A.
Pengertian Baik dan buruk
1.
Baik dan Buruk
Dari segi bahasa baik adalah
terjemahan dari kata khoir ( dalam bahasa arab ) / good (dalam bahasa
Inggris ). Dikatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang
menimbulkan rasa keharuan dan kepuasan, kesenangan, persesuaian, dan
seterusnya. Pengertian baik menurut Ethik adalah sesuatu yang berharga
untuk tujuan. Sebaiknya yang tidak berharga, tidak berguna untuk tujuan
apabila yang merugikan, atau yang mengakibatkan tidak tercapainya tujuan
adalah buruk dan yang disebut baik dapat pula berarti sesuatu yang mendatangkan
memberikan perasaan senang atau bahagia. Dan adapula yang berpendapat
yang mengatakan bahwa secara umum, bahwa yang disebut baik / kebaikan
adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan menjadi tujuan
manusia. Walaupun tujuan orang atau golongan di dunia ini berbedabeda, sesungguhnya pada akhirnya semuaya mempunyai tujuan yang sama
sebagai tujuan akhir tiap-tiap sesuatu, bukan saja manusia akan tetapi
binatang pun mempunyai tujuan. Mengetahui sesuatu yang baik
sebagaimana disebutkan bahwa akan mempermudah dalam mengetahui yang
buruk dan diartikan dan diartikan sesuatu yang tidak baik. Dengan
demikian yang dikatakan buruk itu adalah sesuatu yang dinilai sebaliknya
dari yang tidak baik, dan tidak disukai kehadirannya oleh manusia.
Kebaikan yang berhubungan dengan tujuan ini dapat kita bedakan dengan
kebaikan sebagai tujuan sementara untuk mencapai tujuan terakhir. Tujuan
sementara mungkin hanya sekali bagi seseorang atau sesuatu golongan. Dan
tujuan sementara ini sebagai alat atau jalan untuk mencapai tujuan akhir
ini terdapat bermacam-macam dan beraneka ragam.
Didalam akhlak Islamiyah, antara
baik sebagai akhlak / cara / tujuan sementara harus segaris atau sejalan
dengan baik sebagai tujuan sementara dan tujuan akhir berada dalam satu
garis lurus yaitu berdasarkan satu norma karena didalam akhlak Islamiyah
ini disamping bai itu harus benar. Misal untuk menjadi seorang pengusaha
yang kaya. Ia harus berusaha dengan jalan yang halal, tidak dengan
menganiaya orang lain, tidak dengan jalan korupsi. Sebab didalam akhlak
Islamiyah ada garis yang jelas antara yang boleh dan tidak boleh, antara
yang boleh dilampaui atau tidak, antara halal dan haram. Berbeda dengan
akhlak Machiavelli, yang dianut oleh komunis untuk mencapai tujuan dapat
dengan segala macam cara, seperti untuk mencapai kemenangan kekuasaan
memelaratkan rakyat agat bisa dikuasai dan untuk mencapai kemenangan
dengan membinasakan orang lain.
Jadi menurut akhlak Islam, perbuatan
itu disamping baik juga harus belajar, yang benar juga harus baik.
Abuddin Nata (2002:102-103) menggambarkan bahwa yang disebut baik atau kebaikan
adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan yang luhur, bermartabat,
menyenangkan, dan menyukai manusia. Sedangkan buruk adalah sesuatu yang tidak
baik, yang tidak seperti yang seharusnya, tidak sempurna dalam kualitas,
dibawah standar, kurang dalam nilai, tidak mencukupi, keji, jahat, tidak
bermoral, tidak menyenangkan, tidak dapat disetujui, tidak dapat diterima,
sesuatu yang tercela, lawan dari baik, dan perbuatan yang bertentangan dengan
norma-norma masyarakat yang berlaku. Dengan demikian yang dikatakan buruk itu
adalah sesuatu yang dinilai sebaliknya dari yang baik, dan tidak disukai
kehadirannya oleh manusia.
