aktivitas agung yang menjadi inti
kehidupan beliau dan yang membedakan beliau dari seluruh Nabi dan Rasul,
sehingga Allah mengangkat beliau sebagai pemimpin orang-orang terdahulu maupun
orang-orang di kemudian hari.
Dikatakan
kepada Rasulullah saw: “Wahai orang yang berselimut, bangunlah (untuk
shalat), di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya).” (al-Muzzamil: 1-2)
“Wahai orang
yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan!” (al-Muddatstsir: 1-2)
Maka, beliau
pun bangkit dan terus bangkit lebih dari dua puluh tahun, memikul beban amanat
````` besar di bumi ini, seluruh beban aqidah, beban perjuangan dan jihad di
berbagai medan.
Beliau memikul
beban perjuangan dan jihad di medan perasaan manusia yang tenggelam dalam
angan-angan dan konsepsi jahiliyah serta terbelenggu oleh kehidupan dunia dan
syahwat. Ketika perasaan manusia berhasil dibersihkan dari noda-noda jahiliyah
dan kehidupan dunia, mulailah peperangan lain di medan yang lain pula, bahkan
peperangan ini tiada putus-putusnya. Yaitu, peperangan melawan musuh-musuh
da’wah Islam yang bersekongkol untuk menghancurkan da’wah ini sampai ke akarnya
sebelum berkembang dan kokoh akarnya.Peperangan di jazirah Arab hampir saja
berakhir, Romawi sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi umat yang baru ini
serta menghadangnya di perbatasan bagian utara.
Ketika semua
ini berlangsung, peperangan pertama yaitu peperangan perasaan tidaklah
berhenti, karena peperangan ini bersifat abadi, peperangan melawan syaithan.
Sesaat pun syaithan tidak akan pernah meninggalkan aktivitasnya di dalam hati
manusia. Di sanalah, Muhammad saw bangkit menyerukan da’wah Allah, dan
melakukan peperangan yang tiada henti-hentinya di berbagai medan. Beliau
berjuang menghadapi kesulitan hidup, padahal dunia berada di hadapannya.Beliau
berjuang keras tidak kenal lelah, ketika orang-orang mu’min beristirahat
menikmati ketenangan dan ketentraman.Semua itu beliau lakukan dengan semangat
yang tak pernah kendor dan kesabaran tinggi.Beliau berjuang dalam melakukan
qiyamul lail dan beribadah kepada Rab-Nya, membaca Al-Qur’an, dan bermunajat
kepada-Nya sebagaimana yang diperintah-Nya.
Demikianlah,
beliau hidup dalam perjuangan dan peperangan yang tiada henti-hentinya lebih
dari dua puluh tahun. Selama itu, tidak pernah melalaikan suatu urusan karena
sibuk dengan urusan yang lain. Sehingga, da’wah meraih suatu keberhasilan yang
gemilang, sulit dicerna oleh akal manusia.Jazirah Arab tunduk kepada da’wah
Islam, debu-debu jahiliyah tidak berhamburan lagi di kawasan jazirah Arab, dan
akal yang menyimpang telah lurus kembali.Sehingga, berhala-berhala
ditinggalkan, bahkan dihancurkan.Udarapun dipenuhi oleh gema suara tauhid.
Suara adzan terdengar membelah angkasa di celah-celah padang pasir yang telah dihidupkan
oleh iman yang baru. Para da’i bertolak ke arah utara dan selatan membacakan
ayat-ayat Al-Qur’an dan menegakkan hukum-hukum Allah.
Berbagai bangsa
dan kabilah bertebaran di mana-mana bersatu padu.Manusia pun keluar dari
penyembahan terhadap hamba menuju peribadatan kepada Allah. Di sana, tidak ada
pihak yang memaksa dan dipaksa, tidak ada tuan dan hamba, penguasa dan rakyat,
orang yang zhalim dan terzhalimi. Semuanya adalah hamba Allah, bersaudara dan
saling mmencintai, dan melaksanakan hukum-hukum Allah.Allah telah menyingkirkan
penyaki-penyakit jahiliyah dan pengagungan terhadap nenek moyang dari diri
mereka. Di sana, tidaka ada kelebihan yang dimiliki oleh orang yang berkulit
merah atas orang berkulit hitam, kecuali ketaqwaannya. Seluruh manusia adalah
anak keturunan Adam, dan adam tercipta dari tanah.