Dalam konteks Bahasa Arab, kata Baik setidaknya diistilahkan dengan enam
istilah, yaitu :
- Al-Hasanah
Al-hasanah sebagaimana di kemukakan oleh
Ar-Raghib Al-Asfahani (2008 : 133) adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menunjukan sesuatu yang disukai atau di pandang baik. Selanjutnya beliau
membagi hasanah itu kepada tiga bagian, yaitu dari segi akal, hawa nafsu dan
pancaindera. Yang termasuk hasanah misalnya keuntungan, kelapangan rezeki dan
kemenagan.
- At-Thoyyibah
Ar- Roghib (2008 : 349) menjelaskan
bahwa ath-thoyyibah itu khusus digunakan untuk menggambarkan sesuatu
yang memberi kelezaran kepada panca indra dan jiwa, seperti makanan, pakaian,
tempat tinggal dan sebagainya.
- Khairan
Ar-Roghib (2008 : 181) juga
menjelaskan bahwa khairan itu digunakan untuk menunjukan sesuatu yang
baik oleh seluruh umat manusia, seperti berakal, adil, keutamaan dan segala
sesuatu yang bermanfaat.
- Karimah
Ar-Roghib (2008 : 79) menerangkan
bahwa Karimah digunakan untuk menunjukan pada perbuatan dan akhlak yang
terpuji yang ditampakan dalam kenyataan hidup sehari-hari.
- Mahmudah
Ar-Roghib (2008 : 147) mengemukakan
bahwa mahmudah digunakan untuk menunjukan suatu yang utama sebagai
akibat dari melakukan sesuatu yang disukai Allah swt.
- Al-birr
Ar-Roghib (2008 : 50) juga
menjelaskan bahwa Al-birr digunakan untuk menunjukan pada upaya
memperluas atau memperbanyak melakukan perbuatan yang baik. Kata tersebut
terkadang digunakan sebagai sifat Allah, maka maksudnya adalah bahwa Allah
memberikan balasan pahala yang besar, dan jika digunakan untuk manusia, maka
yang dimaksud adalah ketaatannya.
2.
Benar dan Salah
Pengertian menurut etika ( Ilmu
akhlak ) ialah hal-hal yang sesuai dengan peraturan-peraturan sebaliknya.
Pengertian salah menurut etika hal yang tidak sesuai dengan
peraturean-peraturan yang berlaku.
Secara objektif “benar” adalah satu,
tidak ada dua benar yang berrtentangan. Kebenaran yang objektif yang merupakan
kebenaran yang pasti dan satu itu adalah kebenaran yang didasarkan kepada
peraturan yang dibuat adalah kebenaran yang didasarkan kepada peraturan yang
dibuat oleh Yang Maha Satu, Yang Maha Mengetahui akan segala sesuatu yang Maha
Benar.
Dan peraturan yang buat manusia yang
bersifat relative itu adalah benar apabila tidak bertentangan dengan peraturan
yang objektif yang dibuat oleh Yang Maha Satu Yang Maha Benar, yaitu peraturan
yang bertentangan dengan wahyu, karena kebenaran mutlak adalah kebenaran dari
Yang Maha Benar.
‘,ysø9$# `ÏB y7Îi¢‘ ( Ÿxsù ¨ûsðqä3s? z`ÏB tûïÎŽtIôJßJø9$# ÇÊÍÐÈ
Artinya
:
Kebenaran
itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu Termasuk orang-orang
yang ragu.(QS. Al-Baqarah 147).
Peraturan-peraturan yang dibuat oleh manusia, akan dijamin kebenarannya apabila
peraturan-peraturan itu tidak bertentangan dengan peraturan yang dibuat oleh
Tuhan.
B.
Peraturan Baik dan Buruk
Membicarakan baik dan buruk pada perbuatan manusia maka penentuan dan
karakternya baik dan buruk perbuatan manusia dapat diukur melalui fitrah
manusia. Menurut Poedja Wijatna berhubungan dengan perkembangan pemikiran
manusia dengan pandangan filsafat tentang manusia ( antropologi metafisika )
dan ini tergantung pula dari metafisika pada umumnya.