Berkat da’wah
Islam, terwujudlah kesatuan Arab, keadilan sosial, kebahagiaan manusia dalam
segala urusan dunia dan akhirat.Perjalanan hari dan wajah bumi pun berubah,
demikian garis sejarah dan pola pikir.
Sebelum ada
da’wah Islam, dunia di kuasai oleh semangat kejahiliyahan, sehingga perasaannya
memburuk, jiwanya membusuk, nilai-niali moral dan norma-norma sosialnya jadi
kacau, dipenuhi kezhaliman dan perbudakan, dirongrong oleh gelombang kemewahan dan
kemiskinan, diliputi oleh kekufuran, kesesatan dan kegelapan, meskipun pada
saat itu sudah terdapat agama-agama langit. Namun, agama itu telah jauh
diselewengkan oleh manusia, sehingga menjadi lumpuh, tidak berdaya menguasai
manusia dan berubah menjadi beku, tidak hidup dan tidak memiliki ruh.
Setelah da’wah
Islam tampil dan memainkan perannya dalam kehidupan manusia, jiwa manusia
menjadi bersih dari khayalan dan khurafat, perbudakan, kerusakan dan kebusukan,
kekotoran dan kemerosotan.Masyarakat pun menjadi bersih dari kezhaliman dan
kesewenang-wenangan, perpecahan dan kehancuran, perbedaan kelas, kediktatoran
penguasa, dan pelecehan para dukun. Da’wah ini tampil membangun dunia di atas
kesucian dan kebersihan, hal-hal yang bersifat positip dan membangun, kebebasan
dan pembaruan, pengetahuan dan keyakinan, kepercayaan, keadilan, kehormatan,
serta kinerja yang berkesinambungan untuk meningkatkan taraf kehidupan dan
menjamin setiap orang untuk memperoleh hak-hak dalam kehidupan.
Berkat
perkembangan-perkembangan ini, jazirah Arab mengalami suatu kebangkitan yang
penuh berkah, yang belum pernah dialaminya sejak adanya bangunan di atas
jazirah tersebut.
F.Peperangan yang terjadi pada periode madinah
Dalam perjalanan dakwahnya , Nabi Muhammad saw
banyak menemui rintangan. Rintangan itu muncul sebagai akibat adanya masyarakat
Madinah yang tidak dapat menerima kepemimpinan Nabi Muhammad saw.
Dibawah
pimpinan Abdullah bin Ubay bin Salul, mereka menjalin hubungan rahasia
dengan kaum kafir Qurasiy di Mekkah. Mereka selalu melaporkan perkembangan umat
Islam di Madinah dengan Maksud menekankan kekuasaan Nabi Muhammad saw. Hal ini
merupakan awal terjadinya peperangan dengan kaum kafir quraisy.Peperangan yang
kemudian terjadi adalahPerang Badar, Perang Uhud, dan Perang Khandak.
1.perang badar
Terjadinya Perang Badar dipicu
oleh rasa iri orang-orang kafir Quraisy terhadap keberhasilan Nabi
Muhammad saw, menguasai dan mempersatukan masyarakat Madinah. Peperangan ini
terjadi pada 17 Ramadhan tahun ke -2 H atau 8 Januari 623 M disalah satu sumber
mata air yaitu Badar.