Dan
dapat disimpulkan bahwa diantara aliran-aliran filsafat yang mempengaruhi dalam
penentuan baik dan buruk diantaranya :
1. Baik Buruk Menurut Aliran Adat
Istiadat ( Sosialisme )
Menurut aliran ini ditentukan
berdasarkan adat istiadat yang berlaku dan dipegang teguh oleh masyarakat.
Didalam masyarakat kita jumpai adat istiadat yang berkenaan dengan cara
berpakaian, makan, minum, bercakap-cakap dansebagainya. Orang yang mengikuti
cara-cara yang demikian itulah yang dianggap orang yang baik, dan orang yang
menyalahinya adalah orang yang buruk.
Setiap bangsa memiliki adat istiadat
tertentu. Apabila seorang dari mereka menyalahi adat istiadat itu, sangat
dicela dan dianggap keluar dari golongan bangsanya.
Pada masa sekarang, kirta dapat
membenarkan adat istiadat semacam itu dan bukan mengingkarinya, dan bila adat
istiadat itu banyak salahnya, maka tidak tepat dijadikan ukuran baik dan buruk
bagi perbuatan-perbuatan kita.
Poedja Wijatna mengatakan bahwa adat
istiadat pada hakikatnya produk budaya manusia yang sifatnya nisbi dan
relative. Keberadaan paham adat istiadat ini menunjukkan eksistensi dan pesan
moral dalam masyarakat. Berpegang adat istiadat itu, meskipun tidak benar ada
juga faedahnya, sebab ada juga orangorang yang tidak mau melanggar adat
istiadat yang baik, dan banyak pula orangorang yang tidak mau mengikutinya adat
istiadat dari lingkungannya.
2. Baik Buruk Menurut Aliran Hedoisme
Aliran Hedoisme adalah aliran
filsafat yang terhitung tua, karena berakar pada pemikiran filsafat Yunani.
Menurut paham ini banyak yang disebut perbuatan yang baik adalah perbuatan yang
banyak mendatangkan kelezatan, kenikmatan, dan kepuasan nafsu biologis. Aliran
ini tidak mengatakan bahwa semua perbuatan mengandung kelezatan, melainkan
adapula yang mendatangkan kepedihan, dan apabila ia disuruh memilih manakah
perbuatan yang harus dilakukan, maka yang dilakukan adalah yang mendatangkan
kelezatan. Maka apabila terjadi keraguan dalam memilih sesuatu perbuatannya,
harus diperhitungkan banyak sedikitnya kelezatan dan kepedihannya dan sesuatu
itu baik apabila diri seseorang yang melakukan perbuatan mengarah kepada
tujuan.
- Epicurus
Berpendapat
bahwa kebahagiaan, kelezatan ialah tujuan manusia, tidak ada kekuatan
dalam hidup selain kelezatan dan tidak ada keburukan kecuali
penderitaan. Kelezatan akal dan rohani itu lebih penting dari kelezatan
badan. Epicurus pun berpendapat bahwa sebaik-baik kelezatan yang
dikehendaki ialah kelezatan “ketentraman aka”.
- Golongan Epicurus
Berpendapat
bahwa perbuatan-perbuatan itu tidak diukur dengan kelezatan dan kepedihan yang
terbatas waktunya saja, tetapi wajib bagi tiaptiap manusia melihat ke semua
hidupnya.
Epicurus
menyebutkan 3 macam kelezatan :
1. kelezatan yang wajar dan diperlukan
contoh makanan, minuman.
2. kelezatan yang wajar tetapi belum
diperlukan sekali. Misal kelezatan makan yang enak lebih daripada yang biasa.
3. kelezatan yang tidak wajar dan tidak
diperlukan. Missal kemegahan harta benda.
Aliran
hedoisme dibagi 2 :
1. Egositic
Hedoisme
Dinyatakan
bahwa ukuran kebaikan adalah kelezatan diri pribadi orang yang berbuat. Karena
dalam aliran ini mengharuskan kepada pengikutnya agar menyerahkan segala
perbuatan untuk menghasilkan kelezatan yang sebesarbesarnya.
2. Universalistic
Hedoisme
Menyatakan
bahwa aliran ini mengharuskan agar manusia dalam hidupnya mencari
kebahagiaan yang sebesar-besarnya untuk sesame manusia dan bahkan pada
sekalian makhluk yang berperasaan.
3.
Baik dan Buruk Menurut Paham Intuisisme ( Humanisme )
Intuisi adalah merupakan kekuatan batin yang dapat menentukan sesuatu berbagai
baim dan buruk dengan sekilas tanpa melihat buah / akibatnya. Aliran
Intuitionesme berpendirian bahwa setiap manusia mempunyai kekuatan naluri
batiniah yang dapat membedakan sesuatu itu baik atau buruk dengan hanya
selintas pandang. Jadi sumber pengetahuan tentang suatu perbuatan mana yang
baik atau mana yang buruk adalah kekuatan naluri. Kekuatan Naluri atau batin
ioni terkadang berbeda refleksinya karena pengaruh masa dan lingkungan, akan
tetapi dasarnya tetep sama dan berakar pada tubuh manusia. Kekuatan batin ini
adalah kekuatan yang telah ada dalam jiwa manusia, tidak terambil dari keadaan
dari luarnya. Menurut paham ini perbuatan yang baik adalah perbuatan yang
sesuai dengan penilaian yang diberikan oleh hati nurani / kekuatan batin yang
ada dalam durinya, dan sebaliknya perbuatan buruk adalah perbuatan yang menurut
hati nurani atau kekuatan batin dipandang buruk.
Penentuan baik buruk perbuatan
melalui kata hati yang dibimbing oleh ilham / intuisi ini hanyalah dianut dan
dikembangkan oleh para pemikir akhlak dari kalangan Islam. Falsafah akhlak
mengatakan bahwa etika adalah tidak emosionalistik tetapi etika adalah
ilham-ilham intuisi, menurut kekuatan itu tidak berupa emosi dan rasio akan
tetapi kekuatan itu mengintruksikan pada manusia agar melakukan berbagai
kewajiban dalam hidupnya dan kekuatan itu terletak dalam diri dan batin
manusia. Paham Intution telah dikecam yang berkata akan adanya Insting didalam
manusia yang dapat memperdayakan antara baik dan buruk, sebagaimana panca indra
yang dapat memperbedakan antara macam-macam warna dan suara bahwa manusia itu
berselisih dalam member hokum kepada hal-hal yang sudah terang.
Dengan mengikuti uraian tersebut
kita dapat menyimpulkan bahwa penentuan baik buruk yang berdasarkan intuisi ini
dapat menghasilkan penentuan baik dan buruk yang berdasarkan intuisi ini dapat
menghasilkan penentuan baik dan buruk secara universal atau berlaku bagi
masyarakat pada umumnya. Hal ini dapat dipahami karena manusia betapapun
memiliki tempat tingga, kebangsaan, ras, agama dan lainnya berbeda.
4.
Baik Buruk Menurut Paham Utilitarianisme
Maksud dan paham ini adalah untuk sesame manusia / semua makhluk yang memiliki
perasaan. Dalam abad sekarang ini kemajuan dibidang teknik cukup meningkat, dan
kegunaanlah yang menentukan segala-galanya. Namun demikian paham ini terkadang
cenderung akstrem dan melihat kegunaan hanya dari sudut pandang materialistic
kegunaan dalam arti bermanfaat yang tidak hanya berhubungan dengan materi
melainkan juga dengan yang bersifat rohani bisa diterima. Dan kegunaan bisa
juga diterima jika yang digunakan itu hal-hal yang tidak menimbulkan kerugian
bagi orang lain. Nabi misalnya menilai bahwa orang yang baik adalah orang yang
memberi manfaat pada yang lainnya.
Ada beberapa kekurangan dalam peham ini yang bertentangan :
- Paham yang memastikan untuk memberi hokum kepada perbuatan akan kebaikan dan keburukannya.