Dalam Perang Badar kaum muslimin hanya
berjumlah 313 orang yang dipimpin langsung oleh Nabi Muhammadsaw,
sedangkan pasukan kafir Quraisy berjumlah 1.000 orang yang dipimpin oleh
Abu Sufyan. Sebelum perang dimulai , terjadi perang tanding antara kedua
belah pihak. Pihak umat Islam diwakili Ubaidah bin Harits,Hamzah bin Abdul
Muttalib dan Ali bin Abi Thalib. Pasukan Quraisy diwakili Syaibah
bin Rabi'ah dan Utbah bin Rabi'ah dan Walid bin Utbah. Dalam perang
ini pasukan kaum muslimin mengalami kemenangan dengan gemilang.Abu Jahal
terbunuh dan 14 muslimin gugur sebagai syahid.
2.Perang uhud
Setelah mengalami kekalahan dalam perang Badar , Abu Sufyan
menyiapkan pasukan dengan persenjataan lengkap. Bahkan mengundang pasukan Badui
untuk bergabung. Terbentuklah pasukan kafir Quraisy dengan rincian 3.000
pasukan tempur yang didalamnya terdapat 700 pasukan bertameng dan 200pasukan
berkuda. Pada tahun 3 H, dibawah komando Abu Sufyan,pasukan itu bergerak
menuju Madinah. Pada hari Kamis 21 Maret 625 M,mereka berada dihilir
Lembah Uhud. Pasukan Islam berjumlah 1.000 orang,akan tetapi
ditengah perjalanan, 300 orang membelot dibawah pimpinan Abdullahbin Ubay
bin Salul. Kedua pasukan bertemu di BukitUhud , pada awal
peperangan, tentara muslim memperoleh kemenangan . Akan tetapi , ketika perang
hampir selesai pasukan Pemanah umat islam meninggalkan posisinya untuk
mengambil harta rampasan. Akibatnya pasukan Islam mendapat serangan dari
pasukan kafir yang dipimpin oleh Khalid bin Walid dari belakang.
Akhirnya , pasukan Islam tidak mampu bertahan dan mengundurkan diri dari medan
perang. Akibat perang ini ,70 orang pasukan Islam gugur, sedangkan 23
pasukan kafir tewas. Seusai perang ,Hindun istri Abu Sufyan
mengoyak-koyak isi perut Hamzah , paman Nabi Muhammad saw, yang gugur dalam
pertempuran itu. Ia melampiaskan dendam atas terbunuhnya ayahnya, Utbah bin
rabi'ah, oleh Hamzah bin Abdul Muttalib dalam perang Badar.
3..perang khandak
Perang yang terjadi berikutnya adalah
Perang Khandak. Setelah mengalami kekalahan dalam perang Uhud , pasukan
Islam sekarang lebih kuat . Pada tahun 327 M, orang-orang kafir Quraisy, Yahudi
dan Suku Badui mampu membentuk pasukan yang berkekuatan 10.000 personil.Diantaranya
600 pasukan berkuda yang dipimpin Abu Sufyan. Untuk menghadapi
musuh, Nabi Muhammad saw mengerahkan 3.000 pasukan tempur. Berdasarkan
saran dari SalmanAl Farisi, kaum muslimin membuat sistim pertahanan
berupa parit yang mengitari perbatasan Kota Madinah.Penggalian
dilakukan oleh pasukan Islam sendiri .Abu Sofyan sebagai pemimpin
pasukan Quraisy memutuskan mundur karena tidak sanggup lagi menghadapi perang.Peperangan
dimenangkan oleh Kaum muslimin. Kemenangan ini membuat nama umat Islam dan
Kota Madinah makin harum. Hali in menyebabkan para pembesar negara tetangga
tertarik untuk bekerja sama dengan pemerintah Kota Madinah.
Setelah 6 tahun menetap di Kota Madinah, timbul keinginan
kaum Muhajirin untuk menunaikan ibadah haji sekaligus mengunjungi tanah
kelahiran mereka. Nabi Muhammad saw mengunjungi Mekkah bersama para sahabat
pada bulan Zulkaidah tahun ke-6 H atau 628 M untuk menunaikan ibadah haji.
Para pemuka kafir quraisy berusha menghadang rombongan umat Islam ,ketika
mengetahui keberangkatan tersebut.Dalam tradisi Arab, bulan Zulkaidah
diharamkan untuk mengadakan peperangan,kebencian telah membuat mereka
mengabaikan tradisi itu.
Ketika rombongan umat Islam sampai di sebuah tempat bernama Hudaibiyah yang berjarak sekitar 6 mil dari kota Mekkah ,mereka berhenti . Nabi Muhammad saw mengutus Usman bin Affan untuk mengabarkan kepada kaum kafir Quraisy maksud dan tujuan mereka. Kaum kafir quraisy bersikeras tidak mengizinkan rombongan umat Islam memasuki Mekkah,Perundingan sangat alot . Walaupuun demikian ,mereka berhasil membuat kesepakatan yang dikenal dengan perjanjian Hudaibiyah . Diantaranya isinya sebagai berikut :
1.
Kedua belah pihak mengadakan gencatan senjata
selama 10 tahun.
2.
Setiap orang diberi kebebasan untuk memilih
menjadi pengikut Nabi Muhammad saw atau kaum kafir quraisy.
3.
Kaum muslimin wajib mengembalikan orang Mekkah
yang menjadi pengikut Nabi Muhammad saw. di Madinah tanpa alasan yang benar
kepada walinya,sedangkan kaum kafir qurasiy tidak wajib mengembalikan orang
Madinah yang menjadi pengikut mereka.
4.
Kunjungan rombongan umat Islam untuk menunaikan
ibadah haji ditangguhkan pada tahun berikutnya. Lama kunjungan paling lama adalah
3 hari dan tidak boleh membawa senjata.
Setelah perjanjian
Hudaibiyah situasi menjadi aman dan tidak ada peperangan. Pengikut Nabi
Muhammad saw yang semula hanya berjumlah sekitar 1.400 orang bertambah
menjadi hampir 10.000 orang. Hal ini disebabkan orang-orang Qurasisy
banyak bersimpati terhadap Nabi Muhammad saw. Sebelumnya,para sahabat tidak
menyetujui isi perjanjian Hudaibiyah. Mereka menganggap perjanjian itu
hanya merugikan umat Islam. Akan tetapi , Nabi Muhammad saw, menyikapi
Perjanjian Hudaibiyah secara arif . Nabi Muhammad saw memanfaatkan situasi aman
dan damai setelah Perjanjian Hudaibiyah.Beliau mengirimkan
duta-dutanya ke negara tetangga untuk mengajak mereka memeluk agama Islam.
Ajakan itu diterima oleh beberapa penguasa negeri tetangga dan ditolak oleh
beberapa negeri tetangga lainnya, Sebagian menolak ajaran itu adalah raja
Persia. Penolakan itu menyebabkan munculnya permusuhan dan peperangan yang
besar antar kedua belah pihak di kemudian hari.
G.AHIR
HAYAT NABI MUHAMMAD SAW
Sesudah
melaksanakan hajji wada’ (hajji perpisahan) Rosululloh kembali ke Madinah.
Beliau mengatur kabilah-kabilah yang telah masuk islam sampai habis sisa masa
hidupnya. Beliau mengirim pada Da’i ke berbagai daerah untuk mengajarkan agama
Islam.Ia juga mengatur peradilan islam serta mengatur cara-cara pemungutan
zakat.
Salah satu mubaligh yang dikirim adalah Muaz bin Jabal ke negeri
Yaman, beliau terkenal sebagai ulama yang pertama kali menggunakan ijtihad jika
tidak ada dasar hukum di dalam al-Qur’an maupun al-Hadis.
Nabi Muhammad Saw menyiapkan pasukan untuk memerangi orang Romawi di Balqa
(Yordania), yang dipimpin oleh Usamah bin Zaid bin Harisah yang baru
berusia 18 tahun. Akan tetapi tidak jadi berangkat karena Rosul mendadak sakit.