- Kebahagiaan umum tidak menjadi ukuran yang tetap lagi terbatas, sehingga untuk memberi hokum sebuah perbuatan akan baik dan buruknya menjadi tempat perselisihan yang banyak.
- Paham yang menjadikan manusia bersikap dingin pandangannya hanya ditujukan kepada buah-buah perbuatan apa yang ada kelezatan dan kepedihan.
- Perkataan yang menyatakan bahwa tujuan hidup itu hanya mencapai kelezatan dan menjauhi kepedihan adalah merendahkan kehormatan manusia dan tidak pantas kecuali bagi jenis binatang.
5.
Baik Buruk Menurut Paham Vitalisme
Menurut pahamm ini yang baik ialah yang mencerminkan kekuatan dalam
hidup manusia. Paham ini pernah dipraktekkan pada penguasa di zaman feodalisme
terhadap kaum yang lemah dan bodoh. Dengan kekuatan dan kekuasaan yang
dimiliki ia mengembangkan pola hidup feodalisme, kolonialisme, dictator
dan tiranik. Perbuatan dan ketetapan yang dikeluarkan menjadi pegangan
bagi masyarakat, mengingat orang yang bodoh dan lemah selalu
mengharapkan pertolongan dan bantuannya.
Dalam masyarakat yang sudah maju,
dimana ilmu pengetahuan dan keterampilan sudah mulai banyak dimiliki
oleh masyarakat, paham utalisme tidak akan mendapat tempat lagi, dan
digeser dengan pandangan yang bersifat demokratis.
6.
Baik Buruk Menurut Paham Religiosme
Menurut paham ini dianggap baik adalah perbuatan yang sesuai dengan kehendak
Tuhan, sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan
kehendak Tuhan. Dalam paham ini keyakinan feologis, yakni keimanan kepada
Tuhan sangat memegang peranan penting, karena tidak mungkin orang mau
berbuat sesuai dengan kehendak Tuhan, jika yang bersangkutan tidak beriman
kepadanya. Menurut Poedjawitna aliran ini dianggap paling baik dalam praktek,
namun terdapat pula keberatan terhadap aliran ini, yaitu karena ketidakumuman
dari ukuran baik dan buruk yang digunakannya. Diketahui bahwa didunia
ini terdapat bermacam-macam agama, dan masing-masing agama menentukan
baik buruk menurut ukurannya masingmasing. Agama Hindu, Budha, yahudi.
Kristen, dan Islam, misalnya masingmasing memiliki pandangan dan tolak
ukur tentang baik dan buruk yang satu dan lainnya berbeda-beda.
7.
Baik Buruk Menurut Paham Evolusi ( Evolution )
Mengikuti paham ini mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada di ala ini
mengalami evolusi yaitu berkembang dari apa adanya menuju kepada kesempurnaannya.
Paham ini pertama muncul dibawah oleh seorang ahli pengetahuan bernama
“LAMARK”. Dia berpendapat bahwa jenis binatang itu berubah satu sama
lainnya. Pendapat ini bukan hanya berlaku pada benda-benda yang tampak,
seperti binatang, manusia, dan tumbuh-tumbuhan. Tetapi juga berlaku pada
benda yang tak dapat dilihat / diraba oleh indra, seperti akhlak dan moral.
Ada
2 faktor pergantian :
1. Lingkungan
= mengadakan penyesuaian dirinya menurut keadaan.
2. Warisan
= bahwa sifat-sifat tetap pada pokok, sesuai dengan pertengahan berpindah
pada cabang-cabangnya. Paham ini disebut paham pertumbuhan dan
kepeningkatan ( Evolution ).
Herbert Spencer ( 1820 – 1903 ) salah seorang ahli filsafat Inggris yang
berpendapat evolusi ini mengatakan bahwa perbuatan akhlak itu tumbuh secara
sederhana, kemudian berangsur-angsur meningkat sedikit demi sedikit berjalan ke
arah cita-cita yang dianggap sebagai tujuan. Tampaknya bahwa Spencer menjadikan
ukuran perbuatan manusia itu ialah mengubah diri sesuai dengan keadaan yang
mengelilinginya.