Rosululloh Saw, pada waktu itu juga menerima wahyu yang terakhir, yaitu: surat
al-Maidah ayat 3.
Artinya:.......
pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. ......
Dua bulan setelah hajji wada’ kesehatan Rosululloh berangsur-angsur memburuk,
badannya panas. Walaupun demikian, ia tetap mengimami sholat. Dalam khotbahnya
yang terakhir beliau bersabda:”Akuu berwasiat kepada kalian untuk berbuat
baik terhadap orang Anshor. Sesungguhnya orang-orang Ansor adalah orang dekatku
dimana aku berlindung kepada mereka. Mereka telah melalui apa yang menjadi
beban mereka dan masih tersisa apa yang menjadi hak mereka. Oleh karena itu,
berbuat baiklah kepada siapa saja diantara mereka yang berbuat baik dan maafkan
siapa saja diantara mereka yang berbuat kesalahan”.
Tiga hari menjelang wafat, beliau tidak dapat mengimami sholat, dan menunjuk Abu
Bakar As-Shidiq sebagai pengganti imam sholat.Sehari sebelum wafat beliau
memerdekakan para budak lelakinya; beliau juga menyedekahkan uang sisa sebanyak
7 Dinar.Beliau memberikan senjata-senjatanya kepada kaum muslimin.
Pada waktu dluha beliau memanggil putrinya (Fatimah); dan membisikan
kepadanya bahwa beliau akan segera dipanggil menghadap Alloh Swt. Menndengar
hal itu Fatimah menangis. Kemudian, beliau berbisik lagi bahwa anggota keluarga
yang pertama akan menyusulnya adalah Fatimah; kemudian Fatimah tersenyum.
Setelah itu Nabi memanggil cucunya (Hasan dan Husain); beliau juga memanggil
istri-istrinya dan anggota keluarga yang lain. Beliau memberikan wasiat yang
terakhir:”Ingatlah sholat dan Taubatlah”.Tidak berapa lama kemudian
beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir.Beliau wafat pada hari Senin
tanggal 12 Rabi’ul awwal 11 H. Atau 8 Juni 632 M.
Rosululloh berdakwah mensyiarkan agama Islam selama 23 tahun.Ketika meninggal
beliau hanya mewariskan 2 harta pusaka yang besar yaitu al-Quran dan
al-Hadis.Beliau berjuang tak kenal lelah sehingga berhasil mendirikan
negara Islam yang pertama di Madinah; serta mampu menyatukan suku-suku Arab di
bawah naungan syariat Islam.
Berita wafatnya Nabi Muhammad tersebar luas ke seluruh penjuru Madinah. Suasana
sedih, haru menyelimuti kota itu. Ketika Umar bin Khotob mendengar
berita kematian Rosul, beliau berdiri dan termenung seakan tidak bisa menerima
atas kematian Sang Rosul. Ia berkata:”Sesungguhnya beberapa orang munafiq
menganggap bahwa Nabi Muhammad Saw telah wafat. Sesungguhnya beliau tidak
wafat, tetapi pergi ke hadapan Tuhannya, seperti yang dilakukan Musa bin Imron
yang pergi dari kaumnya. Demi Alloh dia benar-benar akan kembali. Barang siapa
yang beranggapan bahwa beliau wafat, kaki dan tangannya akan kupotong”.
Setelah mendengar berita wafatnya Nabi, Abu Bakar As-Shidiq segera
menemui Aisyah. Ia membuka kain kafan dan berkta:”Kalau kematian sudah
menjadi ketetapan Engkau, berarti engkau benar-benar telah meninggal dunia”.
Abu Bakar menerima atas kematian Sang Rosul; kemudian ia menemui Umar bin
Khotob dan berkata:”Barang siapa menyembah Muhammad, sesungguhnya Muhammad
sudah mati. Barang siapa menyembah Alloh, sesungguhnya Alloh Maha Hidup dan
tidak mati”.
0 Response to "SEJARAH ISLAM PRIODE MADINAH"
Post a Comment