Dalam
sejarah paham evolusi, Darwin ( 1809 – 1882 ) ada;ah seorang ahli pengetahuan
yang paling banyak mengemukakan teorinya. Dia memberikan penjelasan tentang
pahamm ini dalam bukunya The Origin of species. Dikatakan bahwa perkembangan
ala mini didasari oleh ketentuan-ketentuan berikut :
- Ketentuan alam ( selection ao nature )
- Perjuangan hidup ( straggle for life )
- Kekal bagi yang lebih pantas ( survival for the fit test )
Yang dimaksud dengan ketentuan alam adalah bahwa alam ini menyaring segala yang
maujud ( ada ). Berdasarkan ciri-ciri hukum alam yang terus berkembang ini dipergunakan
untuk menentukan baik dan buruk.
8.
Baik Buruk Aliran Idealisme
Aliran idealisme merupakan factor terpenting dari wujudnya tindakantindakan yang
nyata. Menurut Immanual kant untuk dapat terealisasinya tindakan dari
kemauan yang baik, maka kemauan yang perlu dihubungkan dengan suatu hal
yang akan menyempurnakannya. Dijelaskan pokok-pokok pandangan Immanual
Kant :
- Wujud yang paling dalam dari kenyataan ( hakikat ) ialah kerohanian
- Factor yang paling penting mempengaruhi manusia ialah kemauan yang melahirkan tindakan yang konkrit.
3. Dari
kemauan yang baik itulah dihubungkan dengan suatu hal yang menyempurnakannya
yaitu rasa kewajiban.
Dalam
etika Immanual Kant, kita dapat mengadakan beberapa catatan :
1. Dasar
etika Kant, ialah akal pikiran.
2. Menurut
Kant, yang terpenting ialah kemauan mencapai hakikat sesuatu.
3. Kant,
mendasarkan “rasa kewajiban” untuk terwujudnya perbuatan banyak hal-hal yang
meminta perhatian etika
9.
Baik Buruk Aliran Tradisonal
Tiap umat manusia mempunyai adat / tradisi dan peraturan tertentu yang dianggap
baik untuk dilaksanakan. Karena itu, kapan dan dimanapun juga, dipengaruhi
oleh adat kebiasaan atau tradisi bangsanya, karena lahir dalam lingkungan
bangsanya.
Harus diakui, bahwa aliran ini
banyak mengandung kebenaran, hanya secara ilmiah kurang memuaskan,
karena tidak umum. Dengan demikian, maka terjadilah bermacam-macam
perbedaan adat / kebiasaan diantara bangsa-bangsa, tidak itu saja,
bahkan perbedaan antar suku. Adapun sumber daripada adat kebiasaan
antara lain :
- Perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh nenek moyangnya
- Perbuatan / peristiwa secara kebetulan, meskipun tidak berdasarkan kepada akal.
- Anggapan baik dari nenek moyangnya terhadap sesuatu perbuatan yang akhirnya diwariskan secara turun temurun.
- Perbuatan orang-orang terdahulu.
10.
Baik Buruk Aliran Naturalisme
Yang menjadi ukuran baik dan
buruknya perbuatan manusia menurut aliran ini adalah perbuatan yang
sesuai dengan ftrah / naluri manusia itu sendiri, baik mengenai fitrah
lahir maupun fitrah batin. Aliran ini berpendirian bahwa segala sesuatu
dalam dunia ini menuju kepada suatu tujuan tertentu. Dengan memenuhi
panggilan nature setiap sesuatu akan dapat sampai kepda kesempurnaan.
Karena akal pikiran itulah yang menjadi wasilah bagi manusia untuk
mencapai tujuan kesempurnaan, maka manusia harus melakukan kewajibannya
dengan berpedoman kepada akal.
11.
Baik Buruk Aliran Theologis
Aliran ini
berpendapat bahwa yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan
manusia, adalah didasarkan atas ajaran Tuhan, apakah perbuatan itu diperintahkan
/ dilarang oleh-Nya. Dengan perkataan theologies saja nampakanya masih
samara karena didunia ini terdapat bermacam-macam agama yang mempunyai
kitab suci sendiri-sendiri yang antara satu dengan yang lain tidak sama.
Sebagai jalan keluar dari kesamaran itu ialah dengan mengkaitkan etika,
theologies ini dengan jelas kepada agama, missal etika theologies menurut Kristen,
ertika theologies menurut Yahudi dan Theologis menurut Islam.
C.
Sifat Dari Baik dan Buruk
Sifat dari baik dan buruk didasarkan pada pandangan filsafat yang sesuai dengan
sifat dari filsafat itu sendiri yaitu berubah relative nisbi dan tidak
universal. Sifat baik buruk yang dikemukakan berdasarkan pandangan tersebut
sifatnya subjektif, local dan temporal. Dan oleh karenanya nilai baik buruk itu
sifatnya relative.
D.
Baik dan Buruk Menurut Ajaran Islam
Ajaran Islam adalah ajaran yang
bersumberkan wahyu Allah SWT. Al Qur’an yang dalam penjabarannya
dilakukan oleh hadits Nabi Muhammad SAW.
Menurut
ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk Al
Qur’an dan Al Hadits. Jika tidak memperhatikan Al Qur’an dan Al-Hadits
dapat dijumpai berbagai istilah yang mengacu pada yang baik dan adapula yang
mengacu pada yang buruk. Missal Alhasanah dikemukakan oleh Al – Eqghib al
asfahani adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang disukai
atau dipandang baik. Lawan dari alhasanah adalah al sayyiah. Yang termasuk
al hasanah missal keuntungan kelapangan rezeki dan kemenangan.
Misalnya
kita jumpai pada ayat yang berbunyi :
äí÷Š$# 4’n<Î) È@‹Î6y™ y7Înu‘ ÏpyJõ3Ïtø:$$Î ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( ÇÊËÎÈ
Artinya
:
Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. (An-Nahl 125)
Adapun
kata Al birr digunakan untuk menunjukkan pada upaya memperluas/ memperbanyak
melakukan perbuatan yang baik. Jika kata tersebut digunakan untuk sifat Allah,
maka maksudnya adalah bahwa Allah memberikan balasan pahala yang besar, dan
jika digunakan untuk manusia, maka yang dimaksud adalah ketaatannya.
KESIMPULAN / PENUTUP
Pengertian
baik dan buruk
Sesuatu yang disebut baik atau buruk itu relative sekali, karena bergantung
pada pandangan dan penilaian masing-masing yang merumuskannya dan pengertian
ini bersifat subjektif, karena bergantung pada individu yang menilainya.
Beberapa
aliran-aliran filsafat yang mempengaruhi dalam penentuan baik dan buruk
diantaranya :
- Baik buruk melalui Aliran Adat Istiadat
- Baik buruk melalui Aliran Hedoisme
- Baik buruk melalui Aliran Intuisisme
- Baik buruk melalui Aliran Utilitarianisme
- Baik buruk melalui Aliran Vitalisme
- Baik buruk melalui Aliran Religiosme
- Baik buruk melalui Aliran Evolusi
- Baik buruk melalui Aliran Idealisme
- Baik buruk melalui Aliran Tradisional
- baik buruk melalui Aliran naturalism
- Baik buruk melalui Aliran Theologis
DAFTAR
PUSTAKA
- Nata, Abiddin. 1996. Akhlak Tasawuf. Jakarta : PT raja grafindo Persada
- Mustofa, Akhmad. 1999. Akhlak Tasawuf. Bandung : CV Pustaka Setia
- Shaltat, Mahmud. 1994. Aqidah dan Syari’at Islam. Jakarta : Bumi Aksar
- Al Baqir, Muhammad. 1994. Membentuk Akhlak Mulia. Bandung. Karisma.
0 Response to "BAIK DAN BURUK"
Post a Comment